Categories: Tips

Kisah Perjuangan Relawan Asap yang ‘Tak Terdengar’ di Tengah Keributan Netizen dan Pemerintah

Peristiwa kebakaran hutan yang sekarang ini melanda beberapa wilayah di Indonesia membuat kita semua merasa sedih, miris, sekaligus marah. Apalagi dengan banyaknya warga yang harus menderita karena terkena dampak pembakaran hutan ini. Proses pemadaman hutan itu tidak gampang, terutama ketika yang terbakar adalah hutan gambut.

Pada kebakaran hutan gambut, api berada di bawah, bukan di atas tanah. Sehingga proses pemadaman juga lebih sulit karena harus mencari tempat api berada. Itulah mengapa masalah kebakaran ini tidak kunjung selesai meskipun banyak tenaga sudah dikerahkan untuk memadamkan api. Dengan api yang sulit dipadamkan, maka asap juga tidak kunjung hilang hingga akhirnya menyelimuti beberapa kota.

Kekesalan, kemarahan dan kesedihan warga adalah hal yang dipahami. Mereka harus hidup setiap hari tanpa bisa merasakan udara yang bersih dan segar, sebaliknya justru harus menghisap asap yang berbahaya bagi kesehatan. Korban yang mengalami ISPA mulai berjatuhan.

Kebakaran hutan di Riau [Image Source]
Di saat semua sedang resah, marah, dan gelisah, berbagai macam media berlomba menyoroti siapa yang harus disalahkan. Mulai dari perusahaan yang melakukan pembakaran, hingga presiden yang dianggap tidak melakukan apa-apa, semua disoroti dan menimbulkan cercaan dan teriakan protes di mana-mana. Sayangnya tidak banyak media yang menunjukkan beberapa orang yang suka rela turun langsung membantu proses pemadaman tanpa repot teriak-teriak menyalahkan kanan kiri.

Menyoroti tentang kesalahan orang ‘besar’ rupanya memang lebih menarik ketimbang menyoroti tentang orang-orang ‘biasa’ yang turun langsung untuk membantu mengatasi masalah yang ada. Seperti orang-orang ‘biasa’ di kawasan hutan Tumbang Nusa, Pulang Piasu, Kalimantan Tengah ini. Sekelompok anak muda dengan berbagai profesi yang tergabung dalam Sekolah Relawan ini sibuk membuat sumur-sumur bor di dalam hutan. Mereka bahu-membahu berusaha membangun 100 titik sumur bor demi mengantisipasi meluasnya kebakaran.

Menggotong pipa-pipa ke dalam hutan [Image Source]
Seperti yang disebarkan lewat akun facebook Sunardian Wirodono II ini, “Mereka semua ini sebenarnya juga korban pembakaran hutan dan asap, tapi memilih bertindak daripada mengeluh dan menghujat.” Bahkan ada juga dua anak remaja, yang baru berusia belasan tahun, Hendra (17) dan Daniel (15), kakak beradik yang sudah dua bulan bekerja keras bersama relawan lokal Jumpun Pambelom mengangkat selang, pipa, dan mesin ke hutan untuk membuat sumur bor di hutan-hutan di Kalimantan Tengah.

Ada Roel Mustafa yang merupakan pengusaha keturunan Betawi, Eko Subiyantoro yang merupakan Forest Ranger di Banjarbaru, Hunggul Pihono yang merupakan mahasiswa, serta mantan guru SLB yang rela hampir sebulan bergulung di hutan, di antara lumpur kotor demi usaha mencegah penyebaran api. Semua sukarela berangkat ke hutan demi melakukan langkah nyata untuk membantu mengatasi kebakaran hutan.

Air yang berhasil mengucur dari sumur membuat mereka bersorak [Image Source]
Tidak hanya Sekolah Relawan dan Jumpon Pambelon, masih ada relawan-relawan lain yang berjuang dan melakukan hal yang sama. Sebagai relawan, mereka bergerak dengan suka-rela, dengan bantuan dari siapa saja yang mau membantu dan memberi donasi demi mengatasi masalah kebakaran hutan dan asap. Tapi kelelahan yang mereka rasakan ini terbayarkan ketika mereka bisa melihat air yang sudah berhasil mengucur deras.

Berada di tengah hutan tidak membuat menjadi alasan bagi mereka untuk melakukan kewajiban beribadah. Di sela-sela kesibukan mereka berjuang memadamkan api di tengah hutan, mereka tetap melakukan kewajiban shalat. Bukankah tekad seperti ini yang seharusnya lebih sering kita lihat dan bagikan?

Shalat sejenak disela-sela usaha memadamkan kebakaran [Image Source]
Hal-hal semacam inilah yang jarang sekali kita lihat di berbagai media. Kebanyakan justru ribut dan ramai-ramai menyalahkan pihak-pihak tertentu, mempertanyakan kebijakan pemerintah yang dianggap tidak menanggulangi bencana, serta ribut-ribut mencaci orang di sosial media. Yang jelas-jelas turun langsung seperti ini malah jarang sekali diberitakan atau diceritakan.

Kenapa kita tidak fokus terlebih dulu untuk sama-sama mencari solusi? Bukan ribut saling tunjuk menyalahkan sana-sini? Anyway, salut dan terima kasih pada para relawan asap yang dengan tulus turun langsung memadamkan api di tengah hutan. You’re the hero guys!

Share
Published by
Tetalogi

Recent Posts

Rosita Istiawan Pionir Hijau, Dedikasi Bangun Hutan 25 Tahun

Di tengah keputusasaan untuk menjaga kelestarian alam, Indonesia membutuhkan sosok yang berani melindungi sumber daya…

8 hours ago

Tesso Nilo: Rumah Para Gajah yang Kian Terancam Eksistensinya

Media sosial akhir-akhir ini sedang dihangatkan dengan topik seputar perusakan alam, di mana salah satunya…

2 weeks ago

Penemuan Rafflesia Hasseltii Berbuntut Panjang, Oxford Dianggap Pelit Apresiasi

Sedang viral di platform media sosial X mengenai kehebohan penemuan bunga Rafflesia Hasseltii. Yang menemukan…

2 weeks ago

4 Aksi Pejabat Tanggap Bencana Sumatera yang Jadi Sorotan Netizen

Sumatera berduka setelah banjir bandang disertai tanah longsor menyapu Pulau Sumatera bagian utara. Tak hanya…

3 weeks ago

Kebakaran Hebat Gedung Terra Drone, Korban Tembus 20 Orang

Duka terus menghampiri bangsa Indonesia di penghujung tahun 2025 ini. Belum kelar bencana banjir hebat…

3 weeks ago

Kisah Pilu Warga Terdampak Bencana Sumatera, Sewa Alat Berat Sendiri untuk Cari Jenazah Ibunya

Ribuan kabar duka dari Pulau Sumatera. Salah satunya adalah seorang pemuda bernama Erik Andesra, pria…

3 weeks ago