Semenjak naik ke tampuk kepemimpinan sebagai presiden AS ke-45, Donald Trump menjalankan pemerintahannnya dengan kebijakan-kebijakan yang bisa dibilang sangat menggebrak dunia. Seperti yang dikutip dari tirto.id, salah satunya adalah memasukkan Huawei ke daftar hitam dan melarang produk raksasa teknologi Cina itu masuk AS.
Tak hanya membatasi Cina, sosok presiden yang juga seorang pengusaha di bidang properti itu sukses ‘mengaduk-aduk’ negara lainnya lewat kebijakannya yang serba keras dan kaku. Salah satunya bahkan ikut-ikutan diprotes oleh Indonesia karena telah dinilai kelewat batas. Ahasil, hal-hal semacam ini tentu dapat menimbulkan konflik baru di dunia. Seperti apa ‘tingkah polah’ dari presiden AS ke-45 ini?
Beberapa waktu lalu, dunia dihebohkan dengan keputusan Trump yang mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota dari Israel. Alhasil, hal tersebut akhirnya memicu reaksi di kalangan negara di dunia yang mayoritas berpenduduk muslim. Termasuk salah satunya adalah Indonesia. Dilansir dari news.detik.com, Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi menyatakan sikap atas pernyataan Trump tersebut dan mengutuk pernyataan tersebut. “Pagi tadi Presiden AS baru saja menyatakan mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Kami mengutuk pernyataan itu,” ucap Retno
Semakin meningkatnya skala konflik yang melibatkan negara-negara di Timur Tengah, membuat otoritas keamanan AS yang dikomando oleh Presiden Donald Trump memberlakukan kebijakan kontroversial. Laman news.detik.com menuliskan, pemimpin ke-45 negeri Paman Sam itu menandatangani aturan yang membatasi masuknya pengunjung dari Suriah, Iran, Irak, Libya, Somalia, Sudan dan Yaman selama 90 hari. Tak hanya diprotes di luar negeri, para politikus dari Partai Demokrat di AS sendiri juga melakukan hal yang serupa.
Setelah terjadinya serangan terhadap kapal tanker di Teluk Oman, hubungan antara AS dan Iran semakin menegang. Hal ini terjadi lantaran negeri adidaya tersebut menuduh Teheran berada di balik peristiwa tersebut. Sebelumnya, AS telah memperberat sanksi ekonomi terhadap Iran setelah Washington mundur dari kesepakatan nuklir yang ditandatangani pada 2015. Situasi yang semakin memburuk di tahun-tahun mendatang, dikhawatirkan dapat berubah menjadi perang besar antar kedua negara.
Genderang perang dagang yang ditabuhkan AS terhadap negara yang dianggap sebagai pesaing kian nyaring terdengar. Setelah mendepak bisnis teknologi Cina milik Huawei dari wilayah Paman Sam, negeri adidaya itu juga bersiap menghadapi persaingan dagang dengan negara lainnya. Laman cnbcindonesia.com menuliskan, India mengenakan bea impor yang lebih tinggi terhadap 28 produk asal Amerika Serikat (AS) sebagai balasan setelah Negeri Paman Sam mencabut fasilitas Generalized System of Preferences (GSP).
Selama berada di panggung kekuasaan tertinggi Amerika Serikat, Trump sedari awal memang telah tancap gas dengan memasang kebijakan yang pro bagi kepentingan negaranya. Sayangnya, hal tersebut terkadang memicu polemik dan masalah baru yang dinilai bisa merugikan negara masyarakat di belahan dunia lainnya. Mudah-mudahan tak menimbulkan konflik yang berujung pada peperangan besar.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…