Kutuk bukanlah hal baru bagi orang Indonesia, terutama yang hidup di masa lalu. Mereka kerap mendengar kutuk atau sumpah serapah dari orang sakti atau dukun yang membuat seseorang jadi celaka. Hidupnya jadi menderita, mati, atau bahkan berubah menjadi objek tertentu, misalnya batu. Budaya kutuk mengutuk ternyata tak hanya ada di Indonesia saja. Di kebudayaan kuno suku-suku dunia pun kutuk juga kerap digunakan sebagai wujud dari kekesalan yang tiada habisnya.
Inilah lima kutuk paling melegenda yang ada di Indonesia. Kutuk-kutuk ini memperlihatkan jika apa yang keluar dari mulut sering kali jadi kenyataan. Bahkan hal-hal sepele pun akan membuat banyak orang jadi menderita. Karena mulutmu adalah harimau-mu. Mari kita simak bersama-sama, kutukan apa sajakah yang paling melegenda di Indonesia.
Barangkali kita sering mendengar cerita tentang Malin Kundang yang dikutuk oleh ibunya menjadi batu. Namun batu yang ada di pantai sengaja dibuat oleh pemerintah pada tahun 1980-an untuk menarik banyak sekali wisatawan. Hal berbeda terjadi pada batu atau patung yang mirip sekali dengan wanita dan kerap dinamai Putri Pukes ini. Patung ini terdapat di dalam gua yang terletak di Aceh.
Sebuah cerita di masa lalu menuturkan jika Putri Pukes dikutuk jadi batu lantaran melakukan hal tak terpuji pada ibunya. Ia menendang sang ibu yang sedang salat gara-gara kesal. Ibu dari Putri Pukes menasihati anaknya untuk merelakan suami yang hilang saat perang. Putri Pukes justru marah dan menganggap ibunya tak memberikan harapan. Lalu kejadian mengerikan itu muncul akibat sang ibu kesal dan mengutuk Putri Pukes jadi batu.
Kutuk selanjutnya dilakukan oleh seorang raja yang tidak bisa mengatur apa yang ia ucapkan. Ia mengutuk semua orang di desa jadi batu lantaran tak mau menikahkan putrinya dengan anjing. Kejadian ini bermula saat alat tenun sang putri raja jatuh. Raja yang tamak berujar akan menikahkan siapa saja dengan putrinya asal mau mengambilkan alat itu. Sialnya, anjing dari kerajaan justru yang mengambilkan alat tenun itu.
Akhirnya semua orang dikutuk jadi batu dan saat ini ada di dalam gua. Cerita tentang masyarakat yang dikutuk dan juga guanya ini terletak di Desa Cabbeng, Bone, Sulawesi Selatan. Di dalam gua, banyak sekali objek yang mirip makhluk hidup seperti manusia dan hewan mirip kuda, buya, tikus, dsb. Gua yang bernama Mampu ini dikelola warga lokal dan jika ingin masuk harus membawa penerangan berupa obor.
Nama dukuh yang hilang dalam semalam itu adalah Legetang. Dukuh ini terletak di Desa Pekasiran, Kecamatan Bantur, Banjarnegara. Awalnya desa ini sangat makmur karena memiliki wilayah pertanian yang subur. Apa saja yang ditanam pasti tumbuh dan menjadi panen raya. Sayangnya, kelakuan penduduk dukuh ini sangat tidak bermoral. Hal-hal yang berhubungan dengan maksiat justru dilakukan setiap hari.
Suatu malam, saat hujan badai datang dengan dahsyat, sebuah longsor langsung memendam semua dukuh. Semua penduduk meninggal dunia dan hanya bersisa 2 saja yang hidup. Warga di sekitar sana percaya jika Tuhan telah memberikan kutuk dan azab yang pantas. Dengan adanya azab ini, semua orang akan sadar jika hidup di dunia ini harus sesuai dengan aturan yang ada, terutama aturan dari Tuhan.
Kutukan selanjutnya yang banyak dipercaya oleh orang-orang di Indonesia, khususnya yang tinggal di Malang. Ada sebuah cerita yang diturunkan dari generasi ke generasi tentang tempat yang bernama Air Terjun Coban Rondo. Jika seseorang datang ke sini dengan pasangan, ada kemungkinan akan terkena kutukan yang sangat mengerikan berupa berakhirnya hubungan.
Kutukan ini berawal dari kisah Dewi Anjarwati. Di sama lalu, ada seorang pria yang tertarik dengan kecantikan dewi ini. Padahal ia sudah memiliki seorang suami. Akhirnya, terjadilah pertarungan antara suami dan orang yang tertarik itu. Buntut dari pertarungan itu, dua pria yang menyukai Dewi Anjarwati meninggal dunia. Dan sejak saat itu ia menjanda dan bersembunyi di balik Air Terjun Coban Rondo.
Kutukan Lembu Suro—makhluk berkepala lembu—berbunyi: “Yoh, Kediri mbesuk bakal pethuk piwalesku sing makaping-kaping, yaiku Kediri bakal dadi kali, Blitar dadi latar, lan Tulungagung dadi kedung” Kediri akan jadi sungai, Blitar jadi padang yang luas, dan Tulungagung jadi tandon air. Kutuk ini diucapkan gara-gara raja ingkar untuk menikahkan Lembu Suro dengan sang putri yang bernama Kilisuci. Bahkan menguburnya dalam sumur yang sangat dalam di Gunung Kelud.
Terlepas akan benar atau tidaknya cerita ini. Saat Gunung Kelud meletus, kota yang disebutkan di atas memang menjadi seperti itu. Bahkan Kerajaan Majapahit yang ada di sekitar sana pun ikut lenyap dan hilang dari peradaban. Saat Gunung Kelud mulai meningkat aktivitasnya, biasanya ada juru kunci yang memberi sesajen. Hal ini dilakukan agar Lembu Suro tak lagi mengamuk.
Inilah lima kutukan paling melegenda yang ada di Indonesia. Bagaimana menurut sobat Boombastis semuanya? Adakah kutukan-kutukan serupa seperti di atas?
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…