Kita semua tahu jika kemerdekaan negara Indonesia tak lepas dari peran pahlawan. Demikian tiap daerah juga memiliki sosok pahlawan yang berjasa memperjuangkan kebebasan dari jajahan bangsa asing. Sebut saja Cut Nyak Dien yang berasal dari Aceh, Cipto Mangunkusumo dari Jawa Tengah, serta Marten Indey yang berasal dari Papua. Untuk nama pertama dan kedua mungkin familiar ya, tapi yang terakhir itu sepertinya cukup asing.
Tak banyak yang tahu Marthen Indey, padahal sosok satu ini luar biasa jasanya kepada bangsa Indonesia. Beliau adalah pahlawan yang turut serta dalam proses proklamasi. Dan tak hanya itu saja, beliau ini pun berjasa sebagai penyebar ilmu kepada anak-anak di masa Indonesia masih sangat berjuang. Tak heran kalau dengan semua jasanya, beliau pun digelari sosok pahlawan.
Faktanya, Marthen Indey adalah orang yang dulunya beroposisi dengan Indonesia. Tercatat beliau ini merupakan seorang polisi Belanda. Namun, takdir dan rasa cinta kepada bangsa ini mengubahnya jalannya untuk membela NKRI. Lebih jauh tentang sosoknya, berikut adalah beberapa hal tentang Marthen Indey yang mungkin belum kamu ketahui.
Marthen Indey lahir di Jayapura pada tanggal 16 Maret 1912. Tercatat, beliau sempat menempuh pendidikan kepolisian di sebuah akpol di Sukabumi. Rampung menyelesaikan studi kepolisian, beliau langsung menjadi petugas pegawas tahanan politik yang berlokasi di Boyen Digul. Tentu saja ketika itu dirinya adalah bawahan Belanda.
Marthen bekerja untuk Belanda [Image Source]
Dalam tugasnya mengawasi para tahanan, bukan hal aneh jika Marthen kemudian tanpa sengaja mengenal para tahanan, termasuk sosok Sugoro Atmoprasojo. Saat itulah Marthen mendengar sendiri bagaimana para tahanan bercerita tentang usaha mereka merebut kemerdekaan Indonesia, termasuk kawasan Papua dari tangan Belanda. Saat itu, perasaan Marthen bagai diaduk-aduk. Ia mulai menujukkan gelagat simpatik yang luar biasa.
Seperti yang kamu tahu, ketika perang dunia II bergulir, Jepang mulai masuk ke Indonesia. Hal ini pun membuat Belanda akhirnya terhimpit dan memutuskan pergi. Australia adalah salah satu tujuan orang-orang Belanda kala itu. Marthen sendiri ketika itu juga turut pergi. Hampir selama tiga tahun lamanya ia berada di tanah kanguru.
Marthen ikut Belanda ke Australia [Image Source]
Setelah pergi ke Australia, Marthen kembali ke Papua dan langsung berhadapan Jepang. Ketika itu Belanda menunjuknya sebagai serdadu. Sejalan dengan waktu, Marthen kembali bertugas menjaga tahanan. Dan saat itu, ia pun kembali berkontak dengan para pejuang Indonesia yang dulu pernah ditahan di Digul.
Rasa simpati bertubi-tubi yang dirasakan Marthen, kemudian berbuah tekad. Akhirnya langkahnya pun mantap membela Indonesia. Awal mulanya, Marthen pun kemudian bergabung dengan Komite Indonesia Merdeka (KIM) yang kemudian lebih dikenal dengan nama Partai Indonesia Merdeka (PIM) pada tahun 1946. Hal ini sontak membuat Belanda geram terhadapnya.
Bergabung dengan Komite Indonesia Merdeka [Image Source]
Di Komite Indonesia Merdeka, Marthen menjabat sebagai ketua. Manuver pertamanya di gerakan ini adalah menentang penjajahan Belanda atas Irian Barat. Bersamanya turut juga para ketua suku di tanah Papua yang sangat mendukung langkahnya. Merasa dikhianati, Belanda kemudian memenjarakan Marthen di Digul selama tiga tahun.
Meski sempat ditahan di Digul, hal tersebut tak membuat Marthen Indey putus asa untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1962, Marthen turut ambil bagian dalam gerilya bersama RPKAD di Papua selama masa Tri Komando Rakyat (Trikora).
Berjuang menyatukan Papua [Image Source]
Pada tahun tersebut, Marthen menyampaikan Piagam Kota Baru yang berisi tentang keinginan peduduk Papua untuk menjadi bagian dari Indonesia. Keinginan kuat tersebut pun membuat Marthen akhirnya dikirim ke New York untuk ikut melakukan perundingan tentang Irian Barat yang berada di bawah pemerintahan sementara PBB ke dalam wilayah kesatuan Indonesia.
Perjuangan Marthen Indey rupanya membuahkan hasil. Dari perundingan tersebut, Irian Barat akhirnya resmi bergabung dengan wilayah kesatuan Indonesia yang kemudian berganti nama menjadi Irian Jaya.
Usaha Marthen sukses besar [Image Source]
Marthen pun menjadi bagian dari anggota MPRS (Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara) sejak tahun 1963 hingga 1986. Beliau meninggal pada 17 Juli 1986 pada usianya yang ke 74 tahun. Berkat jasanya dalam memperjuangkan Indonesia, ia pun dianugerahi gelar Pahlawan Nasional.
Nama Marthen Indey sebagai pahlawan pun tetap abadi di hati masyarakat Papua. Sebagai bentuk penghargaan terhadap mantan polisi Belanda tersebut, nama beliau pun digunakan sebagai nama rumah sakit TNI AD di Jayapura.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…