Dunia mungkin terlihat tenang dan kondusif sekarang ini. Namun, kamu tahu sendiri bahwa sebenarnya kita sedang di masa di mana umat manusia sedang was-was menunggu sebuah momen besar yang sangat mungkin akan terjadi. Ya, Perang Dunia III yang kabarnya sudah bergaung sejak beberapa tahun lalu.
Pecahnya Perang Dunia tak mesti harus selalu disebabkan karena hal-hal besar, bahkan sesuatu yang sepele macam salah paham saja bisa jadi penyebabnya. Belakangan, ada cukup banyak pergesekan yang berpotensi menyulut bara perang yang, apabila benar terjadi, diprediksi akan sangat fatal dan brutal. Dan berikut ini adalah beberapa konflik yang sedang terjadi dan kemungkinan besar bisa bikin Perang Dunia III benar-benar pecah.
Terbaru, Turki juga mulai berseteru dengan Belanda. Pemicunya adalah karena presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan marah besar atas tindakan pemerintah Belanda yang melarang dua menteri Turki untuk menghadiri kampanye dirinya di Rotterdam, Belanda.
Menteri Urusan Keluarga, Fatma Betul Sayan Kaya dan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu yang sebelumnya dijadwalkan menghadiri Kampanye tersebut pun urung hadir. Kampenye itu sendiri bertujuan untuk menggalang dukungan bagi Erdogan untuk mengadakan referendum pada 16 April nanti. Referendum yang akan semakin memuluskan jalannya menjadi penguasa Turki hingga akhir hayatnya.
Tak mau kalah, otoritas Turki pun membalas sikap Belanda dengan cara menyegel kedutaan dan konsulat Belanda yang ada di negaranya. Tak tanggung-tanggung, Erdogan langsung melabeli Belanda sebagai negara fasis dan peninggalan Nazi.
Mendengar tuduhan tersebut, kuping Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte langsung panas. Ia paham bahwa pemerintah Turki marah atas insiden tersebut, namun mengganggap bahwa tuduhan Erdogan sudah di luar batas. Belum diketahui bagaimana sikap lanjutan kedua negara ini.
Relasi romantis kedua negara ini sejak beberapa bulan lalu telah memanas. Penyebabnya adalah skandal pembunuhan Kim Jong-Nam yang terjadi di bandara internasional Kuala Lumpur.
Pemerintah Korea Utara marah karena tak dilibatkan dalam penyelidikan dan dituding telah ikut ambil bagian terhadap skandal pembunuhan yang melibatkan satu WNI ini. Malaysia sendiri berang dengan sikap Korut yang melarang warga negara mereka untuk angkat kaki dari negara terisolir itu.
Sejarah pertikaian antara kedua negara ini cukup panjang sebetulnya. Kedua ini juga merupakan bagian dari pecahan negara Uni Soviet. Ukraina sendiri terbagi secara geopolitik dengan Ukraina Barat yang lebih condong ke Polandia dan Ukraina Timur yang cenderung dekat dengan Rusia, karena memang banyak warga keturunan Rusia di sana.
Wilayah Crimea yang kini merupakan bagian dari Ukraina, menjadi wilayah yang penting karena di sana terletak pangkalan angkatan laut milik mereka. Di ibu kotanya sendiri gelombang unjuk rasa pernah terjadi, yang pada saat itu milisi pro-Rusia mengepung gedung-gedung dan mengganti pemerintahan Crimea dengan aturan Rusia.
Sejak saat itu, baku tembak antara pemberontak Pro-Rusia dan tentara bayaran Rusia melawan angkatan bersenjata Ukraina di wilayah Ukraina TImur yang sudah dimulai pada tanggal 5 April 2014, tak terhindarkan.
Hubungan dua negara ini juga sama-sama telah cacat sejak dulu. Dimulai pada tahun 1950 di mana militer Korea Utara menyeberangi perbatasan dan menginvasi Korea Selatan. Tindakan gegabah ini telah menyebabkan perang Korea yang berlangsung selama tiga tahun dan merenggut sekitar 3 juta jiwa. Barulah pada tahun 1953, dilakukan gencatan senjata.
Sedangkan, pada era modern ini, Korut kembali berbuat ulah dengan melakukan berbagai uji coba nuklir yang sejak tahun 2006 tercatat telah dilakukan sebanyak lima kali dengan bermacan efek ledakan. Kesal dengan tindakan egois mereka, Korea Selatan telah berkali-kali mengecam uji coba yang mereka lakukan. Yang paling diingat adalah ancaman Korsel untuk membumihanguskan Pyongyang, ibu kota Korut, seandainya negara itu tak mematuhi aturan yang ada.
Beberapa negara Barat dan kelompok HAM internasional menuding bahwa pasukan militer Suriah dan pemerintah Rusia bertanggung jawab atas serangan yang menggempur habis warga sipil di wilayah pemberontak, Aleppo. Tempat-tempat berlangsungnya aktivitas para warga seperti rumah sakit, pertokoan, dan daerah sipil lainnya, kini telah hancur menjadi puing-puing.
Bukan rahasia lagi kalau presiden Assad mendapat bekingan dari Rusia. Konflik ini bukan hanya soal Suriah saja, namun pada level tertinggi telah melibatkan Amerika Serikat dan Rusia. Rusia mendukung Bashar, sedangkan AS meminta agar presiden tersebut mundur guna meredam konflik yang terus berkepanjangan ini.
Sejatinya, keterlibatan Rusia banyak ditentang oleh warganya. Bahkan, dalam sebuah survei yang dilakukan, 48% warga Rusia percaya bahwa intervensi pemerintah mereka dalam konflik Suriah dapat memicu Perang Dunia III.
Perang Dunia bukan hal sepele. Bahkan, dalam survei lain yang dilakukan, nyaris mayoritas warga Rusia, yang notabene merupakan salah satu kekuatan militer terkuat di dunia, takut jika seandainya Perang Dunia ketiga benar terjadi. Bagaimana dengan negara kita? Apa saja yang telah kita persiapkan seandainya Perang Terbesar ini kembali pecah?
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…