Ujaran mantan Presiden Soeharto yang belakangan booming berbunyi “Enak zamanku tho?” sama sekali bukan ucapan omong kosong saja. Kembali ke masa-masa berjayanya sang pemimpin Cendana itu, Indonesia memang sangat makmur. Apa-apa murah, cari kerja mudah, usaha enak, dan sangat jarang sekali ada kejahatan yang berlarut-larut. Mungkin keburukan sang mantan presiden juga tak sedikit, namun harus diakui kalau zaman dulu memang lebih enak dari sekarang.
Baca Juga : 7 Cara Mantan Presiden Soekarno Memikat Hati Wanita
Bukan hanya pengaruh Soeharto Indonesia sempat jadi surga. Hal tersebut juga karena andil sang wakil presiden, Try Sutrisno. Ya, sosok tak banyak bicara ini juga turut membantu membaiknya Indonesia kala itu. Namun, kita mungkin tak pernah tahu apa saja jasa-jasanya. Bahkan menyebut nama saja sudah sangat jarang.
Agar tidak jadi bangsa yang pelupa dan tahu diri, tak ada salahnya jika kita mencari tahu lagi bagaimana kehidupan Try Sutrisno yang ternyata tak banyak diketahui. Berikut adalah kisah sang mantan wakil presiden yang ternyata penuh liku dan juga mengandung banyak sekali pelajaran yang bisa diambil.
1. Pembesar Negara yang Lahir Dari Keluarga Sangat Sederhana
Try Sutrisno lahir pada tahun 1935 di Surabaya. Ayahnya bernama Subandi bekerja sebagai supir ambulance sedangkan sang ibu, Mardiyah, hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Tak ayal Sutrisno kecil harus hidup sederhana mengingat kedua orang tuanya yang pas-pasan. Keadaan ekonomi keluarga pun makin buruk ketika Subandi dipindahtugaskan ke Mojokerto untuk jadi staf medis salah satu batalyon di sana.
Sutrisno pun akhirnya harus putus sekolah dan bekerja untuk membantu ekonomi keluarga. Tidak ada yang bisa dilakukan bocah 13 tahun, akhirnya Try Sutrisno pun berdagang rokok dan juga menjajakan koran. Ia pernah ingin melamar menjadi salah satu kadet ABRI, namun hal ini tak pernah bisa dilakukan. Ketika sudah membulatkan tekad dan mendaftar, Try Sutrisno justru dijadikan kurir yang bertugas mengantarkan obat-obatan kepada para prajurit. Situasinya juga tidak mudah, pasalnya saat itu tahun 1949, Belanda kembali lagi untuk menginvasi Indonesia.
Hingga setelah Belanda hengkang, keluarganya pun kembali ke Surabaya dan Try Sutrisno bisa meneruskan pendidikannya. Sang pembesar negara ini pun lulus SMA sebelum akhirnya mendaftar disebuah akademi militer bernama ATEKAD (Akademi Teknik Angkatan Darat).