Bagi Indonesia, guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Hal ini benar, tapi tidak semua guru dijunjung semulia itu. Mirisnya adalah perbedaan mencolok antara nasib guru PNS dan honorer. Kenapa demikian? Pertanyaan tersebut hingga kini masih belum mendapatkan jawaban.
Persaingan sengit mendapatkan jatah kuota PNS membuat banyak pihak yang melakukan berbagai kecurangan. Bingung juga mau menyalahkan siapa karena bukan satu dua oknumnya. Sementara yang terkatung-katung bila beruntung ya masih berkesempatan jadi guru honorer. Tapi, status mereka di Indonesia sangatlah memprihatinkan, seperti yang akan kita jabarkan berikut ini.
Salah satu hal yang paling ironis bagi seorang guru honorer adalah pengabdiannya yang begitu lama. Bertahun-tahun, bahkan ada yang sampai belasan tahun. Namun hal tersebut tidak mendapat ganjaran yang setimpal.
Meski sekian lama mengajar, honor yang diterima hanya berkisar 200-300 ribu saja per bulan. Jelas nggak cukup kalau dijadikan pegangan hidup, apalagi buat yang sudah berkeluarga. Wajar saja jika setiap guru honorer selalu bekerja sambilan di luar sekolah. Misalnya saja menjadi pedagang atau bahkan bertani dan membuka les di rumah masing-masing.
Sudah menjadi rahasia umum jika guru honorer memang kerap tak dihargai. Selain hanya digaji sekitar 300 ribu perbulan yang itupun biasanya kerap kali molor dari tanggal, mereka juga sulit diangkat menjadi PNS.
Persoalannya karena kualitas mereka kerap dipertanyakan oleh banyak pihak. Padahal tidak sedikit guru honorer yang sungguh-sungguh berdedikasi dan berprestasi. Namun entah antrian yang masih begitu panjang atau ‘sikut-sikutan’ dalam mendapatkan kesempatan jadi PNS melalui orang dalam dan sejenisnya, penantian meeka ini kadang tak kunjung berakhir.
Status guru honorer juga harus selalu siap dipecat. Jadi sudah bekerja di lahan yang tak menenu nasibnya, mereka pun harus siap mengalami ‘seleksi alam’. Guru honorer biasanya dititipkan pada seorang kepala sekolah dan hal ini tidak terjadi sesekali, jadi kadang beberapa guru honorer masuk sekaligus.
Nah, di sinilah persaingan terjadi. Kalau ada guru lain yang lebih bisa dikatakan ‘berbobot’, ada kemungkinan besar guru lama juga akan digantikan posisinya oleh guru yang baru tanpa bisa protes lagi. Memang sih
Selain masalah posisi, jatah jam kerja guru honorer benar-benar rawan diakuisisi oleh guru tetap, bahkan kadang malah tidak ada batas yang jelas. Saat ini, guru memang memiliki semacam kewajiban mengajar 24 pelajaran. Sedangkan guru honorer kerap kali hanya menggantikan guru PNS yang tidak masuk. Padahal mereka juga sebenarnya memiliki jam mengajar yang sudah ditentukan.
Tak hanya mengajar, guru honorer juga melakukan kewajiban lain seperti piket, mengawasi ujian, mengawasi murid bahkan melatih pramuka. Terlebih, tak mudah bagi mereka untuk mendapatkan izin untuk tidak masuk.
Boleh jadi hingga saat ini menjadi guru honorer adalah profesi yang paling tidak diminati, kecuali oleh orang-orang berhati tulus mengabdi. Tapi pengabdian juga butuh dihargai kan? Bagaimanapun juga, sudah saatnya pemerintah lebih memedulikan kesejahteraan guru-guru honorer. Misalnya dengan perbaikan honor yang diberikan, mentoring agar mereka punya batu loncatan untuk berkembang dan kesempatan yang sama untuk bisa mendapat kepastian jenjang karir.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…