Bung Karno seperti yang kita ketahui bersama, adalah sosok yang luar biasa. Beliau ini tak hanya nasionalis, tapi juga sangat mendukung hal-hal yang berkenaan dengan agama, apa pun macamnya, entah Islam, Kristen, Hindu, dan lain sebagainya. Namun, ada satu masa di mana Bung Karno memboikot Santa Claus yang notabene identik dengan kaum Kristiani. Hmm, kenapa kira-kira?
Jangan keburu emosi dan mengatakan Bung Karno pilih kasih atau semacamnya. Pasalnya, beliau melakukan ini bukan karena dasar kebencian terhadap agama tertentu, tapi sebagai bentuk protes dirinya akan sikap Belanda yang kurang ajar dan tak tahu diri gara-gara klaim mereka terhadap Papua Barat. Saat itu, Bung Karno membentuk semacam gerakan anti-Belanda yang di dalamnya termasuk juga pelarangan atribut yang berhubungan dengan negeri tulip. Santa Claus di Indonesia awalnya berasal dari Belanda, makanya secara tidak langsung aksi anti-Belanda juga mencatut itu. Fenomena ini sendiri kemudian disebut Sinterklas Hitam.
Fenomena Sinterklas Hitam sendiri tak sesederhana hanya dengan melarang sang Santa Claus untuk bagi-bagi permen dan mainan, tapi juga hal-hal yang lebih besar. Dan berikut adalah ulasan lebih dalam tentang kejadian yang tak banyak diketahui itu.
Pada tahun 1950an Indonesia masih belum benar-benar stabil. Seperti yang kamu tahu, di tahun-tahun itu bangsa kita masih harus diribetkan dengan banyak hal, termasuk salah satunya adalah aksi-aksi kumpeni yang ingin merongrong wilayah NKRI. Papua Barat salah satunya, ketika itu masih di bawah kungkungan Belanda.
Bung Karno adalah pihak yang paling getol menyuarakan persatuan wilayah. Mengetahui kenyataan tersebut, tentu beliau marah besar. Belanda memang diketahui sudah pasang pondasi di sana dengan memasyarakatkan bahasa Belanda serta kultur-kulturnya. Tak selesai sampai situ, kemarahan Bung Karno semakin menjadi tatkala PBB malah memutuskan kalau Papua Barat harus ada di tangan Belanda. Murka, Bung Karno lalu menggalakkan gerakan anti-Belanda termasuk kemudian memunculkan fenomena Sinterklas Hitam.
Setiap tanggal 5 Desember, orang-orang Belanda di Indonesia rutin mengadakan sebuah acara yang sebut saja dengan Santa Claus. Acara ini sama persis seperti yang ada di luar negeri sana. Hanya saja, kebanyakan rumah orang-orang Belanda di sini tak bercerobong asap, si Santa pun memasukkan mainan ke dalam kaus kaki yang dipasang anak-anak di bawah jendela.
Acara ini tetap rutin dijalan bahkan meskipun Indonesia telah merdeka. Namun, di tahun 1957, si Janggut putih dilarang beredar lagi. Ya, Bung Karno secara tidak langsung melarang acara ini karena Santa Claus di Indonesia datangnya dari Belanda. Seperti yang disinggung di atas, Bung Karno sedang menggalakkan anti-Belanda. Makanya, kemudian si Santa tak boleh lagi muncul.
Ya, kejadian Sinterklas Hitam ini tidak hanya tentang pelarangan eksistensi Santa Claus, tapi juga hal-hal yang lebih besar lainnya. Diketahui pada saat momen Sinterklas Hitam ini, rakyat juga memaksa orang-orang Belanda yang masih ada di Indonesia untuk hengkang. Ketika itu suasananya cukup mencekam. Orang-orang Belanda sama sekali tak berani keluar dari rumahnya.
Berita ini kemudian sampai ke telinga ratu Belanda dan ia dengan segera mengirimkan kapal-kapal untuk menjemput warga-warganya yang masih tersisa di sini. Orang-orang Belanda yang terusir itu rata-rata tidak membawa apa pun. Semuanya mereka tinggal di Indonesia. Bahkan ada menurut catatan ada yang pulang hanya dengan bekal baju yang melekat. Ketika itu ada sekitar 50 ribuan orang Belanda yang dipaksa pulang. Tak hanya mengusir orang-orang itu gerakan anti-Belanda ini juga diimplementasikan dengan menasionalisasi semua usaha milik orang-orang Belanda.
Meskipun mencanangkan anti-Belanda yang kemudian diwujudkan percabangannya lewat Sinterklas Hitam, namun sejatinya Bung Karno sama sekali tak pernah benci dengan sosok Santa Claus. Hal ini dilihat dari sikap beliau yang sebelumnya tak pernah melarang kehadiran si sosok jenggot putih itu di mana pun, bahkan Istana Negara.
Bung Karno ini memang suka sekali dengan anak-anak. Dan sekali waktu beliau juga memanjakan bocah-bocah dengan hal-hal yang membuat mereka senang. Salah satunya ya dengan menghadirkan Santa Claus ke Istana yang memang bikin anak-anak bahagia lantaran mendapatkan hadiah-hadiah.
Tidak diketahui secara pasti sampai kapan Sinterklas Hitam ini berlangsung. Pasalnya, tak ada bukti khusus tentang hal tersebut. Namun, perkiraannya, gerakan anti-Belanda itu terus dilakukan sampai akhirnya Papua Barat benar-benar berada di genggaman Indonesia.
Dan benar saja, pasca Papua Barat sudah dimiliki Indonesia, Santa Claus pun boleh kembali masuk. Bahkan katanya di Manado perayaan Santa Claus ala Belanda masih dilakukan sampai sekarang. Oh iya, acara Santa Claus versi Belanda ini dilakukan agak beda. Ya, si Santanya membawa seorang asisten yang dinamakan dengan Piet Hitam.
Bukan lantaran sentimen terhadap agama tertentu sehingga Bung Karno mengobarkan Sinterklas Hitam, melainkan sebagai aksi untuk melawan Belanda yang semena-mena dengan tanah kita. Dan aksi ini pun banyak yang mendukung termasuk dari para warga kristiani yang juga tak rela Papua Barat dipeluk Belanda.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…