Kemenangan begitu menggembirakan lagi-lagi dipersembahkan para punggawa merah putih di ajang sepak bola internasional. Setelah beberapa hari lalu lewat Timnas U-16 berhasil menjuarai AFF dengan sukses mengalahkan Thailand, kini para kakak mereka yakni Tim Garuda U-23 memperoleh kemenangan pertama di Asian Games 2018. Kendati perjalanan masih panjang, namun hasil tersebut langkah awal yang baik untuk bisa lolos ke babak selanjutnya.
Namun di balik kemenangan tersebut menyisakan sebuah kisah nahas para fans Timnas di penjuru nusantara. Mereka yang tidak bisa datang langsung mendukung di Stadion Patriot Candrabhaga harus gigit jari. Pasalnya salah satu official penyiar bisa dibilang tidak memberikan support untuk sebagian tivi. Bahkan yang bisa menyaksikan harus rela merasakan beberapa hal tidak mengenakan. Lantas apa saja kendala di balik kegemilangan Timnas Minggu, (12/8/2018)?
Salah satu kendala paling dirasakan dalam pertandingan pertama Timnas U-23 di Asia Games 2018 adalah masalah penayangan. Mereka yang menggunakan siaran parabola harus rela gigit jari oleh sebuah tindakan pengacakan. Tidak adanya izin yang diberikan oleh official penyedia tayangan yakni SCTV menjadi alasannya. Padahal apabila di jumlah banyak sekali atau malah ribuan orang yang menggantungkan sebuah tivi untuk bisa memberikan dukungan kepada Timnas.
Usut punya usut, menurut CEO Indonesia Entertainment Produksi yakni Indra Yudhistira, pengacakan di satelit dilakukan karena aturan dari OCA (Olympic Council of Asia) agar siaran SCTV tidak menyebar ke negara lain. Alasan yang bisa dibilang dilematis untuk pemegang hak siar, namun juga menimbulkan ‘bencana’ untuk fans layar kaca di beberapa daerah yang tidak bisa menerima sinyal analog UHF.
Selain masalah pengacakan jaringan, laga Timnas menghadapi Chinese Taipei di Asian Games 2018 juga menyerang mereka yang bisa menerima sinyal analog UHF. Hal tersebut terjadi, lantaran adanya sebuah iklan pop up milik penyedia siaran yang memiliki ukuran terlampau besar. Bahkan setiap kemunculannya selalu sukses menciptakan gangguan, pasalnya layar tertutupi iklan sedangkan jalannya tidak begitu terlihat.
Padahal bagi pencinta bola, moment adalah sebuah hal yang sangat penting. Apalagi yang bertanding adalah Timnas yang seperti kita ketahui juga membawa nama bangsa dan negara. Jadi apabila terlewat sebuah kejadiannya akan menjadi peristiwa yang sangat disayangkan. Agaknya kerendahan hati pihak penyiaran yang dapat menjadi obat untuk masalah ini. Pasalnya jika melihat regulasi KPI melalui standar program siaran hal tersebut belum ada aturannya.
Sebagai sebuah jembatan dalam menyalurkan cerita saat jalannya pertandingan. Komentator bisa dibilang memiliki peran yang penting. Melalui ulasannya banyak pendukung layar kaca akan lebih bisa menikmati sebuah laga. Bahkan bisa jadi akan bisa mendapatkan edukasi mengenai beberapa peristiwa di sepak bola. Namun hal tersebut seperti jauh kala melihat bagaimana komentator yang memandu jalanya pertandingan Timnas kemarin.
Bukan bermaksud untuk menjelekkan atau menurunkan pamornya. Memang banyak istilah yang kurang pas untuk diterapkan dalam olahraga satu ini. Pengubahan istilah memang menyimpan daya tarik atau malah hasilkan improv menarik bagi komentator. Namun apabila tidak pas sisi edukasinya tidak akan tersampaikan. Seperti salah satu pengubahan kata salah umpan menjadi gratifikasi, dan beberapa kata mutiara yang malah menutupi jalannya pertandingan. Perlu diingat lagi semua hal yang berlebih hal yang tidak baik dan jadikan tontonan kurang menarik.
Kemunculan tiket online mungkin saat ini bisa sedikit menjadi solusi kemudahan menonton pertandingan Timnas. Berkatnya juga kini banyak orang tidak perlu berdesak-desakan untuk bisa menyaksikan para punggawa tim merah putih berlaga. Kendati dapat menjadi sebuah terobosan yang mempermudah, namun antrian dalam mendapatkan tiket tetaplah acap kali muncul. Seperti saat pertandingan cabang sepak bola Asian Games kemarin.
Melansir laman Bola.com sejak pagi jam 08.00 sebelum laga Timnas sudah terjadi sebuah antrian. Bahkan semakin besar setelah berjalannya waktu mendekati sore hari. Puluhan atau ratusan pendukung Timnas penuh sesak antri untuk mendapatkan sebuah tiket. Hal yang sebenarnya juga menjadi ironi, lantaran selalu menjadi kejadian berulang-ulang sejak dahulu terjadi pertandingan Indonesia.
Mungkin kendala teknis ini tidaklah memiliki pengaruh terhadap performa pemain Timnas. Namun bagi ribuan rakyat yang memiliki kecintaan terhadap bola yang luar biasa adalah hal yang sulit untuk diterima. Jadi alangkah baiknya mereka juga memperhatikan penonton layar kaca, yang sedikit atau banyak juga menyumbang pemasukan untuk penyedia tayangan. Jadi derajat dan kedudukan harusnya disetarakan.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…