Kasus penganiayaan bisa terjadi pada siapa saja. Mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dan orang tua bisa saja jadi korban. Salah satu contohnya adalah kasus penganiayaan dan pemerkosaan Yuyun yang belakangan ini menjadi pembicaraan di Indonesia. Ramainya kasus Yuyun membuat berita kekerasan lainnya mencuat ke permukaan. Ternyata, kita yang tinggal di Indonesia masih rentan menjadi korban penganiayaan.
Baca Juga :Menguak Misteri Dentasemen Harimau, Pasukan Khusus Paling Rahasia yang Dimiliki Indonesia
Korban penganiayaan juga berasal dari berbagai kalangan. Kaya, miskin, orang biasa, maupun pejabat bisa saja menjadi korbannya. Tak menutup kemungkinan polisi, yang notabene pengayom masyarakat. Kekerasan yang menimpa polisi ini nggak jarang terjadi lho ternyata. Berikut ini 4 kisah polisi yang mengalami penganiayaan.
Sudah merupakan tugas polisi lalu lintas untuk melakukan penertiban di jalan raya. Penertiban tersebut berlaku untuk semua orang yang memang jelas-jelas melanggar tata tertib lalu lintas yang berlaku. Seperti misalnya kelengkapan surat yang kurang, modifikasi yang terlalu berlebihan, berkendara tanpa helm, dan masih banyak pelanggaran lainnya. Tapi kadang pelanggar lalu lintas ini nggak menyadari kesalahan mereka dan cenderung bersikap defensif, sampai-sampai ada yang melawan petugas dengan kekerasan.
Kejadian ini pernah terjadi di wilayah Jakarta Selatan pada tanggal 15 Mei lalu. Seorang pengemudi motor menyerang dan mengeroyok polisi yang sedang berusaha menertibkannya karena nggak memakai helm. Tindak kekerasan dari pengendara motor ini nggak hanya terjadi sekali saja. Pada tanggal 22 Mei Anggota Polantas Polres Jaksel Aipda Nasro juga dipukuli oleh seseorang yang memiliki masalah kejiwaan saat dia menilang pengendara tersebut. Dan yang terbaru, Aiptu Djoko Suwahyo mengalami luka di pelipis sebelah kanan akibat dipukuli seorang pemotor yang hendak ditilang. Tersangka sempat kabur, namun akhirnya berhasil diamankan di kantor polisi.
Nggak Cuma polisi lalu lintas saja yang rentan dipukuli oleh pengguna jalan raya. Mereka yang bertugas menggerebek penjahat pun bisa menjadi korban kekerasan. Hal inilah yang dialami oleh 8 anggota polisi yang melakukan penggerebekan gembong narkoba di Kampung Berlan, Matraman, Jakarta Timur.
Peristiwa polisi dipukuli oleh gembong narkoba ini terjadi pada tanggal 18 Januari silam. Saat itu 8 polisi mendatangi rumah seorang perempuan yang diduga menjadi sarang gembong narkoba. Beberapa saksi mata mengatakan, sesaat setelah polisi menggerebek rumah tersebut mereka mendengar suara gaduh. Kemudian disusul dengan beberapa polisi yang berlari sempoyangan dan bersimbah darah dari arah rumah tersebut. Penduduk sekitar hanya mampu melihat kejadian itu dan nggak berani menolong karena takut menjadi korban pengeroyokan.
Polisi dan TNI adalah dua oknum yang berjasa menjaga keamanan bangsa dan negara kita. Tapi ternyata mereka juga nggak terlepas dari kemungkinan adu otot. Kejadian ini menimpa seorang polisi yang sedang mengatur lalu lintas di daerah Bekasi.
Saat sedang mengatur lalu lintas, SM, inisial polisi tersebut, ditanyai oleh seorang oknum TNI AL mengenai rute menuju TPU Perwira. Setelah menunjukkan jalan, tiba-tiba ia diteriaki ‘apa lo!’ oleh beberapa anggota TNI AL lainnya dari dalam mobil. Kelakuan ini nggak digubris oleh SM. Tapi ketika ia beristirahat dan minum kopi di sebuah warung, tiba-tiba ia dipukuli dari belakang oleh sekitar 5 sampai 10 oknum TNI AL yang ada di dalam mobil tadi. Setelah puas menghajar SM, oknum TNI AL tersebut langsung kabur meninggalkan SM dalam kondisi babak belur.
Belakangan ini kita dikejutkan lagi oleh penganiayaan yang dilakukan terhadap wanita. Kali ini nggak main-main, korbannya adalah polwan cantik Briptu Muthia. Polwan ini melaporkan seorang AKBP BH telah menganiaya dirinya di sebuah hotel bintang lima di kawasan Jakarta Pusat.
Diduga penganiayaan tersebut ada bermotif asmara antara kedua polisi tersebut. Namun, hal tersebut dibantah oleh juru bicara Mabes Polri yang belum bisa memastikan penganiayaan tersebut ada karena motif asmara. Karena penganiayaan ini, Briptu Muthia mengalami cedera cukup parah di bagian hidung dan mulut.
Baca Juga :5 Satuan Polisi Paling Terlatih di Dunia Ini Bikin Penjahat Lari Terbirit-birit, Indonesia Masuk?
Kekerasan bukanlah jalan untuk menyelesaikan suatu masalah. Ketika kita menghadapi suatu masalah dengan kekerasan, maka bukan penyelesaian yang kita dapat, melainkan masalah baru yang lebih besar. Makanya hindari deh menyelesaikan masalah dengan jalan kekerasan. Akan lebih baik jika kita duduk bersama dan berbicara dari hati ke hati. Betul nggak?
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…