Aparat memang posisinya sebagai frontliner alias gugus depan dalam sebuah peristiwa atau kejadian. Tapi, sebelum melakukan upaya-upaya, biasanya pemerintah akan mengirim intelijen untuk mengumpulkan informasi. Dari sini, baru kemudian disusun rencana yang nantinya akan dieksekusi oleh aparat. Siklus umumnya selalu seperti ini. Jadi, bisa dibayangkan jika sebuah tanpa intelijen, maka akan kacau balau pemerintahannya.
Baca Juga :5 Fakta Kehebatan Sniper di Indonesia ini Membuat Dunia Ketar-ketir Ketakutan
Setiap negara pasti punya badan intelijennya. Amerika ada CIA, Rusia ada GRU, Inggris ada MI5 dan sebagainya. Indonesia pun juga memiliki badan semacam ini namanya adalah BIN. BIN sama seperti deretan badan intelijen itu, mereka punya banyak tugas-tugas penting yang berhubungan dengan tujuan stabilitas negara.
Mengabdi secara nyata kepada negara bisa dengan menjadi anggota BIN. Namun, untuk bisa masuk ke dalamnya butuh perjuangan dan risiko yang tidak main-main. Kira-kira hal-hal apa saja yang harus diperhatikan jika ingin menyandang gelar sebagai seorang intelijen? Berikut ulasannya.
Syarat paling penting menjadi seorang intelijen haruslah cerdas. Bukan diskriminasi, tapi kecerdasan memang dibutuhkan dalam setiap tugas seorang anggota BIN. Mengumpulkan informasi tanpa ketahuan, melakukan penyelidikan-penyelidikan, tentu hal-hal semacam ini harus dibekali dengan aksi dan perhitungan akurat yang notabene hanya dimiliki orang-orang berotak encer.
Jika tak percaya anggota BIN harus cerdas, coba cari nama gadis bernama Gayatri Wailisa. Percaya atau tidak, Gayatri menguasai sekitar 13 bahasa, dan faktanya penguasaan perbendaharaan bahasa adalah ciri-ciri orang cerdas. Bahkan angka 13 bahasa bisa dibilang super jenius. Kualifikasi BIN memang ketat seperti ini karena tugasnya sama sekali tidak remeh.
Ya, sama seperti penerimaan PNS atau sejenisnya, untuk bisa menjadi anggota BIN seseorang harus terlebih dahulu lulus ujian. Setelah mendaftar dan memenuhi syarat administratif, kemudian yang harus dilakukan adalah bersaing dengan para kandidat yang jumlahnya mungkin ribuan lebih dan rata-rata semuanya berkualitas.
Jenis-jenis tesnya biasanya macam-macam, tak hanya berhubungan dengan intelektualitas, tapi juga fisik. Ingat James Bond? Ia adalah intel yang tidak hanya duduk manis dan pacaran dengan wanita cantik. Meskipun intel ia juga harus berjibaku dengan penjahat. Meskipun tidak seekstrem 007, tapi anggota intel memang dituntut untuk punya skill yang berhubungan dengan fisik.
Bukan, bukan untuk menyuap negara, melainkan sebagai denda kalau mengundurkan diri dari kesatuan. Ya, dikatakan dalam aturan penerimaannya, barang siapa mengundurkan diri dengan alasan-alasan tertentu, maka si bersangkutan harus membayar denda dengan jumlah yang cukup banyak.
Tak hanya mundur ketika di tahap tes saja, saat sudah diterima dan kemudian mundur lantaran alasan-alasan khusus, juga bakal kena denda bahkan lebih besar lagi. Hal ini bukan untuk menakut-nakuti, melainkan sebagai peringatan nyata kalau BIN bukan pekerjaan yang main-main.
Kasus Banyu Biru yang mengunggah surat pengangkatannya menjadi anggota BIN di sosmed mengundang polemik. Banyak yang menilai aksinya sangat konyol dan kekanak-kanakan. Pasalnya, BIN adalah organisasi rahasia. Maka apa pun yang berhubungan dengannya termasuk surat seperti ini, tentulah menjadi rahasia juga.
Membeberkan kepada umum kalau seseorang menjadi BIN sama seperti memberi tahu penjahat di mana kantor polisi. Ya, info seperti ini pasti akan bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak berkepentingan. Belum lagi bagi Banyu Biru sendiri hal tersebut akan membuat dirinya dicurigai dalam setiap langkahnya. Namanya juga intelijen, maka ‘rahasia’ harusnya menjadi nama tengah semua anggotanya.
Seperti Amerika dengan CIA-nya yang selalu sok ikut campur urusan negara lain, maka mungkin BIN juga akan diposisikan seperti itu. Tentu saja tujuannya bukan untuk mengganggu negara lain melainkan menjaga kestabilan negara. Ketika diturunkan dalam tugas-tugas seperti ini, maka sudah pasti nantinya akan dihadapkan dengan kondisi di mana seorang intelijen beradu dengan intelijen dari negara lain.
Mungkin saja BIN akan berkonfrontasi dengan CIA atau mungkin MI5 ketika terjadi peristiwa yang menyangkut-pautkan beberapa negara termasuk Indonesia. Risiko ketika berhadapan dengan intelijen asing tentu tidak kecil. Harus siap-siap beradu otak atau bahkan yang lebih gila lagi.
Pekerjaan apa pun yang berhubungan dengan stabilitas negara, risikonya adalah mati. Menjadi penegak hukum mati, menjadi aparat mati, masuk militer risikonya juga mati. BIN pun begitu, ketika berhasil menjadi salah satu anggotanya, maka risiko siap mati sudah harus bisa ditanggung.
Kenapa jadi anggota BIN bisa mati? Alasannya sudah jelas karena tugas mereka yang penting. Orang-orang yang punya kepentingan pasti akan menganggap anggota BIN sebagai batu sandungan untuk mencapai tujuannya. Belum lagi, ketika ada sebuah kejadian kemudian seseorang terkuak identitasnya sebagai anggota, maka sudah jelas akan diincar dan dienyahkan oleh pihak yang beroposisi.
Baca Juga :5 Alasan Kenapa Pencak Silat dari Indonesia Bisa Menembus Megahnya Hollywood
BIN bukan tentang pride atau kebanggaan, bukan juga bayaran tinggi. Tapi, soal bagaimana kita bisa menjaga kestabilan negara, melakukan upaya-upaya untuk membuat negara ini tetap aman dan tentram. Dengan semua risiko yang ada serta prestasi yang sudah dibuatnya meskipun tidak banyak yang bisa diungkap, kita patut syukuri akan eksistensi BIN di negara ini.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…