Kita semua pasti mengenal badminton atau yang akrab dengan sebutan bulutangkis. Olahraga ini diklaim sebagai olahraga paling populer setelah sepakbola. Bukan hal berlebihan memang, mengingat bulutangkis sama seperti sepakbola yang dapat dimainkan siapa saja, dimana saja dan kapan saja, tanpa harus memiliki keterampilan khusus.
Dari sisi olahraga profesional, bulutangkis saat ini didominasi oleh atlet-atlet dari Asia, terutama China. Bahkan atlet asal Tiongkok seakan menjadi momok bagi pemain dari negara lain. Sebelum China, Indonesia adalah negara yang paling mendominasi cabang olahraga ini. Hal ini terbukti dengan rekor juara Thomas Cup terbanyak, yaitu 13 kali juara yang masih dipegang Indonesia. Mengenang kejayaan Indonesia, inilah deretan atlet bulutangkis legendaris Indonesia yang pernah ditakuti dan disegani lawan lawannya.
Inilah atlet pelopor yang membuat bulutangkis Indonesia disegani di dunia. Rudy Hartono adalah salah satu legenda bulutangkis bukan hanya di Indonesia tapi juga di dunia. Dia bahkan disebut-sebut sebagai salah satu atlet bulutangkis paling hebat sepanjang masa. Rudi Hartono mulai mendominasi pada tahun 1968 sebagai juara All England. Dia bahkan menjadi satu-satunya atlet yang berhasil menjadi juara sebanyak 7 kali pada kejuaraan ini, dari tahun 1968 – 1974. Selain itu, Rudi juga menjadi salah satu dari tim Indonesia yang memenangkan kejuaraan Thomas Cup 6 kali secara beruntun, dari tahun 1970 – 1982.
Salah satu senjata Rudy Hartono saat bertanding adalah pergerakannya yang lincah dan cepat, yang bahkan tidak dapat disamai oleh lawan-lawannya. Dia juga mampu menguasai permainan dengan baik, tahu kapan harus menyerang dan kapan bermain reli reli panjang. Hingga saat ini Rudy Hartono tercatat sebagai pemegang titel juara All England terbanyak untuk sektor single pria dengan 8 kali juara. Rudy Hartono dinobatkan di Badminton Hall of Fame pada tahun 1997.
Setelah era Rudy Hartono, hadirlah Liem Swie King. Salah satu pemain yang menjadi rival Rudy Hartono sekaligus menjadi pemain top dunia di sektor single pria pada eranya. Liem dijuluki “King” yang berarti raja, karena dia pernah 33 bulan tak tersentuh oleh kekalahan. Dia juga dikenal sebagai pemain bulutangkis dengan pukulan smash yang sangat kuat dan lompatan yang tinggi, hingga pukulannya mendapat julukan “King Smash”.
Prestasinya juga tidak kalah mengagumkan. Liem meraih 3 kali juara All England, 4 kali juara Sea Games dan medali emas Asian Games Bangkok 1978. Liem juga 6 kali membela tim Thomas Cup Indonesia dengan 3 diantaranya berhasil mengantarkan Indonesia menjadi juara. Kelebihan lain dari Liem adalah bahwa dia juga handal di sektor ganda. Ini diperlihatkan saat kejuaraan Thomas Cup, dia mampu bermain di sektor single dan ganda sekaligus. Liem dinobatkan masuk ke Badminton Hall of Fame pada tahun 2004. Dia juga telah menerbitkan sebuah buku biografi dirinya serta perjalanannya di dunia buklutangkis dijadikan inspirasi untuk sebuah film yang berjudul “King”.
Bila Rudy Hartono dan Liem Swie King berjaya di sektor single pria, maka Christian Hadinata adalah tumpuan Indonesia di sektor ganda. Christian Hadinata mengawali karirnya sebagai pemain di sektor single, dan pada saat itu mampu menembus partai final All England. Tapi masa keemasannya dimulai saat dia menjadi pemain ganda, bahkan dia disebut-sebut sebagai salah satu pemain ganda pria terbaik dalam sejarah bulutangkis.
Prestasinya yang mentereng antara lain, juara 2 kali Asian Games, 4 kali All England dan 3 kali Juara Dunia. Hebatnya lagi, Christian bisa meraih juara dengan banyak pasangan berbeda, baik di ganda putra maupun di ganda campuran. Dia juga 6 kali menjadi bagian dari tim Thomas Cup Indonesia dan selalu menang, tidak peduli berpasangan dengan siapa.
Kehidupannya pun tidak jauh dari bulutangkis setelah pensiun. Christian Hadinata menjadi pelatih bulutangkis dan kejeniusannya ditularkan kepada anak didiknya. Dia mampu meramu pasangan-pasangan ganda Indonesia menjadi pemain yang menakutkan dan berprestasi di lapangan, seperti pasangan Rexy Mainaki/Ricky Subagdja dan Candra Wijaya/Sigit Budiarto. Hari bersejarah untuknya terjadi pada tahun 2002 saat kejuaraan Thomas Cup di Guangzhou China, dimana dia dinobatkan masuk ke Badminton Hall of Fame. Hal itu semakin indah karena penobatannya dilangsungkan bersamaan dengan penyerahan piala Thomas kepada tim Indonesia yang berhasil menjadi pemenang.
Selain dari sektor pria, legenda Indonesia juga banyak hadir dari sektor wanita. Yang paling mentereng namanya dari sektor ini adalah Susi Susanti. Namanya termasuk dalam deretan atlet wanita paling sukses sepanjang sejarah bulutangkis. Bertanding di sektor single wanita, postur tubuhnya yang kecil tidak menjadi hambatan bagi Susi Susanti untuk berprestasi. Dengan memanfaatkan posturnya, dia mampu bergerak lincah dan cekatan. Tehnik pukulannya pun tidak bisa dianggap remeh. Dengan kombinasi semua itu, Susi Susanti mampu bertanding “indah” layaknya seorang balerina. Menjadi juara Sudirman Cup, 2 kali mengantarkan Indonesia menjuarai Uber Cup, 6 kali Juara Dunia, dan peraih medali emas olimpiade 1992 di Barcelona menjadi bukti keperkasaan seorang Susi Susanti.
Susi Susanti meraih medali emas bebarengan pula dengan kekasihnya yang juga atlet bulutangkis, Alan Budikusuma. Hal ini menjadikan mereka mendapat sebutan ” Gold Bride ” atau Pasangan Emas Indonesia. Inipun menjadi sejarah bagi Indonesia, karena itu adalah pertama kalinya Indonesia meraih emas dalam 50 tahun keikutsertaannya di Olimpiade. Selain itu, hal ini juga menjadi semacam tradisi yang harus dijaga, bahwa bulutangkis adalah cabang olahraga yang wajib mempersembahkan emas untuk Indonesia. Setelah menikah dan pensiun, Susi Susanti dan suaminya mendirikan ASTEC ( Alan and Susi Technology ), perusahaan pembuat raket, utamanya raket badminton yang bermarkas di China.
Legenda lain hadir dari sektor ganda pria Indonesia. Pasangan yang lahir dari racikan salah satu legenda Indonesia, Christian Hadinata, ini pada masanya adalah pasangan ganda pria terbaik dan paling sukses di dunia bulutangkis. Mereka dikenal karena kecepatan, reflex dan juga kekuatan pukulannya. Mereka merajai pagelaran bulutangkis dunia untuk sektor ganda pria selama hampir 1o tahun. Selama itu pula Rexy/Ricky berhasil menjuarai semua kejuaraan bulutangkis besar yang pernah diadakan di planet ini setidaknya sekali, dengan total menjadi juara lebih dari 30 kali.
Setelah pensiun, Rexy Mainaky sempat menjadi pelatih atlet pelatnas bulutangkis dan mampu melahirkan sederet bintang-bintang muda baru seperti Sony Dwi Kuncoro dan Simon Santoso. Dia lalu hijrah ke Inggris, Malaysia dan Filipina untuk melatih disana, sebelum akhirnya kembali melatih di Indonesia. Untuk Ricky Soebagja, selepas pensiun dia menjadi pelatih klub bulutangkis di Batam dan menjadi Brand Ambasador Flypower, sebuah perusahaan peralatan bulutangkis di Indonesia. Pasangan Rexy Mainaky/ Ricky Soebagja dinobatkan masuk ke dalam Badminton Hall of Fame pada tahun 2009 lalu.
Siapa yang tidak mengenal pemain bulutangkis Indonesia satu ini. Gayanya yang terkesan bengal tapi tetap cool di luar lapangan, serta permainannya yang sangat menghibur di lapangan, membuat bukan saja penonton pria tapi juga penonton wanita berteriak histeris. Karena itulah atlet satu ini mendapat julukan Tangan Ajaib.
Di dunia bulutangkis, Taufik Hidayat mempunyai rival abadi yang bernama Lin Dan, pebulutangkis asal China. Rivalitas antar keduanya sering menjadi buah bibir, serta fokus media dan publik bulutangkis saat itu. Di masa emasnya, Taufik Hidayat berhasil menjadi Juara Dunia, meraih medali emas olimpiade 2004 di Athena, 3 kali Juara Asia, 3 kali juara Asian Games serta 2 kali mengantarkan Indonesia meraih juara Thomas Cup. Sayang salah satu mimpinya yaitu meraih gelar juara di All England tidak bisa terwujud sampai dia pensiun.
Taufik Hidayat dikenal dengan teknik pukulan yang lengkap dan juga terukur seperti netting, backhand dan jumping smash yang tajam. Pada kejuaraan dunia tahun 2006, Taufik Hidayat berhasil memecahkan rekor jumping smash tercepat, mencapai 305 km/jam. Dia menikah dengan Ami Gumelar, putri dari Agum Gumelar, mantan Ketua Umum PSSI. Setelah pensiun, Taufik Hidayat mendirikan Taufik Hidayat Arena sebuah komplek arena olahraga di daerah Ciracas, Jakarta Timur.
Itulah beberapa legenda bulutangkis Indonesia. Masih banyaknya legenda lain yang namanya tidak akan cukup untuk dimasukkan satu persatu, seakan menjadi bukti bahwa Indonesia adalah negara yang kaya prestasi di cabang bulutangkis. Sama seperti Brazil dengan sepak bolanya, meskipun saat ini prestasi Indonesia di kancah dunia bulutangkis sedang naik turun, tapi yakinlah bahwa Indonesia tidak akan kekurangan bibit-bibit atlet muda yang siap mengukir prestasi dan menjadi legenda-legenda baru bulutangkis.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…