Krisis pengungsi sedang terjadi di Eropa saat ini. Banyak sekali pengungsi yang “terpaksa” kabur dari negaranya yang penuh peperangan. Mereka hanya menginginkan dunia yang damai. Bukan suara-suara ledakan atau tembakan yang setiap hari membombardir rumah mereka. Para pengungsi ini dihadapkan pada dua pilihan yang sulit. Pertama mereka harus diam namun suatu saat akan mati. Atau berjuang menuju negara Eropa namun punya kemungkinan mati juga.
Akhirnya banyak dari mereka yang rela menyeberangi lautan. Pokoknya nekat untuk menuju negeri baru yang ternyata menolak mereka. Para pengungsi ini seperti manusia yang tak diinginkan oleh tanah di seluruh dunia. Berikut kisah dan fakta miris tentang para pengungsi yang nasibnya tak jelas ini. Monggo!
Mulai Januari hingga September 2015, terdeteksi sekitar 350.000 pengungsi yang bergerak menuju Eropa. Mereka nekat menyeberangi lautan dengan peralatan seadanya agar sampai ke wilayah impian (wilayah tanpa perang.) Namun yang terjadi justru sebaliknya, mereka kerap meregang nyawa di lautan karena kapal tenggelam. Anda pasti masih ingat dengan Aylan Kurdi. Bocah tiga tahun yang meninggal dan membuat dunia marah.
Dalam pelarian nekat yang dilakukan pengungsi ini, diperkirakan ada sekitar 2.000 orang tak bernama meninggal. Semuanya tenggelam dalam lautan dan tak ada yang menolongnya. Mau bertahan di tempat atau melarikan diri tetap berakhir dengan mengenaskan. Jika hal ini tetap terjadi bisa dibayangkan berapa banyak lagi Aylan Kurdi lain yang harus rela air laut memenuhi tubuh mereka.
Saat mencapai Eropa, para pengungsi yang juga disebut imigran ini harus menghadapi kenyataan yang pahit. Pertama mereka tidak akan diterima begitu saja dengan mudah. Kadang sampai diusir dan dilarang mendarat. Akhirnya para pengungsi ini hanya bisa pasar terus mengapung di atas lautan.
Kedua mereka diwajibkan mendapatkan pekerjaan. Di Inggris seorang pengungsi harus mendapatkan kerja dalam tempo tiga bulan. Bisa dibayangkan, bagaimana keadaan mereka? Sudah susah dalam bahasa, ditekan harus dapat kerja, pun bayarannya juga tidak banyak. Niatnya dapat suaka yang tepat, tapi justru masuk ke lubang buaya.
Saat ISIS menguasai Suriah dan membuat kerusakan di mana-mana, banyak orang dari negara ini yang lari keluar wilayah. Mereka rela menerobos batas negara meski tindakan ini sangat ilegal. Menurut UNHCR milik PBB, saat ini ada sekitar 1,6 juta rakyat Suriah yang datang ke Turki dengan modal nekat. Mereka rela mati di tempat lain asal bisa keluar dari kekejaman ISIS yang mengerikan.
Sementara Eropa banyak yang menolak pengungsi, negara Yordania kebagian sekitar 600 ribu orang. Jumlah ini sekitar 10% dari jumlah total negara ini. Amerika hanya menyedot sekitar 1.000 orang saja. Pasca serangan 9/11 Amerika benar-benar membatasi orang-orang dari dataran Arab. Termasuk Suriah dan negara sekitarnya.
Masalah pengungsi menjadi isu yang sangat hangat di Eropa. Banyak pemimpin yang ingin memasukkan mereka ke negara mereka. Namun ada juga yang justru memperkuat penjagaan di perbatasannya. Jika ada pengungsi mendekat mereka akan menangkap atau menyuruh mereka kembali ke laut.
Di Inggris sendiri masalah pengungsi sempat membuat banyak kalangan berdebat. Bahkan menjadi konflik politik yang cukup alot. Banyak yang menanggap pengungsi hanya mencemari wilayah. Ada juga yang merasa kasihan. Apa pun yang mereka perdebatkan, pengungsi masih menderita dan hidup di ujung kematian.
Meski banyak sekali negara yang menolak dengan meningkatkan penjagaan di perbatasan. Sebenarnya banyak penduduk Eropa yang menunggu kedatangan mereka. Rasa kemanusiaan membuat mereka akhirnya melakukan demonstrasi agar para pengungsi ini dibiarkan masuk dan tinggal. Tidak mati mengenaskan dan dibuat bulan-bulanan ISIS di Suriah.
Berdasarkan survei yang dilakukan di Jerman, sekitar 60% warganya menginginkan pengungsi datang ke negaranya. Mereka yakin jika Jerman mampu menyelesaikan masalah mereka. Di Austria sebanyak 20.000 orang melakukan aksi damai ke jalanan untuk menunjukkan solidaritas mereka terhadap pengungsi yang juga manusia. Sama seperti mereka.
Hampir semua pengungsi, atau imigran yang datang ke Eropa berasal dari daerah konflik yang mengerikan di bumi ini. Sebut saja Suriah, Afganistan, Eritrea, dan Irak. Mereka tidak tahan dengan keadaan negara yang mirip sekali dengan neraka. Hidup di negara sendiri sama halnya menunggu kematian yang datang dengan cara mengerikan.
Eropa dianggap surga bagi para pengungsi ini. Itulah mengapa mereka melakukan banyak cara agar bisa masuk. Meski memiliki risiko yang sangat besar. Salah satunya mati di perjalanan atau disuruh kembali pulang ke negara yang tak bisa disebut rumah lagi.
Eropa pernah juga mengalami krisis pengungsi saat terjadi perang dunia ke-II tahun 1940-an silam. Namun jumlah pengungsi itu ternyata masih kalah jauh dengan pengungsi yang ada sekarang. Bisa dibayangkan saat ini ada jutaan orang tak punya nasib hidup yang baik hingga bisa mati kapan saja. Padahal dunia sudah maju, lembaga kemanusiaan telah banyak dibentuk. Namun faktanya?
Kita perlu mempertanyakan lagi masalah kemanusiaan di era modern ini. Apakah masih ada atau mulai hilang akibat dilindas kepentingan-kepentingan kelompok. Entahlah, yang jelas masalah pengungsi adalah sesuatu yang darurat. Telat sebentar ribuan nyawa melayang tak berguna.
Itulah sekelumit fakta tentang pengungsi di Eropa yang saat ini sedang mengalami krisis. Jika saat ini anda berada di sana, apa yang bisa anda lakukan untuk para pengungsi yang nasibnya mengenaskan ini?
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…