Peristiwa kebakaran hutan yang sekarang ini melanda beberapa wilayah di Indonesia membuat kita semua merasa sedih, miris, sekaligus marah. Apalagi dengan banyaknya warga yang harus menderita karena terkena dampak pembakaran hutan ini. Proses pemadaman hutan itu tidak gampang, terutama ketika yang terbakar adalah hutan gambut.
Pada kebakaran hutan gambut, api berada di bawah, bukan di atas tanah. Sehingga proses pemadaman juga lebih sulit karena harus mencari tempat api berada. Itulah mengapa masalah kebakaran ini tidak kunjung selesai meskipun banyak tenaga sudah dikerahkan untuk memadamkan api. Dengan api yang sulit dipadamkan, maka asap juga tidak kunjung hilang hingga akhirnya menyelimuti beberapa kota.
Kekesalan, kemarahan dan kesedihan warga adalah hal yang dipahami. Mereka harus hidup setiap hari tanpa bisa merasakan udara yang bersih dan segar, sebaliknya justru harus menghisap asap yang berbahaya bagi kesehatan. Korban yang mengalami ISPA mulai berjatuhan.
Menyoroti tentang kesalahan orang ‘besar’ rupanya memang lebih menarik ketimbang menyoroti tentang orang-orang ‘biasa’ yang turun langsung untuk membantu mengatasi masalah yang ada. Seperti orang-orang ‘biasa’ di kawasan hutan Tumbang Nusa, Pulang Piasu, Kalimantan Tengah ini. Sekelompok anak muda dengan berbagai profesi yang tergabung dalam Sekolah Relawan ini sibuk membuat sumur-sumur bor di dalam hutan. Mereka bahu-membahu berusaha membangun 100 titik sumur bor demi mengantisipasi meluasnya kebakaran.
Ada Roel Mustafa yang merupakan pengusaha keturunan Betawi, Eko Subiyantoro yang merupakan Forest Ranger di Banjarbaru, Hunggul Pihono yang merupakan mahasiswa, serta mantan guru SLB yang rela hampir sebulan bergulung di hutan, di antara lumpur kotor demi usaha mencegah penyebaran api. Semua sukarela berangkat ke hutan demi melakukan langkah nyata untuk membantu mengatasi kebakaran hutan.
Berada di tengah hutan tidak membuat menjadi alasan bagi mereka untuk melakukan kewajiban beribadah. Di sela-sela kesibukan mereka berjuang memadamkan api di tengah hutan, mereka tetap melakukan kewajiban shalat. Bukankah tekad seperti ini yang seharusnya lebih sering kita lihat dan bagikan?
Kenapa kita tidak fokus terlebih dulu untuk sama-sama mencari solusi? Bukan ribut saling tunjuk menyalahkan sana-sini? Anyway, salut dan terima kasih pada para relawan asap yang dengan tulus turun langsung memadamkan api di tengah hutan. You’re the hero guys!
Di tengah keputusasaan untuk menjaga kelestarian alam, Indonesia membutuhkan sosok yang berani melindungi sumber daya…
Media sosial akhir-akhir ini sedang dihangatkan dengan topik seputar perusakan alam, di mana salah satunya…
Sedang viral di platform media sosial X mengenai kehebohan penemuan bunga Rafflesia Hasseltii. Yang menemukan…
Sumatera berduka setelah banjir bandang disertai tanah longsor menyapu Pulau Sumatera bagian utara. Tak hanya…
Duka terus menghampiri bangsa Indonesia di penghujung tahun 2025 ini. Belum kelar bencana banjir hebat…
Ribuan kabar duka dari Pulau Sumatera. Salah satunya adalah seorang pemuda bernama Erik Andesra, pria…