Bom atom Hiroshima dan Nagasaki merupakan peristiwa terparah yang terjadi di penghujung Perang Dunia II. Akibat serangan bom ini, tidak hanya nyawa saja yang berjatuhan, melainkan fisik yang cacat, penyakit jangka panjang dan jatuhnya banyak materi juga ikut dirasakan oleh penduduk Hiroshima dan Nagasaki yang selamat dari serangan. Mereka yang selamat ini disebut sebagai Hibakusha, yang dalam Bahasa Jepang berarti “orang yang terkena ledakan”.
Nasib pahit ini seakan terbawa sepanjang hayat. Seperti ulasan kami berikut yang memaparkan betapa mengerikannya nasib yang menimpa Hibakusha setelah perang berakhir. Kira-kira seperti apa nasib mereka sekarang ini? Berikut kami bahas nasib yang harus dijalani Hibakusha, korban bom atom Hiroshima dan Nagasaki yang masih hidup.
Tragedi bom atom Hiroshima dan Nagasaki merupakan catatan terburuk dari Perang Dunia II. Tak ayal, kejadian ini pun takkan mudah terlupakan, terutama oleh penduduk Jepang. Akibat ledakan tersebut sebanyak 140.000 orang Hiroshima dan 80.000 orang Nagasaki harus kehilangan nyawa. Rata-rata yang meninggal adalah karena terbakar panas atau tersengat radiasi nuklir ketika itu.
Pasca peristiwa tersebut, banyak dilakukan penelitian untuk mengetahui seberapa parah efek radiasi yang ditimbulkan. Badan penelitian AABC dan RERF melansir efek radiasi tidak berpengaruh besar terhadap cacat kelahiran anak di Hiroshima dan Nagasaki. Berbeda dengan sejarawan Ronald E. Powaski yang menulis bahwa tingkat kematian bayi lahir dan cacat lahir meningkat tinggi setelah ledakan. Hibakusha yang selamat rata-rata juga mengidap penyakit kanker dan leukemia akibat radiasi.
Pahitnya menjadi korban bom atom ternyata juga harus dibawa sampai masa depan. Selain harus terus membawa cacat fisik, para Hibakusha ini ternyata juga harus mengalami sikap diskriminasi dari orang-orang di sekitarnya. Alasannya adalah kekhawatiran yang terjadi bilamana penyakit akibat radiasi bom atom yang menimpa Hibakusha tersebut bisa menular dan berefek bagi orang-orang di dekatnya.
Alhasil, nasib pahit ini kadang memaksa mereka untuk menyembunyikan statusnya. Contoh kecil perlakuan yang mereka terima adalah pada aktivitas pekerjaan dan pernikahan, di mana mereka tidak mudah diterima orang di sekitarnya jika tidak menyembunyikan identitas aslinya. Parahnya, diskriminasi ini tidak hanya dilakukan kepada para korban bom atom, tetapi juga kepada keturunannya karena diyakini penyakit radiasi bom atom juga ikut diwariskan kepada anak-cucu Hibakusha.
Kerusakan fisik dan mental agaknya memang harus ditanggung oleh Hibakusha. Penyakit radiasi berhasil menggerogoti tubuh mereka. Sebagai bentuk pertanggungjawaban, seperti dikutip dari amazine.co, pemerintah Jepang memberikan tunjangan khusus kepada Hibakusha yang masih hidup. Paling tidak, tunjangan medis diberikan gratis kepada mereka mengalami penyakit radiasi.
Untuk mendapat tunjangan ini, seorang korban harus memenuhi kriteria yang ditetapkan pemerintah Jepang. Di antaranya adalah mereka yang berada di jarak sekitar satu mil dari pusat ledakan bom atom. Selain itu, orang-orang yang berada pada jarak satu hingga satu seperempat mil dari pusat ledakan dalam waktu dua minggu setelah ledakan bom juga masuk kriteria ini. Anak-anak yang masih dalam kandungan ketika ibunya terkena bom termasuk dalam kriteria.
Banyaknya korban yang berjatuhan akibat bom atom Hiroshima dan Nagasaki mungkin saja tak terhitung jumlahnya. Untuk melansir jumlah Hibakusha yang selamat saja, pada tanggal 31 Maret 2015 pemerintah Jepang mengeluarkan angka 183.519 jiwa yang sebagian besar masih tinggal di Jepang. Pemerintah Jepang juga mengakui jika sekitar 1% di antara korban tersebut terkena penyakit penyakit yang disebabkan karena radiasi.
Untuk mengenang peristiwa buruk bom atom tersebut, maka dibangunlah tempat-tempat peringatan di Hiroshima dan Nagasaki lengkap dengan daftar nama-nama Hibakusha yang diketahui meninggal dunia sejak ledakan. Daftar nama korban ini pada setiap peringatan serangan bom tersebut selalu diperbarui. Sampai bulan Agustus 2014, sebanyak 450.000 Hibakusha tercatat namanya dalam monumen peringatan, sebanyak 292.325 nama adalah korban bom atom Hiroshima dan 165.409 nama merupakan korban bom atom Nagasaki.
Nah, itulah tadi ngerinya nasib Hibakusha, korban bom atom Hiroshima dan Nagasaki usai perang. Ternyata kita dapat melihat, ternyata perang tidak ada untungnya. Malah, justru menimbulkan banyak kerugian. Jika kerugian materi dapat dicari dan diperbaiki lagi, lantas bagaimana dengan korban jiwa? Tentu lebih baik dunia ini aman tanpa perang bukan?
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…