Di tengah pandemi, banyak yang memulai usaha kuliner sendiri. Ini adalah momen yang baik untuk mengasah jiwa entrepreneur kita, ditambah menghasilkan cuan dengan keuntungan suka-suka kita. Apalagi, kini banyak sistem yang memudahkan wirausaha, seperti paket usaha hingga aplikasi kasir.
Satu hal yang perlu diingat, usaha yang dimulai sendiri itu mudah dibuka, namun sering sulit dipertahankan. Jam terbang dan mood yang masih angin-anginan membuat kita sulit mengembangkan hingga mempertahankan apa yang baru kita rintis.
Jangan cepat menyerah, Sobat Boombastis. Walau banyak tantangan, jualan itu menyenangkan jika sudah merasakan cuan dan jatuh bangunnya. Berikut ini adalah hambatan yang bakal sering kalian hadapi, tapi jangan grogi karena selalu ada solusinya.
Yang paling sering karena usaha dikelola sendiri adalah keuangan yang bercampur dengan operasional pribadi. Sebaiknya kedua jenis penghitungan ini dipisah, karena menjalankan sebuah bisnis ada operasionalnya sendiri. Jika ada laba, ambil sebagian untuk keuntungan sendiri dan sebagian untuk diputar kembali atau berinvestasi pada alat masak, bahan, wadah makanan atau bahkan bangunan jika punya visi upgrade tempat usaha
Di luar sana pasti ada persaingan harga. Jika kita berani memberikan kualitas premium, jangan ragu menentukan harga yang sedikit lebih mahal. Jangan takut kehilangan pelanggan lantas memasang harga murah padahal effort kita akan menu yang ditawarkan juga tidak main-main. Hargai juga ongkos BBM untuk memasak, transportasi ke pasar dan lelah yang kita buat.
Ibaratnya kita sedang di pasar menjual tempe dan dua blok dari bedak kita juga jual tempe. Seperti saat ini yang trennya adalah ayam geprek dan rice box, boleh saja kita ikut arus, tapi pertimbangkan persaingannya. Ketika semua sedang menawarkan produk yang sama, sebaiknya kita luangkan waktu untuk membuat menu berbeda. Inovasi bisa memanfaatkan apa yang dimiliki. Atau jika kita sudah ada laba, gunakan sedikit keuntungan untuk improvisasi menu.
Meski usaha kita laris, akan tersungkur juga bila tidak memiliki formula dan standar memasak yang konsisten. Ini sih yang sering diajarkan dalam acara memasak seperti Master Chef atau Hell’s Kitchen. Bayangkan jika semakin laris, tapi kita memasaknya tidak fokus sebab kejar-kejaran dengan antrian order. Pelanggan bisa merasakan perubahan rasa yang menentukan apakah mereka akan repeat order atau tidak.
Pengusaha kuliner yang mulai dari rumah sendiri, seringkali dosis rasa PDnya perlu diasah. Sebab mereka bersaing dengan vendor besar/resto yang populer. Seringnya, usaha yang dibangun secara perorangan, kurang edukasi mengenai hal ini. Perbanyak ilmu mengenai membangun usaha, promosi, diskon dan paket bundling, serta trik berjualan lainnya. Hal ini akan memperkuat usaha rumahanmu di jajaran kuliner yang lebih ternama.
Ingat, usaha sendiri walau sekecil apapun, kamu tetap bosnya. Jadi, buat yang sedang jualan, tetap semangat ya. Sedangkan kamu yang punya niatan, coba saja dulu pengalamannya, baru cuan kemudian.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…