Siapapun pasti ingat dengan peristiwa tabrakan kereta api yang terjadi di Bintaro beberapa puluh tahun silam. Kecelakaan mengerikan yang melibatkan dua trasnportasi sejenis itu, memakan 156 korban jiwa dan puluhan lainnya luka-luka. Alhasil, semua kesalahan pun ditumpuk kepada sosok pria yang dianggap sebagai penyebab kecelakaan. Mantan masinis yang kini telah renta itu bernama Slamet Suradio.
Dirinyalah yang dituding sebagai penyebab kecelakaan terburuk sepanjang sejarah perkeretaapian tersebut. Dipecat dari pekerjaan sebagai masinis, Slamet pun harus hidup terlunta-lunta di hari tuanya. Yang miris, semua gaji dan uang pensiunnya ditahan oleh negara tanpa melalui peradilan yang jelas. Ia pun hanya bisa bercerita dengan pasrah. Mengisahkan kejadian getirnya di masa silam.
Senin, 19 Oktober 1987 silam, merupakan momen yang tak akan pernah dilupakan oleh Slamet Suradio. Saat itu, tanggung jawab sebagai Masinis mengharuskan dirinya menjalankan KA 225 jurusan Rangkas Bitung-Jakarta Kota. Nahas, karena adanya kesalahpahaman komunikasi dan koordinasi antar stasiun, KA 225 akhirnya bertabrakan dengan KA cepat 220 jurusan Tanah Abang-Merak. Korban pun bergelimpangan bermandikan darah yang bercampur dengan oli dan bau asap.
Dari peristiwa tersebut, Slamet pun harus tersingkir dari dunia perkeretaapian dan mendekam selama 5 tahun di penjara. Semua gaji, pesangon dan uang pensiunnya ditahan oleh negara. Setelah bebas, ia memilih untuk memulai hidup yang baru di kampung halamannya, Purworejo, Jawa Tengah. “Saya dipecat, tidak dapat pesangon. Saya berharap diperlakukan sama seperti PNS yang lain,” kata Slamet yang masih menyimpan rapi baju seragam PT KAI seperti yang dilansir dari viva.co.id.
Selain diberhentikan dari pekerjaannya, Slamet sempat diintimidasi oleh aparat keamanan. Di bawah moncong pistol, ia dipaksa mengakui bahwa kecelakaan tersebut disebabkan karena ulahnya. Hal itu terjadi saat Slamet akan menandatangani Berkas Acara Pemeriksaan (BAP). “Waktu itu saya ditodong pistol, disuruh ngaku. Saya heran, saya nggak salah kok diperlakukan seperti itu,” ucapnya pelan. Dirinya juga harus menerima kenyataan pahit karena istrinya direbut rekan sesama Masinis saat ia dipenjara.
Waktu yang terus bergulir, tak ingin disia-siakan begitu saja oleh seorang Slamet Suradio. Di penghujung usianya yang telah senja, ia bekerja sebagai penjual rokok eceran di depan toko di kawasan perempatan Kalianyar, Kutoarjo. Sebenarnya ia sempat aktif kembali bekerja di KAI setelah keluar dari penjara. Bukan sebagai Masinis, melainkan pembantu Dipo yang hanya digaji setengahnya saja. Peristiwa 32 tahun silam, telah merenggut kehidupan Slamet di hari tuanya.
Dalam diri Slamet, ia masih berharap agar suatu saat namanya dibersihkan dari tragedi tersebut. Dirinya tetap berjuang, entah sampai kapan agar hak-haknya sebagai mantan pegawai KAI diperolehnya kembali. Slamet pun pasrah terhadap yang Maha Adil. Di sisa usianya, ia ingin hidup tenang bersama istri kedua yang telah memberinya tiga orang anak.
Memang benar, Indonesia sedari dulu masih dibayangi oleh darurat hukum yang tumpul ke atas namun runcing di bawah. Seperti kisah Slamet di atas, ia disalahkan begitu saja tanpa melalui mekanisme peradilan yang jelas. Siapa yang salah dan benar? Semuanya masih tampak abu-abu. Keadilan pun seolah masih menjadi barang langka di negeri ini.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…