Banyak pria yang melamar Sarah karena menginginkan kekayaannya [Image Source]
Amerika Serikat terkenal akan sejarah warga kulit putih yang memperbudak suku Indian dan imigran dari Afrika. Hukum dan peraturan pemerintah yang berlaku pun selalu menyudutkan dua ras tersebut. Selain itu, Amerika memiliki budaya yang patriarkis dan gemar merendahkan perempuan. Sehingga, menjadi seorang perempuan dan seseorang berkulit hitam adalah ketidakberuntungan di sana. Setidaknya inilah yang terjadi di masa lalu.
Terlahir sebagai perempuan berkulit hitam di keluarga yang pernah menjadi budak membuat Sarah Rector tidak memiliki banyak harapan dalam hidupnya. Namun siapa sangka, di usia dua belas tahun ia menjadi sorotan di negeri Paman Sam tersebut sebagai perempuan berkulit hitam terkaya.
Masa perbudakan memang sudah berakhir, tapi itu bukan berarti kaum kulit hitam di Amerika bisa hidup selayak ras kulit putih. Beberapa di antara mereka masih hidup dengan sangat sederhana. Keluarga Rector adalah salah satu di antaranya. Mereka terbebas dari perbudakan sejak tahun 1866 dan mendapat kewarganegaraan resmi Amerika Serikat. Tetapi hidup mereka bisa dibilang masih jauh dari sejahtera.
Keluarga Rector yang dulu pernah bekerja pada suku Indian Creek mendapatkan tanah seluas 65 hektar untuk masing-masing anggota keluarga. Itu berarti Sarah pun mendapatkan jatahnya sendiri meskipun ia masih sangat muda.
Bahkan saat mereka sama-sama telah menjadi manusia merdeka, ras kulit hitam masih mendapat diskriminasi dalam pembagian tanah. Mereka mendapat bagian yang tidak dapat ditanami, berbatu, dan gersang. Orang yang membagi-bagi tanah mungkin berpikir bagian tersebut tidak akan membawa penghasilan apa pun bagi keluarga mantan budak dan tetap menarik pajak dari mereka.
Tahun 1913, keberuntungan menghampiri Sarah Rector. Perusahaan minyak yang menyewa tanahnya berhasil menciptakan teknologi yang mampu memompa minyak bumi hingga 2500 barrel dalam waktu sehari. Tentunya, mereka harus membayar bagian untuk Sarah Rector sebagai tuan tanah.
Pemerintah mewajibkan Sarah memiliki perwakilan untuk mengurus uang dan segala administrasi. Mereka mensyaratkan perwakilan Sarah harus berasal dari ras kulit putih. Hukum yang rasis tersebut semestinya bisa menjegal keluarga Rector. Namun Sarah memang gadis yang beruntung. Ia memiliki perwakilan yang jujur dan tidak memanipulasi penghasilannya. Sejak itu Sarah dikenal sebagai gadis berkulit hitam terkaya dan termuda.
Uang bisa mengubah siapa saja, termasuk Sarah. Ia dan keluarganya kaya mendadak tanpa usaha yang keras. Ia memang membelanjakan uangnya dengan bijak. Ia berinvestasi di properti, obligasi, dan saham. Uangnya semakin berlipat ganda. Sayangnya, itu membuat Sarah menjadi belagu dan merasa berada di atas angin.
Roda kehidupan selalu berputar. Saat Amerika mengalami krisis ekonomi, Sarah harus kehilangan banyak uang. Ia tidak jatuh miskin, tapi ia harus merelakan barang-barang mewahnya. Pada akhirnya ia memilih hidup sederhana dengan mengelola pertanian hingga akhir hayatnya.
Dari kehidupan Sarah kita bisa belajar bahwa nasib baik bisa berpihak pada siapa saja, termasuk kaum minoritas yang tertindas. Sementara nasib buruk juga tidak pilih-pilih dalam memilih korbannya. Orang terkaya pun bisa kehilangan seluruh hartanya jika takdir sudah berkata begitu.
Fenomena viral Arra, bocah lima tahun yang dikenal karena kepandaiannya berbicara dengan gaya dewasa, kembali…
Nama Fedi Nuril akhir-akhir ini kembali dikenal publik. Bukan karena kembali membintangi film dengan tokoh…
Kamis (20/3/2025) pukul 03.00 WIB, saat asyik scrolling media sosial X sambil sahur, mata tertambat…
Dunia aviasi Indonesia bakal semakin berwarna dengan kehadiran burung-burung besi baru. Indonesia Airlines, sebuah perusahaan…
Lagi-lagi rakyat Indonesia dibikin geleng-geleng kepala oleh ulah aparat penegak hukum. Kali ini kasusnya sedang…
Baru-baru ini, dunia hiburan Korea Selatan diguncang oleh skandal yang melibatkan aktor papan atas, Kim…