Tak hanya di negeri sakura Jepang, di Indonesia juga ada fenomena serupa kasus bunuh diri yang setiap tahun jumlah korbannya konsisten dan bahkan cenderung bertambah. Fenomena yang mengkhawatirkan ini tepatnya banyak terjadi di kabupaten Gunungkidul, di daerah tenggara Daerah Istimewa Yogyakarta. Selama kurun waktu 10 tahun mulai dari 2003 – 2012 tercatat ada 330 peristiwa bunuh diri yang berarti ada 33 kasus setiap tahunnya.
Namun, ada sebuah mitos yang berembus sangat kencang di masyarakat mengenai sebuah legenda mistis bernama Pulung Gantung. Dinamakan gantung, karena rata-rata mereka yang tewas mengakhiri hidupnya dengan cara menggantung diri. Dalam setiap kasus bunuh diri yang terjadi, masyarakat selalu mengaitkannya dengan mitos yang satu ini.
Pulung Gantung digambarkan seperti sebuah benda misterius berbentuk bola api yang berpijar berwarna merah kekuningan dan memiliki ekor atau buntut. Konon kabarnya, apabila benda ini terlihat melayang di atas sebuah rumah warga, maka salah seorang penghuninya dalam waktu dekat akan melaksanakan ritual bunuh diri.
Tak ada yang tahu pasti apakah Pulung Gantung ini merupakan sebuah benda atau sesosok makhluk, sebab ia tampak seperti sebuah benda namun juga terlihat hidup berkat kobaran apinya yang berkilat-kilat serta sesekali meredup padam dan membara ganas. Satu hal yang pasti, penampakkan Pulung Gantung ini menjadi isyarat kuat akan adanya warga setempat yang bakal melakukan bunuh diri.
Ada sebuah cerita yang diperoleh dari salah seorang warga setempat mengenai peristiwa magis nan tragis ini. Sebut saja namanya Budi, yang tempat tinggalnya berada di wilayah tersebut. Kebetulan ia punya seorang tetangga yang sudah berusia tua renta dengan penyakit menahun yang membuatnya tak lagi mampu berjalan.
Setelah mendengar kesaksian salah satu warga yang mengatakan telah melihat Pulung Gantung di atas rumah si kakek tersebut pada malam sebelumnya, masyarakat setempat langsung bersiaga untuk mencegah terjadinya hal yang tak diinginkan. Selain menggelar siaga malam di teras rumah masing-masing, diutus pula seseorang secara bergantian untuk mendampingi sang kakek.
Namun, suatu hari peristiwa mengerikan tersebut terjadi juga. Pada hari yang naas tersebut, warga yang mendapat tugas pendampingan mengaku disuruh oleh sang kakek untuk mengambilkan ia sesuatu ke luar rumah. Tak sampai 15 menit, begitu kembali, alangkah tercekatnya ia ketika menemukan pria tua tersebut telah tewas gantung diri di sudut rumah menggunakan kain sarung. Padahal, seperti kita tahu, jangankan berjalan, si kakek ini bahkan tak lagi bisa berdiri.
Mengetahui hal tersebut, para warga hanya bisa pasrah dan berduka. Begitulah, meski telah dijaga oleh ratusan atau bahkan ribuan warga, lambat laun, mereka yang rumahnya telah “dihinggapi” oleh Pulung Gantung pasti menemukan cara untuk mengakhiri hidupnya.
Menurut salah seorang sesepuh yang tinggal di dekat komplek pemakaman raja-raja Mataram, dahulu kala ketika terjadi perseteruan antara Majapahit dan Demak, para prajurit dan rakyat yang setia terhadap raja Brawijaya V melarikan diri ke arah Gunung Kidul karena menganggap lokasi ini terpencil dan sulit dijangkau.
Sang raja yang memiliki kekuatan maha sakti, memutuskan untu bersemedi dan melakukan muksa alias menghilang bersama raganya untuk menghadap yang maha kuasa. Tragis, para pengikutnya gagal mengikuti sang raja karena ilmunya masih cetek. Mereka yang gagal kemudian berubah wujud menjadi jenglot, atau makhluk kerdil yang hobi meminum darah manusia.
Sedangkan, sebagian pengikut lain yang sama sekali tak memiliki kemampuan, jadi frustrasi dan menyerah menjalani hidup karena ditinggal pemimpinnya. Maka, karena dianggap sebagai jalan terbaik, mereka pun melakukan bunuh diri massal dengan cara menggantung diri. Peristiwa memilukan tersebut meninggalkan energi negatif yang hingga kini masih membekas di daerah Gunung Kidul.
Roh atau arwah yang ditolak oleh kehidupan selanjutnya tersebut, berganti wujud menjadi sebuah benda atau sesosok makhluk berbentuk bola api yang saat ini kita kenal sebagai Pulung Gantung dan tak henti-hentinya mengajak jiwa-jiwa yang kurang beruntung untuk mengakhiri hidupnya seperti mereka.
Diketahui para pelaku (atau korban?) bunuh diri ini rata-rata berusia 50 tahun ke atas. Pihak kepolisian kemudian menduga bahwa selain mitos yang kesohor mengenai Pulung Gantung itu, kejadian ini banyak dipicu karena depresi dan frustrasi yang sangat akut.
Oleh karena itu, agar hal mengerikan tersebut tidak terulang terus-menerus, aparat setempat langsung mengerahkan upaya pencegahan seperti sosialisasi kepada masyarakat sekitar hingga menggandeng tokoh agama, spiritual, dan bahkan ahli kejiwaan di setiap satu puskesmas di Gunungkidul.
Namun, entahlah. Pada akhirnya mitos ini tetap saja terlalu liar untuk ditangkap nalar. Penuturan warga yang sejatinya tak dapat dijelaskan secara ilmiah, mendadak jadi masuk akal lantaran para akademisi maupun pihak kepolisian sendiri tak mampu menyebutkan penyebab pasti fenomena maraknya kasus bunuh diri ini.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…