Unik Aneh

4 Fakta Guryong, Desa Kumuh di Korea Selatan yang jadi Sisi Lain Gemerlapnya K-POP

Korea Selatan memang selalu jadi perhatian dunia karena gelombang ‘Korean Wave’-nya. Bahkan sampai sekarang, demam Korea masih melanda, entah itu di kalangan remaja hingga dewasa. Oleh sebab itu banyak yang menganggap Korea Selatan sebagai salah satu kiblat hiburan karena pesona budaya dan kemajuan negaranya.

Namun siapa sangka ada sisi lain yang jarang kita lihat. Itu adalah desa Guryong yang sangat jauh dari kata maju bahkan malah terlihat seperti perkampungan kumuh di negeri Ginseng. Jauh berbeda dengan apa yang ditampilkan oleh drama dan film Korea, berikut ulasan mengenai desa kumuh tersebut.

Sisi lain dari distrik paling kaya di Seoul

Kita mungkin mengenal Gangnam melalui lagu yang sempat dipopulerkan penyanyi PSY. Namun ternyata Gangnam juga terkenal sebagai distrik terkaya di Seoul. Lengkap dengan gedung-gedung pencakar langit membuat daerah ini jadi sangat maju. Akan tetapi, ada pemandangan sangat berbeda kalau melihat di sisi lain.

Kawasan kumuh [sumber gambar]
Itu adalah desa Guryong yang juga berada di Gangnam namun penuh dengan bangunan yang kumuh. Alih-alih gedung pencakar langit, yang kelihatan hanyalah rumah berdinding kayu rapuh hingga kain. Pemandangan ini terlihat sangat bertolak belakang dari apa yang kita lihat di televisi atau drama. Pun demikian dengan lingkungan yang ada di sana yang penuh sampah dan serangga.

Para penduduk yang pindah karena iming-iming sukses

Sejatinya adanya penumpukan rumah-rumah kumuh ini juga sebuah problematika. Dilansir dari laman IDN, pada tahun 1980-an banyak penduduk yang memiliki penghasilan rendah yang harus mengalami pengusiran. Rumah mereka dipakai untuk pembangunan proyek untuk olimpiade.

Banyak yang pindah [sumber gambar]
Karena sudah tak ada tempat tinggal, akhirnya mereka datang ke Guryong untuk terus melanjutkan hidup. Sebelum pindah pun para penduduk ini sempat diiming-imingi tinggal di apartemen. Namun sayangnya sampai saat ini tak ada kejelasan mengenai janji tersebut. Seperti yang dikatakan salah satu penduduk Kim Ok Nyo, yang sangat iri melihat keadaan gedung pencakar langit di dekat Guryong karena seharusnya mereka juga tinggal di sana.

Hidup dengan sokongan dari pemerintah

Menjalani hidup di daerah kumuh namun biaya hidup tinggi memanglah bukan hal yang mudah. Para penduduk Guryong pun juga mengalami hal yang serupa. Dilansir dari laman CNN, salah satu penduduk bertahan hidup dengan mengandalkan sokongan dari pemerintah.

Berdinding kain dan kayu [sumber gambar]
Bayangkan saja, di kota yang biaya hidupnya lumayan tinggi, mereka memanfaatkan bantuan yang jumlahnya hanya sekitar Rp2,4 juta rupiah dari pemerintah. Pun demikian dengan kegiatan sehari-hari, para penduduk di sana menggunakan fasilitas umum misalkan untuk mencuci, mandi, dan buang hajat. Saking seringnya dipakai dan tak dirawat, bertemu dengan kecoak atau tikus di fasilitas umum adalah hal yang wajar bagi mereka.

Sebuah desa yang lebih mirip sebagai penampungan

Lantaran keadaannya yang lumayan kumuh, desa Guryong lebih mirip sebuah penampungan. Namun demikian para warga di sana bertahan semampunya dan mencoba membuat lingkungannya sehidup mungkin. Di sana ternyata juga ada bangunan seperti gereja, taman kanak-kanak, listrik, dan air. Uniknya kebanyakan dibangun oleh warganya sendiri.

Mirip penampungan [sumber gambar]
Sejatinya sudah beberapa kali ada pengembang yang datang ke Guryong untuk membeli tanah mereka. Namun semua ditolak karena para pengembang itu memberikan harga rendah yang tidak masuk akal. Para penduduk pun hanya punya kartu pengenal sementara. Kartu pengenal itu diberikan karena sebelumnya kartu identitas diri resmi ternyata tidak pernah dimiliki oleh warga di sana.

BACA JUGA: Di Balik Gemerlapnya Bollywood, Inilah Wajah Lain India yang Serasa Seperti di “Neraka”

Adanya desa Guryong ini sejatinya jadi sebuah gambaran yang sangat jarang sekali kita lihat. Keadaan ini juga ada di negara kita, di mana di balik kemajuan kita selalu ada daerah kumuh yang jarang diketahui. Hal ini tentunya jadi masalah kita bersama untuk menyelesaikannya.

Share
Published by
Arief

Recent Posts

Rosita Istiawan Pionir Hijau, Dedikasi Bangun Hutan 25 Tahun

Di tengah keputusasaan untuk menjaga kelestarian alam, Indonesia membutuhkan sosok yang berani melindungi sumber daya…

10 hours ago

Tesso Nilo: Rumah Para Gajah yang Kian Terancam Eksistensinya

Media sosial akhir-akhir ini sedang dihangatkan dengan topik seputar perusakan alam, di mana salah satunya…

2 weeks ago

Penemuan Rafflesia Hasseltii Berbuntut Panjang, Oxford Dianggap Pelit Apresiasi

Sedang viral di platform media sosial X mengenai kehebohan penemuan bunga Rafflesia Hasseltii. Yang menemukan…

2 weeks ago

4 Aksi Pejabat Tanggap Bencana Sumatera yang Jadi Sorotan Netizen

Sumatera berduka setelah banjir bandang disertai tanah longsor menyapu Pulau Sumatera bagian utara. Tak hanya…

3 weeks ago

Kebakaran Hebat Gedung Terra Drone, Korban Tembus 20 Orang

Duka terus menghampiri bangsa Indonesia di penghujung tahun 2025 ini. Belum kelar bencana banjir hebat…

3 weeks ago

Kisah Pilu Warga Terdampak Bencana Sumatera, Sewa Alat Berat Sendiri untuk Cari Jenazah Ibunya

Ribuan kabar duka dari Pulau Sumatera. Salah satunya adalah seorang pemuda bernama Erik Andesra, pria…

3 weeks ago