Ada banyak tokoh besar di Indonesia yang berasal dari tanah Nusantara. Mereka tak hanya dikenal karena ketokohannya, tapi juga karya-karya yang dihasilkan masih bisa disaksikan hingga saat ini. Salah satunya adalah sosok Raden Ngabehi Rangga Warsita atau dikenal sebagai Ranggawarsita, yang merupakan seorang pujangga besar asal Tanah Jawa.
Sebagai seorang penyair, pria yang bernama asli Bagus Burhan itu bahkan dianggap sebagai pujangga besar terakhir yang berasal dari tanah Jawa. Karena kecerdasan yang dimiliki, Ranggawarsita bahkan ditawari untuk menjadi Mahaguru di Belanda dengan imbalan dan fasilitas yang menggiurkan, namun ditolak oleh dirinya. Seperti apa sosoknya yang juga dikenal sebagai peramal ulung tersebut?
Lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 24 Desember 1873, Ranggwarsita yang (juga disebut Mas Ngabehi Ranggawarsita), merupakan seorang pujangga Kasunanan Surakarta yang diangkat oleh oleh Pakubuwana VII pada tanggal 14 September 1845. Pada masa-masa itu, ia memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan Pakubuwana VII dan produktif hingga berhasil menelurkan banyak karya sastra. Tak hanya itu, sosok yang juga diangkat sebagai Panewu Carik Kadipaten Anom bergelar Raden Ngabei Ronggowarsito tersebut merupakan seorang peramal yang ulung.
Salah satu karyanya yang fenomenal adalah Kalatida, di mana dalam naskah tersebut ia menyebutkan akan datangnya zaman edan yang bakal terjadi di Indonesia. Dikutip dari laman intisari.grid.id, tulisan yang ada pada pupuh ke 7 itu menyiratkan akan hadirnya suatu masa-masa tertentu, di mana manusia yang ada di dalamnya jika tidak edan (menghalalkan segala cara), tentu tidak akan mendapatkan bagian. Tak hanya ramalan tentang zaman edan, Ranggwarsita juga telah memprediksikan kematiannya, yakni pada Rebo Pon, tanggal 5 Dulka’idah tahun 1802. Hal ini bisa ditelusuri pada karyanya yang bernama Serat Sabdajati.
Meski terkesan mistis karena ramalan-ramalan di atas, Ranggawarsita juga menulis karya sastra lainnya yang berhubungan dengan nasihat dalam mengarungi kehidupan dan peringatan akan tingkah polah manusia di akhir zaman. Seperti Serat Jaka Lodang yang berisi tentang petuah akan adanya suatu zaman yang penuh dengan pancaroba dan kekacauan, dan Serat Jayengbaya merupakan nasihat / falsafah kehidupan yang kemudian diterbitkan oleh oleh Balai Pustaka Jakarta pada tahun 1988 dengan alih bahasa dan alih aksara L. Mardiwarsito.
Tak hanya meramal tentang datangnya ‘zaman edan’ seperti yang tersirat dalam Serat Kalatida, Ranggwarsita juga pernah meramalkan tentang kemerdekaan Indonesia yang ditulisnya kelak terjadi pada tahun Wiku Sapta Ngesthi Janma. Kalimat yang terdiri atas empat kata tersebut terdapat dalam Serat Jaka Lodang, dan merupakan kalimat Suryasengkala yang jika ditafsirkan akan diperoleh angka 7-7-8-1. Pembacaan Suryasengkala adalah dibalik dari belakang ke depan, yaitu 1877 Saka, yang bertepatan dengan 1945 Masehi, yaitu tahun kemerdekaan Republik Indonesia.
BACA JUGA: Inilah 7 Prediksi Jayabaya yang Menjadi Kenyataan
Meski dirinya telah tiada, karya-karyanya-terutama serat Kalatida, masih bisa disaksikan hingga kini. Terutama oleh para orang tua yang sepuh. Namun jika cermati, apa yang ditulis oleh Ranggwarsita itu memang menjadi sebuah peringatan pada generasi selanjutnya, bahwa akan ada suatu masa yang jika kita tidak ikut di dalamnya, bakal tertinggal atau tidak mendapat bagian. Gimana menurutmu Sahabat Boombastis?
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…