Anda pernah dengar Suku Dayak? Jikalau pernah, pastilah yang terbayang adalah Suku Dayak yang berada di pedalaman Kalimantan yang umum diketahui khalayak umum. Namun tak disangka, di Pulau Jawa pun ada sebuah Komunitas Suku Dayak yang ternyata tidak ada hubungannya sama sekali dengan Suku Dayak yang berada di pedalaman Kalimantan. Kalau konon Suku Dayak di pedalaman Kalimantan agak membatasi pergaulan dengan masyarakat umum, sebaliknya komunitas Suku Dayak di Indramayu yang justru suka berbaur dengan masyarakat sekitar.
Komunitas Suku Dayak di Indramayu ini biasa disebut Suku Dayak Losarang atau Suku Dayak Hindu Bumi Segandu Indramayu. Digagas dan dipimpin oleh Paheran Takmad Diningrat Gusti Alam, komunitas ini memiliki cara hidup yang cukup unik dan tidak biasa. Meski begitu, keseharian mereka bisa selaras dengan masyarakat umum yang ada di sekitarnya. Nah, berikut keseharian yang tidak biasa dari Komunitas Suku Dayak Indramayu.
Mempunyai aturan tersendiri dalam komunitasnya, anggota Suku Dayak Indramayu menolak terikat pada aturan di luar komunitasnya. Baik itu sesuatu yang diatur oleh agama maupu ketentuan yang berkaitan dengan hak dan kewajiban sebagai bagian dari bangsa Indonesia. Keyakinan mereka dalam menjalani kehidupan sehari-hari adalah bahwa manusia berhak berkehendak sendiri.
Warga Negara Indonesia lazimnya memiliki identitas diri berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP). Kartu ini berfungsi sebagai syarat untuk mengurus banyak hal terkait hak dan kewajiban warga negara. Nah, sebaliknya Suku Dayak Indramayu justru tidak bersedia memiliki identitas diri. Karenanya, mereka biasanya tidak bisa bepergian layaknya orang pada umumnya. Tidak hanya itu, komunitas ini juga menolak untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum (golongan putih).
Layaknya memperlakukan putri dengan kemanjaan seperti di negeri dongeng, maka begitulah gambaran perempuan-perempuan di tengah Komunitas Suku Dayak Indramayu. Bagi kaum laki-kali komunitas ini, perempuan menempati posisi yang amat tinggi. Sehingga para lelakilah yang mengurus semua hal terkait kebutuhan rumah tangga. Mulai dari mencari nafkah, melakukan pekerjaan rumah seperti menyapu, memasak, dan memandikan anak , semuanya laki-laki yang mengerjakan. Perempuan hanya tahu beres saja. Intinya, mereka menganggap bahwa kaum laki-laki diharuskan mengabdikan seluruh hidupnya untuk berbakti kepada ibu, istri, serta anaknya.
Bisa dibilang, bila ada konsep “Tuhan” dalam komunitas ini, maka manifestasinya adalah sosok wanita yang disebut sebagai “Nyi Dewi Ratu”. Penguasa sukma bumi dan hokum kebenaran yang harus dipuja dan ditinggikan lewa laku dan amalan-amalan. Nah, dalam kehidupan sehari-hari, hal ini diwujudkan dalam bentuk kesetiaan kepada istri. Karena mereka meyakini bahwa perempuan, adalah makhluk yang menjadi sumber kelahiran manusia, yang tidak bisa digantikan oleh siapapun.
Merasa badan gerah, lengket, berkeringat, serta kotor dan perasaan tidak enak lainnya akan muncul jika orang pada umumnya tidak mandi seharian saja. Nah, uniknya Komunitas Suku Dayak Indramayu ini malah mengaku terbiasa dengan hal tersebut. Mereka terbiasa tidak mandi seminggu, sebulan, bahkan lebih. Kebiasaan mandinya pun berbeda dengan tata cara mandi orang pada umumnya.
Disebut ‘kumkum’, adalah sebuah ritual merendamkan diri di dalam air. Ritual ‘kumkum’ diawali dengan kegiatan kidung yang dilakukan menjelang tengah malam. Selepas itu, peserta ritual menuju sungai terdekat untuk merendamkan diri selama hampir delapan jam hingga keesokan harinya.Dengan bertelanjang dada dan hanya bercelana sampai lutut, mereka menikmati dinginnya air sungat dan tingkah hewan-hewan kecil di dalamnya. Wah, ritual yang tidak mudah juga.
Mepe merupakan Bahasa Jawa yang berarti berjemur. Ritual ini tak lain adalah acara lanjutan dari prosesi kumkum yang telah dilakukan sebekumnya. Nantinya, peserta ritual akan menjemur dirinya di atas tanah sambil berbaring membentuk lingkaran dan menghadap matahari.
Ritual yang dilakukan para laki-laki ini bermaksud untuk mengeringkan badan, dan juga mendekatkan diri dengan alam melalui penghormatan terhadap tanah yang menjadi alas dan terik matahari yang menyinari. Nah, setelah ritual mepe dan kumkum berakhir, peserta ritual meyakini bahwa dirinya merasa terlahir menjadi orang yang baru.
Anggota Komunitas Suku Dayak Indramayu tidak mengonsumsi daging dan hewan hidup lainnya. Hal ini didasarkan pada ajaran mereka untuk menghormati sesama makhluk hidup yang bernyawa dan bergerak.
Maka, tidak heran jika mereka anti membunuh binatang, bahkan seekor cacing dan nyamuk pun. Yang mereka makan lebih cenderung ke arah sayur-sayuran.
Cara mudah mengenali Suku Dayak Indramayu adalah dengan melihat gayanya dalam berbusana. Anggota Suku Dayak Indramayu tulen, akan selalu mengenakan celana bercorak hitam dan putih. Kedua warna ini melambangkan alam yang menghadirkan siang dan malam. Mereka juga selalu bertelanjang dada, dan tidak menganut agama apapun. Sedangkan anggota biasa, adalah mereka yang masih menganut agama dan keyakinan masing-masing, biasa menggunakan pakaian serba hitam.
Selain itu, komunitas ini meyakini bahwa jika salah seorang dari mereka sakit, maka dianggap sedang dalam jalan yang salah dalam hidup. Sehingga, mereka akan menerungi diri dan diam sampai penyakitnya sembuh dengan sendirinya. Mereka tidak pernah berusaha mengobati diri seperti berobat atau pergi ke rumah sakit.
Komunitas ini berada di Kampung Segandu, Desa Krimun Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat. Menuju lokasi ini bisa ditempuh dengan mengambil jalur sebelah kanan jalan by pass dari arah Jakarta ke Cirebon. Tempat ini tidak jauh dari Pantai Eretan Wetan. Memiliki markas yang biasa disebut pendopo, anda bisa datang dan tak perlu khawatir. Sebab, anggota komunitas ini terkenal ramah, dan terbuka meski kepada orang asing.
Waw, tidak mengira bukan ada komunitas di tengah masyarakat modern yang masih memilih tetap hidup secara tradisional? Lokasinya pun bukan di tengah masyarakat modern dan bukan daerah pedalaman. Jadi, anda tertarik melihat langsung?
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…