Mengisi daya ponsel mungkin merupakan sesuatu yang remeh dan dianggap biasa saja di Indonesia. Namun, hal semacam ini ternyata tak semudah dilakukan jika kita berkunjung ke beberapa wilayah yang terdapat di sub-sahara Afrika. Dilansir dari Theafricangourmet.com, banyak dari pedesaan yang terpencil ternyata kesulitan dalam hal kelistrikan.
Hal ini tentu saja berimbas pada peralatan elektronik yang mereka miliki. Salah satunya adalah ponsel. Tak seperti kita yang hidup di Indonesia, di mana nge-cas hape tinggal cari lubang colokan atau menggunakan powerbank yang banyak dijual di pasaran, mereka yang berada di negara seperti Kenya, Uganda dan Leshoto, harus pintar-pintar mengisi daya ponselnya karena dikenai tarif yang lumayan menguras kantong
Lebih dari 69 persen populasi di Afrika sub-Sahara tidak memiliki akses listrik yang layak. Akibatnya, jumlah orang tanpa akses ke listrik meningkat hingga lebih dari 85% di daerah pedesaan. Hal ini kemudian berimbas pada penggunaan ponsel yang mereka pakai sehari-hari. Dikutip dari Theafricangourmet.com, hal inilah yang kemudian memunculkan bisnis jasa pengisian daya ponsel yang mereka gunakan. Salah satunya di Uganda.
Bagi mereka yang tinggal di pedesaan yang jauh dari kota, biasanya harus menempuh bermil-mil ke kota terdekat yang memiliki fasilitas listrik yang memadai. Di sana, ada sebuah jasa pengisian daya ponsel yang menetapkan tarif 30 sen ( Rp 851) sekali isi. Jika dikalkulasikan dalam setahun yakni 30 sen x 12 = 360 sen (Rp 10222). Ingat, itu hanya sekali isi. Lain halnya jika dalam sehari harus mengisi hingga 3 kali misalnya. Hitung sendiri deh berapa biayanya.
Tak hanya menjadi ladang bisnis, terkadang beberapa solusi seperti penggunaan energi alternatif lewat panel surya juga kerap tak lepas dari sisi bisnis. Seperti yang terjadi di Tanzania, sebuah perusahaan AS meluncurkan stan pengisian bertenaga mobile seperti truk es krim yang bergerak ke sana kemari. Dengan kemampuan mengisi daya hingga 20 ponsel sekaligus, pemasangan box ini memakan biaya 600 dolar AS sekitar Rp 8 juta.
Di sinilah aroma kapitaslime bermain. Dilansir dari Intisari.grid.id, perusahaan tersebut menawarkan pada orang lokal dengan mengadakan pelatihan untuk membuat panel surya sendiri. Tidak gratis, per individu harus membayar 80.000 shilling Tanzania atau sekitar Rp 480 ribu. Setelah lulus, para alumni ini nantinya membuka jasa pengisian daya ponsel dengan tarif 1 dollar as hingga 1,5 dollar as (Rp 13-20 ribu) untuk sekali isi. Bisa dibayangkan, berapa biayanya jika dikalkulasi dalam setahun plus dikali berapa kali isi dalam sehari.
Lain Uganda dan Tanzania, berbeda pula yang dilakukan oleh masyarakat di Kenya. Negeri di kawasan Afrika bagian Timur ini, juga mengalami keterbatasan pada energi listrik. Namun, masalah ini coba dipecahkan oleh dua anak muda yang bernama Jeremiah Murimi dan Pascal Katana. Dilansir dari News.bbc.co.uk, keduanya menciptakan alat pengisian daya yang bisa dilakukan lewat putaran roda sepeda.
Sama-sama berasal dari desa dan mengerti soal terbatasnya pasokan listrik, mereka ingin agar alat pengisian daya tersebut bisa membantu orang tanpa listrik di daerah pedesaan. Di Kenya sendiri, masyarakat yang tinggal di daerah terpencil harus melakukan perjalanan jauh ke toko-toko, di mana mereka dikenakan biaya USD$ 2 (Rp 28.042) untuk menyalakan telepon mereka. Sumbernya biasa diambil dari aki mobil atau panel surya.
BACA JUGA: Menilik Kesuksesan Anak Muda Afrika yang Berhasil Membuat Robot dari Sampah Elektronik
Bersyukur jika kita saat ini hidup di Indonesia. Bayangkan, banyak masyarakat di Afrika sana yang harus berjuang keras hanya untuk masalah sepele seperti mengisi daya ponsel, karena terbatasnya sumber daya kelistrikan. Tak hanya itu, biaya pun menjadi momok karena baka terkuras habis hanya untuk mengisi daya ponsel. Jadi nggak heran deh kalo di sana ada bisnis jasa pengisian baterai handphone. Bersyukur ya hidup di Indonesia Sahabat Boombastis?
[NOTE: konversi dari sen ke rupiah menggunakan aplikasi pada laman walletinvestor.com.]
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…