Sosok perempuan dari ujung timur Indonesia ini memang tak sepopuler tokoh nasional Kartini. Namun wanita yang biasa disapa Mama Yosepha ini pantas disebut sosok Kartini masa kini. Sebab meski namanya asing di Indonesia, tapi bagi masyarakat Papua Mama Yosepha adalah sosok yang banyak berjasa bahkan tak berlebihan jika disebut pahlawan.
Kiprahnya dalam memajukan kehidupan masyarakat Papua dimulai sejak usia belia. Sebagai bidan, Yosepha telah berusaha keras bekerja untuk menolong orang-orang di sekitarnya. Saat budaya alkohol memasuki tanah Papua, Yosepha juga menjadi satu dari orang yang mengkampanyakan pelarangan minuman keras itu di Timika. Tak hanya itu, Mama Yosepha juga tampil sebagai tokoh yang membela hak-hak masyarakat adatnya. Tak tanggung-tanggung, lawan yang dihadapinya adalah perusahaan raksasa Freeport.
Sejak masih bayi, Yosepha telah ditinggalkan ayah dan ibu kandungnya yang meninggal di usia muda. Perempuan dari suku Amungme itu pun tinggal dengan orang tua tiri dan hidup secara berpindah-pindah (nomaden). Karena sistem administrasi yang tak baik di Papua kala itu, Yosepha tak tahu kapan tepatnya dirinya lahir. Bahkan informasi tentang ayah dan ibunya pun tak ada dokumen apapun yang mencatat.
Berkat bantuan dari program Misi Gereja Katolik, perempuan kelahiran daerah Tsinga itu bisa mengenyam pendidikan. Setelah itu, Yosepha bekerja sebagai bidan dan banyak orang tertolong berkat kerja kerasnya yang sangat cekatan menangani pasien. Yosepha menikah sekitar tahun 1970-an. Mahligai rumah tangga Yosepha dan sang suami diterpa prahara akibat maraknya alkohol di tanah Papua kala itu.
Jika dikaitkan dengan Freeport, maka nama Mama Yosepha mempunyai tempat tersendiri. Sebab wanita ini adalah sosok yang dikenal sebagai pahlawan yang memperjuangkan rakyat Papua yang kehilangan hak-haknya sebab Freeport. Berbagai protes melalui lisan maupun tindakan terus-menerus ia lakukan. Yosepha pun harus kehilangan nyawa anak sulungnya saat bersembunyi di hutan karena kelaparan. Perempuan ini dan warga Amungme harus lari ke hutan sebab dikejar-kejar pihak berwajib setelah memotong pipa milik Freeport. Latar belakang tindakan ini karena Freeport telah dianggap merampas tanah yang merupakan milik rakyat Amungme.
Meski pernah ditangkap, Yosepha tak pernah menyerah dan malah semakin tak gentar. Perempuan ini dengan berani mengajukan tuntutan perdata terhadap Freeport McMoRan Cooper And Gold di Amerika Serikat. Dalam tuntutan itu, dirinya meminta pihak Freeport untuk memberikan ganti rugi bagi kerusakan alam dan penderitaan yang dirasakan warga karena Freeport.
Meski Mama Yosepha telah mendapat ganti rugi dari Freeport, tapi hal itu tidak menyurutkan perjuangannya melawan raksasa tambang itu. Selama masih ada korban Freeport, Yosepha terus maju untuk mengusahakan penutupan Freeport.
Keteguhan dan keberanian Mama Yosepha dalam memperjuangkan hak-hak rakyat Papua memang tak diragukan lagi. Meski harus ditangkap, dibuang di penampungan kotoran dan penderitaan lainnya, wanita ini tetap pada pendiriannya. Yaitu mendapatkan apa yang harusnya menjadi hak-hak kaumnya. Salut!
Fenomena viral Arra, bocah lima tahun yang dikenal karena kepandaiannya berbicara dengan gaya dewasa, kembali…
Nama Fedi Nuril akhir-akhir ini kembali dikenal publik. Bukan karena kembali membintangi film dengan tokoh…
Kamis (20/3/2025) pukul 03.00 WIB, saat asyik scrolling media sosial X sambil sahur, mata tertambat…
Dunia aviasi Indonesia bakal semakin berwarna dengan kehadiran burung-burung besi baru. Indonesia Airlines, sebuah perusahaan…
Lagi-lagi rakyat Indonesia dibikin geleng-geleng kepala oleh ulah aparat penegak hukum. Kali ini kasusnya sedang…
Baru-baru ini, dunia hiburan Korea Selatan diguncang oleh skandal yang melibatkan aktor papan atas, Kim…