Nasib orang tak pernah diduga. Benar kata orang bijak bestari, jodoh, mati, bahagia dan celaka, itu rahasia Tuhan. Manusia hanya bisa berikhtiar, tapi Sang Kuasa yang menentukan. Tapi bukan berarti harus pasrah. Berusaha adalah jalan terbaik. Bahkan disukai Tuhan.
Banyak orang yang tadinya biasa saja, tiba-tiba setelah sekian waktu jadi orang luar biasa. Banyak yang merangkak dari nol, akhirnya sampai juga di puncak kesuksesan. Tapi banyak juga yang jatuh. Banyak pula yang terhempas. Banyak yang terpental.
Tjahjo Kumolo, mungkin salah satu politisi yang bisa dikatakan sukses. Ia kini dipercaya Presiden Jokowi jadi Menteri Dalam Negeri. Sebuah posisi di kabinet yang bisa dikatakan strategis. Namun apa yang diraih Tjahjo, politisi kelahiran Solo, 1 Desember 1957 itu tak serta merta jatuh dari langin. Ia harus merangkak dulu dari bawah. Setahap demi setahap, sampai kini bisa jadi menteri.
Politik memang dunianya sejak muda. Dari sejak mahasiswa, ia sudah coba berpolitik. Lewat organisasi kepemudaan, dia merintis jalur tersebut. Dan, ia tak setengah-setengah. All out untuk berkiprah. Hasilnya terbukti sekarang, sederet jabatan penting pernah dipegang.
Namun ada jabatan menarik yang pernah disandang Tjahjo. Sebuah jabatan yang kerap tak begitu dipandang penting. Bahkan acapkali dilihat sebelah mata. Jabatan apa itu?
Jabatan itu adalah Ketua RT. Ini posisi terbawah kalau merujuk pada struktur pemerintahan yang berlaku di negeri ini. Seorang RT, bisa dikatakan bawahannya RW dan kepala desa atau kelurahan. Namun jangan remehkan tugasnya. RT, adalah orang yang berhadapan langsung dengan masyarakat. Ia yang langsung bersentuhan dengan tetek bengek urusan warga. Mulai dari soal yang terkait dengan urusan surat menyurat, dokumen kependudukan, sampai yang remeh temeh, mengurus soal selingkuh warga.
Nah Tjahjo ternyata pernah jadi Ketua RT. Pengakuannya pernah jadi Ketua RT, ketika dia menanggapi pertanyaan, terkait pungutan uang keamanan dan kebersihan yang dilakukan seorang Ketua RT atau RW, itu masuk kategori pungutan liar (Pungli) atau tidak. Saat menjawab itulah, Tjahjo mengaku pernah jadi Ketua RT di saat ia tinggal di Semarang.
“Saya pernah jadi Ketua RT,” kata Tjahjo.
Tjahjo mengaku jadi Ketua RT, selama tiga tahun di tempatnya tinggal di Semarang. Sebagai Ketua RT, ia paham betul tugas dan fungsi seorang RT. Kata dia, tugas RT sifatnya sosial. Tapi bukan berarti tak penting. Justru RT yang jadi tumpuan warga akan banyak hal. Seorang RT, tak sekedar tukang teken surat pengantar. Namun ia pemimpin lingkup terkecil di masyarakat.
“Saya jadi Ketua RT, selama tiga tahun di lingkungan saya tinggal, dulu di Semarang. RT dan RW itu kan tugas sosial, yang penting atau prinsipnya kebersamaan menjaga lingkungan bersama warga,” tutur Tjahjo.
Namun kini Ketua RT itu sudah ‘sukses’. Ketua RT yang tiga tahun mengabdi itu, telah jadi orang penting di republik ini. Ia tengah dipercaya jadi tangan kanan Presiden. Jadi Menteri Dalam Negeri, salah satu menteri yang masuk triumvirat politik. Triumvirat politik inilah yang akan menjalankan roda pemerintahan, andai Presiden dan Wakil Presiden berhalangan tetap dalam menjalankan tugasnya. Tiga Menteri yang masuk triumvirat politik adalah Mendagri, Menteri Pertahanan dan Menteri Luar Negeri. Namun dalam sejarah pemerintahan di Indonesia, belum pernah terjadi triumvirat ‘mengambil alih’ roda pemerintahan.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…