Rodrigo Duterte, pria ini mungkin layak disebut sebagai Jack The Ripper-nya abad 21. Bedanya, kalau Jack The Ripper asli membunuh para WTS, Duterte menyikat orang-orang yang berhubungan dengan narkoba. Entah pemakai lebih-lebih pengedar. Kontroversial aksinya, tapi lantaran apa yang dilakukan Duterte ini, Filipina sekarang angker bagi narkoba.
Jika Filipina punya Duterte, Indonesia punya BNN sebagai badan sah yang menanggulangi urusan narkoba. Meskipun keduanya sama-sama concern di bidang ini, namun BNN sendiri bisa dibilang kalah greget meskipun tidak bisa dibilang melempem juga. Duterte jika bertemu dengan pengedar akan langsung mengirimnya ke akhirat. BNN lebih santun dengan memeriksa dan lain sebagainya. Setiap negara punya caranya sendiri dalam memberantas narkoba. Tapi, harus diakui kalau metode Duterte ini lebih menghasilkan.
Nah, masih tentang pemberantasan narkoba, kira-kira bagaimana ya kalau seumpama orang-orang BNN sama kerasnya seperti Duterte? Kira-kira apa yang bakal terjadi di negeri ini? Hmm, tak melulu positif ternyata. Kenapa bisa demikian? Ketahui selengkapnya lewat ulasan berikut.
Tak bisa dipungkiri sikap keras dan anti toleran Duterte kepada narkoba telah banyak mengubah wajah Filipina sekarang. Ya, negara yang dulu jadi sarang narkoba ini sekarang berubah sangat angker bagi obat-obatan haram itu. Meskipun ada, jumlahnya pasti sangat sedikit dan takkan ada oknum yang berani menunjukkan kepemilikannya kalau tidak mau jadi mayat keesokan harinya oleh Death Squad.
Jika Duterte berhasil dengan cara keras itu, Indonesia pun bakal sama kalau BNN berbuat hal yang serupa. Pemakai, bandar, pengedar, semua dieksekusi tanpa ampun dan Indonesia pun bakal bersih dari yang namanya narkoba. Kalau seumpama benar terjadi, mungkin akan ada puluhan bahkan ratusan orang yang meninggal tiap harinya, mengingat Indonesia sendiri diduga punya begitu banyak orang-orang yang berurusan dengan narkoba. BNN keras, Indonesia akan aman dari narkoba, itu pasti.
Tentu kamu masih belum lupa soal aksi konyol pejabat daerah di salah satu wilayah Indonesia yang memposting video kala nyabu. Sekarang mereka mungkin sudah ditangkap, tapi aksi pamer mengonsumsi narkoba di sosmed jadi bukti lemahnya negara kita soal penanganan obat-obatan terlarang. Seumpama BNN lebih tegas, maka yang seperti ini takkan pernah terjadi.
Ya, para pengguna takkan pernah berani memposting video seperti itu. Seumpama melakukannya, hal tersebut pasti bakal jadi semacam undangan bagi BNN untuk memburu dan mengeksekusinya. Dampak baik dari hal ini, takkan lagi ada orang yang berani sesumbar soal narkoba yang kemungkinan ditonton juga oleh anak-anak.
Sikap keras BNN terhadap narkoba jelas akan menimbulkan ketakutan dan keresahan di kalangan penikmatnya. Ya, ibaratnya mereka hanya tinggal tunggu giliran saja sampai BNN mengeksekusi mereka satu per satu. Alhasil, bagi oknum yang terlibat narkoba, mereka tak punya pilihan lain untuk hidup selain berhenti pakai dan menyerahkan dirinya. Penjara-penjara pun akhirnya akan penuh sesak dengan para oknum yang terlibat narkoba.
Di Filipina sendiri fenomena macam ini memang terjadi. Tak lama setelah Duterte naik tahta dan kemudian memberantas narkoba, makin banyak orang-orang yang menyerahkan dirinya. Jumlahnya sendiri tak hanya ratusan, tapi ribuan bahkan lebih.
Aksi pemberantasan narkoba dengan cara keras memang akan memberikan hasil positif. Tapi, tak semua orang bakal setuju dengan cara seperti ini. Terutama para penggiat HAM, mereka akan mati-matian memprotes cara-cara keras macam ini. Protesnya bisa lewat apa pun termasuk dengan menyebar ratusan petisi-petisi online.
Duterte sendiri juga tentu mengalami hal ini. Tapi, orang ini bukanlah presiden biasa. Dengan kata-kata ceplas-ceplosnya, sang presiden Filipina malah mengkritik para penggiat HAM yang tak tahu apa-apa soal memberantas narkoba. Hal yang sama akan terjadi di Indonesia kalau BNN memberlakukan cara yang serupa seperti Duterte. Tinggal bagaimana menyikapinya. Berhenti atau lanjut.
Indonesia lewat BNN bisa sebenarnya menerapkan yang seperti ini. Dan kalau berkaca pada Filipina, cara tersebut sangat berhasil membuat narkoba keok. Tapi, aksi eksekusi para oknum narkoba itu jelas akan mendapatkan banyak pertentangan. Terutama penggiat HAM yang akan sangat tidak terima dengan tindakan seperti ini.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…