“Yoo, ayoo, kita ganjang, ganjang Malaysia, ganjang Malaysia” bunyi suara lantang Bung Karno ketika berpidato di hadapan masyarakat saat Indonesia sedang berkonflik dengan Malaysia. Itu adalah sebagian dari pidato-pidato Bung Karno yang seketika bisa membangkitkan rasa nasionalisme.
Baca Juga : 7 Diktator Paling Gila Sepanjang Masa
Bung Karno memang dikenal sebagai seorang orator ulung. Berbeda dengan presiden-presiden Indonesia setelahnya, yang berpidato berdasarkan teks yang sudah dibuatkan oleh staf. Pidato Bung Karno keluar secara spontan sehingga lebih merefleksikan keadaan yang sebenarnya. Berikut ini adalah beberapa pidato Bung Karno yang bisa membangkitkan semangat Nasionalisme.
Dari sekian banyak pidato yang disampaikan oleh Bung Karno, pidatonya saat proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah pidato paling bersejarah. Sejak pidato itu disampaikan dan naskah proklamasi dibacakan, negeri ini akhirnya bisa bebas dari belenggu penjajah. Seruan dan kata-kata Soekarno pada saat perjuangan merebut kemerdekaan telah menyatukan segenap bangsa Indonesia di bawah satu bendera yaitu Merah Putih.
Pidato proklamasi [image source]
Tepatnya pada 17 Agustus 1945, Soekarno memberikan pidato pengantar sebelum membacakan teks proklamasi. Soekarno berkata “Sekarang tibalah saatnya kita benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air kita di dalam tangan kita sendiri. Hanya bangsa yang berani mengambil nasib dalam tangan sendiri, akan dapat berdiri dengan kuatnya.
Maka kami, tadi malam telah mengadakan musyawarah dengan pemuka-pemuka rakyat Indonesia dari seluruh Indonesia, permusyawaratan itu seia-sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang saatnya untuk menyatakan kemerdekaan kita. Saudara-saudara! Dengan ini kami menyatakan kebulatan tekad itu. Dengarkanlah Proklamasi kami”
Hubungan Indonesia dan Malaysia mulai memanas sejak 1962 hingga 1966 dan puncaknya adalah saat terjadai aksi unjuk rasa anti Indonesia di Kuala Lumpur, Malaysia. Para Demonstran mendatangi gedung KBRI di Malaysia kemudian merobek-robek foto Soekarno. Tak hanya itu, lambang negara Garuda Pancasila juga di bawa ke hadapan Perdana Menteri Malaysia saat itu, Tunku Abdul Rahman untuk diinjak-injak.
Bagimana bisa seorang Soekarno hanya tinggal diam melihat kebengisan Malaysia saat itu. Dalam sebuah kesempatan dengan nada yang berapi-api ia menyerukan pidatonya yang terkenal dengan sebutan “Ganyang Malaysia”. Salah satu bagian pidato yang terkenal berbunyi “Yoo, ayoo, kita Ganjang, Ganjang Malaysia, ganjang Malaysia, bulatkan tekad, semangat kita badja, peluru kita banjak, njawa kita banjak, bila perlu satoe-satoe!
Bukan hanya saat kalimantan terancam dirong-rong oleh penjajah Inggris yang bertopeng Malaysia. Saat Provinsi paling timur Indonesia, Papua diserang oleh Belanda yang tak mengakui kemerdekaan Indonesia dan masih berhasrat untuk menjajah, Soekarno juga tak tinggal diam.
Ia kecewa pada PBB saat itu, yang tidak segera menyelasikan konflik pembebasan Irian Barat. Karena tak mau Tanah Airnya kembali dikuasai Belanda, Seokarno yang saat itu sudah menjabat sebagai Presiden Indonesdia, mengumumkan pidato yang berisi Tri Komando Rakyat (Trikora). Sebagian pidatonya berbunyi seperti berikut ini ” Nah, apa komando saya? Dengarkan saudara-saudara! Komando saya dengan tegas ialah: gagalkan, hai seluruh rakyat Indonesia, gagalkan pendirian Negara Papua itu! Apa komando saya lagi? Hei seluruh rakyat Indonesia, kibarkan bendera Sang Saka Merah Putih di Irian Barat itu! … Siap sedialah, akan datang mobilisasi umum! Mobilisasi umum yang mengenai seluruh rakyat Indonesia untuk membebaskan Irian Barat sama sekali daripada cengkeraman imperialisme Belanda. Saudara-saudara, inilah bunyi komando saya. Jalankan komando saya ini!”
Pidato tersebut disampaikan saat hujan deras di hadapan para sersan mayor taruna dari Akademi Militer Nasional (AMN) Magelang dan Bandung yang baru akan dilantik. Terdiri atas 38 korps infanteri, 51 korps kavaleri, 59 korps artileri, 144 korps zeni. Termasuk Letda Inf ZA Maulani, Letda Kav TB Silalahi, Letda Art Suryatna Subrata, Letda Czi Piere Tendean
Semasa muda Bung Karno memang boleh dibilang orator ulung, penyambung lidah rakyat dengan pidato-pidatonya yang menggelora. Tapi di akhir hayatnya, kata-katanya bagai auman singa di tengah gurun. tak ada yang mematuhi. Kenapa itu bisa terjadi? Kekuasaan Soekarno jatuh lantaran peristiwa G30S/ PKI dan digantikan oleh Soeharto.
Pada upaca peringatan kemerdekaan Indonesia 17 Agustus tahun 1966 Bung Karno menyampaikan pidato terakhirnya. Karena di tahun berikutnya, Bung Karno tak lagi berkuasa. Dalam pidato tersebut Bung karno menyapaikan kata-kata ampuh yang sangat terkenal hingga saat ini. Kata-kata Itu berbunyi”Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah” masyarakat lebih mengenalnya dengan sebutan “Jasmerah”.
Baca Juga : 4 Foto dan Dokumentasi Menggetarkan Tentang Bung Karno
Itulah pidato-pidato Bung Karno yang paling bisa membangkitkan rasa nasionalisme. Sebuah kecakapan yang belum ada saingannya hingga saat ini. Miris memang, pidato terakhirnya yang dikenal sebagai “jasmerah” itu seakan sebagai ungkapan keperihatinan Seokarno akan nasibnya. Terbukti di akhir hayatnya ia menerima perlakuan yang semena-mena, seakan pemerintah lupa akan jasa-jasa Seokarno sebagai seorang proklamator Indonesia.
Kasus baru, masalah lama. Begitulah kira-kira jargon yang cocok disematkan kepada Menteri Peranan Pemuda dan…
Selain susu dari sapi atau kambing, kamu mungkin sudah pernah mendengar susu dari almon atau…
Kamu pasti sudah nggak asing lagi dengan nama Labubu, atau Boneka Labubu. Jelas saja, karena…
Di dalam hutan lebat Papua, terdapat salah satu burung terbesar dan paling menakjubkan di dunia,…
Siapa yang tidak kenal Hikigaya Hachiman? Tokoh utama dari *OreGairu* ini dikenal dengan pandangan hidupnya…
Belakangan ramai perbincangan mengenai dugaan eksploitasi yang dialami mantan karyawan sebuah perusahaan animasi yang berbasis…