Categories: Tips

10 Permainan Tradisional dari Negara Lain Ini Ternyata Mirip dengan yang Ada di Tanah Air

Tentunya, di setiap negara di dunia memiliki permainan tradisional yang sudah diturunkan dari generasi ke generasi. Sayangnya, beberapa permainan tradisional tersebut harus sedikit demi sedikit tersingkir ketika era gadget sudah merambah di setiap lini kehidupan, terutama kerap digunakan oleh anak-anak untuk bermain.

Mengesampingkan masalah era teknologi dan banyaknya permainan via gadget seperti sekarang ini, tahukah kamu jika ada beberapa permainan tradisional asli Indonesia yang ternyata juga ada di negara lain? Walaupun namanya berbeda, namun secara alur permainannya kurang lebih sama. Nah, berikut ini adalah beberapa permainan tradisional di Tanah Air yang juga dapat dijumpai di negara lain.

1. Gostra (Republik Malta)

Gostra adalah sebuah permainan tradisional yang berasal dari Republik Malta. Permainan seperti ini mirip dengan panjat pinang yang ada di Indonesia. Di Republik Malta, Gostra selalu dilakukan pada hari minggu terakhir pada bulan Agustus. Sejarahnya, Gostra dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada St Jossep dan St Julian.

Gostra, Republik Malta [Image Source]
Untuk memainkannya, para pemuda atau laki-laki yang berani harus bersaing memperebutkan bendera yang diletakkan di puncak tiang. Hanya saja, jika di Indonesia tiangnya akan dipasang vertical, di Republik Malta, tiangnya dipasang dengan kemiringan 45 derajat. Persamaannya dengan panjat pinang, tiang Gostra juga diberi pelumas agar menyulitkan siapa saja yang memanjatnya.

2. Qiang gu (Cina)

Sama seperti Gostra di Republik Malta atau panjat pinang di Indonesia, di Cina pun ada permainan tradisional sejenis yang dikenal dengan nama Qiang gu. Pada umumnya, Qiang gu ini digelar saat dihelatnya Festival Hantu di Cina. Bahkan penggelaran permainan tradisional ini sudah sejak Dinasti Ming.

Qiang gu, Cina [Image Soure]
Cara memainkan Qiang gu sama seperti panjat pinang di Indonesia. Masih menggunakan pelumas dan juga dilakukan secara beregu. Hanya saja, perbedaannya adalah jika di permainan panjat pinang kurang lebih tiangnya setinggi pohon pinang, di Cina, permainan Qiang gu menggunakan tiang yang memiliki ketinggian 3-4 gedung. Setiap regu wajin mengambil gulungan kain merah yang diletakkan di puncak teratas.

3. Bo Taoshi (Jepang)

Kembali sama seperti di Indonesia, Cina dan Republik Malta, di Jepang juga ada permainan serupa yang dinamakan Bo Taoshi. Permainan tradisional ini memang sekilas mirip dengan yang ada di Cina, Indonesia atau Republik Malta, namun ada perbedaan mendasar, yaitu untuk memainkan Bo Taoshi harus ada 2 kelompok yang masing-masing berisikan lebih dari 10 orang.

Bo Taoshi, Jepang [Image Source]
Tim pertama bertugas untuk memasang sekaligus mempertahankan tiang agar tidak sampai roboh dan tim satu lagi bertugas untuk merobohkan serta merebut tiang tersebut. Dikarenakan jumlah pesertanya banyak, maka kegiatan saling jegal, dorong bahkan saling jegal tidak akan terelakkan.

4. Agwan Base (Filipina)

Agwan Base adalah permainan tradisional anak-anak yang berasal dari Filipina. Permainan tradisional ini di Indonesia disebut dengan bentengan, di mana ada 2 kelompok dengan jumlah sama yang bertugas menjaga base atau titik pusat, sekaligus berusaha menyerang daerah lawan untuk dapat menyentuh titik yang dipertahankan.

Agwan Base, Filipina [Image Source]
Jika pola permainan bentengan di Indonesia adalah hanya bertugas menyerang dan mempertahankan base saja dan permainan akan berakhir jika ada salah satu pihak tidak dapat menjaga daerahnya, di Filipina justru ada model perpindahan tempat jika salah satu pihak berhasil dikalahkan. Jika satu pihak berhasil mengalahkan lawannya sebanyak 5 kali, maka mereka dianggap memenangkan permainan.

5. Hopscotch (beberapa negara di Eropa)

Tentunya kamu akan mengetahui bagaimana cara memainkan permainan yang disebut engklek, bukan? Ternyata di beberapa negara di Eropa, ada permainan serupa yang dinamakan hopscotch. Permainan ini sama persis dengan yang ada di Tanah Air, mulai dari pola permainannya sampai dengan bentuk dari bagan yang dimainkan.

Hopscotch, beberapa negara di Eropa [Image Source]
Sama seperti di Indonesia, pemain hopscotch dapat menggunakan batu, pecahan pot atau apapun yang pipih dan berat sebagai media lemparan. Setelah melemparkan media, maka pemain dapat melompati beberapa bagan kotak yang telah digambarkan.

6. Kabaddi (India, Nepal, Bangladesh, Sri Lanka, Pakistan)

Kabaddi adalah permainan tradisional dari India yang mirip dengan gobag sodor yang ada di Tanah Air. Di India, Nepal, Bangladesh, Sri Lanka, Pakistan sendiri, kabarnya Kabbadi sudah dimainkan sejak 4000 tahun yang lalu sebagai bentuk hiburan rakyat yang cukup populer di masanya. Sayangnya, sekarang sudah tidak begitu sering dimainkan lagi.

Kabaddi, India, Nepal, Bangladesh, Sri Lanka, Pakistan [Image Source]
Walaupun dikatakan hampir sama seperti di Indonesia, namun cara memainkan Kabaddi sedikit ekstrem karena harus dilakukan dengan cara bergulat dan saling dorong untuk mempertahankan daerahnya. Setiap tim akan mengirimkan perwakilan mereka satu orang untuk menyerang ke daerah lawan dan pihak lawan akan berusaha menghentikannya.

7. Mancala (Timur Tengah)

Jika di Indonesia, Mancala yang berasal dari Timur Tengah ini disebut dengan congklak. Cara memainkannya hampir sama seperti di Tanah Air, yaitu menggunakan papan berongga yang diisikan beberapa biji-bijian sebagai medianya.

Mancala, Timur Tengah [Image Source]
Setiap pemain harus mengambil dan memindahkan setiap biji yang diambilnya dari satu rongga ke rongga lain secara berurutan. Perbedaannya mendasar seperti yang ada di Indonesia, papan Mancala sedikit lebih besar dan biji-bijiannya juga terbuat dari bahan khusus.

8. Chatha Olik (Pakistan)

Jika di Tanah Air ada yang namanya pukul guling yang mana sering dimainkan saat bertepatan dengan HUT Republik Indonesia, di Pakistan sendiri ada permainan serupa yang dinamakan Chatha Olik. Permainan tradisional masih sama seperti di Indonesia dengan menggunakan media bantal sebagai senjata dan balok kayu sebagai tempat pertempurannya.

Chatha Olik, Pakistan [Image Source]
Hanya saja, jika di Indonesia rata-rata bagian bawah dari area pertarungan adalah lumpur atau sungai, di Pakistan untuk memainkan Chatha Olik ini harus dilakukan di sebuah tanah ceruk yang sedikit saja diisi air. Tentu saja, bagi siapa yang kalah dan terjatuh, harus siap-siap sakit dan basah karena terhempas ke tanah berair itu.

9. Hakan Tuncer (Turki)

Hakan Tuncer adalah permainan tradisional yang berasal dari Turki. Permainan ini sama seperti yang ada di Tanah Air disebut dengan main kelereng atau gundu. Model atau cara permainan sampai medianya juga masih sama seperti di Indonesia, yaitu dengan menggunakan kelereng yang terbuat dari bola kaca.

Hakan Tuncer, Turki [Image Source]
Hanya saja, jika di Indonesia para pemainnya menggambarkan lingkaran sebagai batas untuk meletakkan kelereng, di Turki tidak menggunakan lingkaran, melainkan segitiga. Para pemain harus berusaha menyingkirkan kelereng lawan keluar dari garis batas segitiga.

10. Jimena Baquero (Kolombia)

Tentunya, banyak orang yang menyukai jenis permainan satu ini, yaitu lompat tali. Permainan tradisional tersebut ternyata juga ada di Kolombia yang dinamakan Jimena Baquero. Caranya dan media yang digunakan masih sama persis dengan yang ada di Tanah Air, yaitu melompati tali dengan ketinggian berbeda-beda dan menggunakan rangkaian karet yang disusun menjadi sebuah tali panjang.

Jimena Baquero, Kolombia [Image Source]
Jimena Baquero harus dimainkan minimal 3 orang yang mana satu orang sebagai peloncat tali dan dua yang memegang ujung setiap tali. Ketinggian di mulai dari sebatas lutut, pinggang, dada sampai dengan level tertinggi yaitu di atas kepala yang disebut heaven.

Tentang permainan tradisional di atas, tidak diketahui apakah Indonesia atau negara-negara tadi yang memilikinya lebih dahulu. Bisa jadi kita, atau malah masyarakat Indonesia yang terinspirasi dari sana. Tapi, apa pun itu permainan tradisional harus selalu kita pertahankan. Gadget boleh di tangan, tapi permainan asyik jangan sampai dilupakan.

Share
Published by
dwiandika

Recent Posts

4 Kontroversi Seputar Doktif yang Kerap Bongkar Produk Skincare Overclaim

Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…

1 week ago

Serba-serbi Tol Cipularang yang Kerap Makan Korban, Mitos hingga Sejarah Pembangunan

Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…

1 week ago

4 Live Action Paling Booming di Netflix, Bisa Jadi Teman Malam Minggu

Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…

2 weeks ago

Fenomena Joged Sadbor yang Ubah Nasib Warga jadi Kaya, Benarkah Disawer Judol?

Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…

3 weeks ago

Pengusaha Budidaya Jamur Tiram Modal 100 Ribu Bisa Dapat Omzet Puluhan Juta Sekali Panen

Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…

3 weeks ago

6 Tahun Merawat Suami Lumpuh Sampai Sembuh, Perempuan Ini Berakhir Diceraikan

Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…

3 weeks ago