Tak ada perubahan dalam kehidupan seseorang jika ia sendiri enggan mengusahakannya. Meski terasa berat di awal, tekad dan kemauan keras bisa menjadi faktor kunci agar bisa sukses di masa depan. Hal inilah yang diterapkan oleh Boy Thohir. Meski lahir dan dibesarkan oleh keluarga pengusaha yang serba cukup, tak mudah baginya merintis karir sebagai pebisnis.
Boy Thohir sempat merasakan hidup susah di awal-awal masa mudanya dahulu. Meski sang ayah bekerja di Astra Internasional, dirinya sempat merasakan naik becak, metromini hingga jalan kaki ke sekolah. Titik terang menghampirinya saat perusahaan besar tersebut mulai berkembang. Dari yang semula karyawan, sang ayah diangkat menjadi partner yang akhirnya memperbaiki taraf hidup keluarga.
Singkat cerita, Boy Thohir pun akhirnya bisa berkuliah hingga ke Amerika Serikat hingga menggenggam gelar master. Bukannya langsung masuk ke perusahaan besar, dirinya malah memilih untuk menjadi pengusaha mandiri. Padahal, sepulangnya dari Amerika Serikat, ia sempat membantu berjualan motor ke dealer-dealer.
Pada akhirnya, Boy Thohir menemukan ide untuk mendirikan bisnis properti sendiri. Ia pun membidik kawasan Kasablanka untuk dijadikan sebagai obyek proyeknya. Bukan tanpa sebab. Ia memilih properti setelah sebelumnya belajar dengan sang ibu. Sayang, pembangunannya saat itu terkendala dengan pembebasan lahan yang belum sempurna.
“Akhirnya saya disuruh presentasikan ke petinggi Astra soal pembebasan lahan itu. Saya pun disuruh untuk membebaskan lahan untuk Astra. Jadi sebenarnya saya basic-nya calo lahan,” ujar Boy Thohir saat diwawancarai oleh finance.detik.com.
Setelah bisnis properti, Boy Thohor pun mencoba peruntungan dengan berkecimpung di usaha batu bara. Tawaran pun datang pada 1992 silam, di mana ia bergabung dengan perusahaan Australia yang bernama PT Allide Indocoal. Boy Thohir saat itu hanya memiliki 20% saham.
“Saat itu saya tidak tahu sama sekali batu bara. Tapi insting saya saya melihat minyak akan habis, tapi batu bara masih banyak di Indonesia. Sayangnya tidak berjalan mulus,” ujar Boy Thohir saat diwawancarai oleh finance.detik.com.
Pada 1997, ia kemudian bangkit kembali dengan perusahaan pembiayaannya yang sekarang bernama WOM Finance. Bermodalkan Rp 5 miliar ditambah dari Ometraco Rp 5 miliar dan sisanya utang dari Bank Tiara Rp 50 miliar, usaha tersebut berkembang pesat hingga ditawar oleh BII dengan harga US$ 150 juta.
Dari situ, ia kemudian mendirikan perusahaan tambang batu bara yang bernama PT Adaro Energi Tbk. Sepak terjangnya sebagai pengusaha yang sukses membuat dirinya dinyatakan sebagai orang terkaya ke 23 di Indonesia versi Majalah Forbes di 2017 dengan total kekayaan mencapai US$ 1,41 miliar atau setara Rp 19,03 triliun (kurs Rp 13.500).
“Kalau kita mau sukses ada ada 5 faktor penting, pertama karakter. Contoh, jangan anggap bahwa uang itu segalanya. Kalau sebaliknya karakter kita buruk. Kedua, bahwa tidak ada yang instan. Sehingga harus kerja keras. Ketiga baru pintar, ini harus. Keempat networking, bisnis di Indonesia susah kalau enggak punya teman Kelima menurut saya kita harus bertakwa kepada Tuhan. Kalau bukan rejeki mau kerja dari pagi sampai malam ya tidak akan bisa,” pungkasnya saat diwawancarai oleh finance.detik.com.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…