Inspirasi

Kisah Juragan Teh Baik Hati Asal Belanda yang Sukses Cerdaskan Pribumi di Indonesia

Perjalanan besar bangsa Indonesia di bidang ilmu perbintangan (astronomi), nyatanya tak lepas dari sosok Karel Albert Rudolf Bosscha. Dilansir dari tirto.id, pria kelahiran s’Gravenhage pada 15 Mei 1865 itu, merupakan pemilik kebun teh yang kaya raya di daerah Malabar, Pangalengan, Jawa Barat.

Selain dikenal kaya raya, KAR Bosscha juga dikenal sangat dermawan dan tak segan membantu kehidupan masyarakat indonesia. Terutama di bidang pendidikan. Tak heran, jika namanya harum dan diabadikan menjadi sebuah Observatorium yang terkenal di daerah Lembang. Seperti apa jasanya bagi Indonesia? Simak ulasan berikut.

Perantauan asal Belanda yang mengadu nasib di Indonesia

Bosscha saat berada di ruangh kerjanya [sumber gambar]
Menurut buku All About Tea (2016) karya Willem Ulker yang dikutip dari tirto.id, Bosscha berlayar pada Desember 1887 menuju Indonesia dan bekerja di kebun milik pamannya, Eduard Julius Kerkhoven. Ia juga sempat ke Kalimantan mencari kemungkinan eksplorasi emas, namun memutuskan kembali kepada sang paman pada 1892. Di sana, Bosscha ikut mendirikan dan menjadi pengawas dari perusahaan telepon di Priangan. Dia lalu membangun perkebunan di Malabar, di Pangalengan, pada 1896.

Sosok cerdas yang kaya raya berkat bisnis teh

Kaya raya berkat bisnis teh [sumber gambar]
Bukan hanya sekedar membangun perkebunan teh, Bosscha juga melengkapinya dengan dengan laboratorium lengkap beserta pabriknya. Sumber dari tirto.id menuliskan, putra dari fisikawan Belanda, Prof Dr J Bosscha Jr itu mampu memproduksi teh berkualitas tinggi yang bersaing dengan produk sejenis dari Cina, India dan Srilanka. Berkat inovasinya itu, K.A.R Bosscha berhasil menjadi pebisnis teh yang kaya raya pada masanya di Indonesia.

Kepedulian yang tinggi dengan kaum pribumi Indonesia

Ilustrasi pendidikan belanda pada pribumi [sumber gambar]
Meski kaya raya, Bosscha dikenal sebagai sosok yang dermawan terhadap orang lain. Menurut Her Suganda, dalam Wisata Parijs van Java (2014) yang dikutip dari tirto.id menyebutkan, Bosscha telah mendirikan sekolah dasar vervoolgschool untuk anak-anak petani di kebunnya, menyumbang bagi pembangunan kampus ITB dan mendirikan observatorium Bosscha. Kelak, laboratorium bintang inilah yang bisa disaksikan hingga kini sebagai bagian dari perjalanan sejarah Indonesia.

Dirikan observatorium bintang pertama di Indonesia

Observatorium Bosscha di Lembang, Bandung [sumber gambar]
Selain menjadi juragan teh di Indonesia, Bosscha sangat menggilai ilmu perbintangan. Salah satu obsesinya adalah membangun sebuah lab khusus untuk menyelidiki benda langit tersebut. Dilansir dari tirto.id, ia dan kolega-koleganya mulai mengusahakan pembelian beberapa teropong bintang raksasa yang mahal dari Jerman. Menurut Rudolf Mrazek, demi obsesinya pada ilmu perbintangan di pertengahan 1920-an, Bosscha mewujudkan sebuah tempat yang dikenang terus menerus. Jadilah sebuah observatorium legendaris pada sebuah bukit di kaki Gunung Tangkuban Perahu, dengan ketinggian 1.300 di atas permukaan laut.

Dikenang sebagai figur dermawan yang berjasa pada Indonesia

Makam Bosscha yang dikebumikan di tengah-tengah kebun teh miliknya [sumber gambar]
Saat dirinya mangkat pada 26 November 1928, namanya tetap abadi lewat jasa-jasanya yang mulia di masa lalu. Ya, K.A.R Bosscha telah mewariskan sejumlah aset penting yang kelak berguna bagi perkembangan pendidikan di Indonesia. Sumber dari tirto.id menuliskan, Bosscha telah memberikan tanah seluas 25.000 meter persegi di belakang rumah sakit Juliana untuk kankerinstituut (institut kanker) dan menyumbang uang sebesar f. 200.000. Selain itu, ia juga membantu sekolah tinggi teknik pertama di Indonesia (ITB) dan sekolah dasar untuk anak-anak pribumi.

Baca Juga : Nggak Nyangka 5 Orang Belanda ini Justru Berjuang Untuk Kemerdekaan Indonesia

Meski telah tiada, nama K.A.R Bosscha dikenang sebagai sosok yang berjasa masyarakat Indonesia. Khususnya di bidang pendidikan. Berbeda dengan orang Belanda kebanyakan, dirinya sangat peduli terhadap rakyat kecil yang saat itu berada di bawah kekuasaan kolonialis. Salut ya Sahabat Boombastis.

Share
Published by
Dany

Recent Posts

Rosita Istiawan Pionir Hijau, Dedikasi Bangun Hutan 25 Tahun

Di tengah keputusasaan untuk menjaga kelestarian alam, Indonesia membutuhkan sosok yang berani melindungi sumber daya…

1 hour ago

Tesso Nilo: Rumah Para Gajah yang Kian Terancam Eksistensinya

Media sosial akhir-akhir ini sedang dihangatkan dengan topik seputar perusakan alam, di mana salah satunya…

2 weeks ago

Penemuan Rafflesia Hasseltii Berbuntut Panjang, Oxford Dianggap Pelit Apresiasi

Sedang viral di platform media sosial X mengenai kehebohan penemuan bunga Rafflesia Hasseltii. Yang menemukan…

2 weeks ago

4 Aksi Pejabat Tanggap Bencana Sumatera yang Jadi Sorotan Netizen

Sumatera berduka setelah banjir bandang disertai tanah longsor menyapu Pulau Sumatera bagian utara. Tak hanya…

3 weeks ago

Kebakaran Hebat Gedung Terra Drone, Korban Tembus 20 Orang

Duka terus menghampiri bangsa Indonesia di penghujung tahun 2025 ini. Belum kelar bencana banjir hebat…

3 weeks ago

Kisah Pilu Warga Terdampak Bencana Sumatera, Sewa Alat Berat Sendiri untuk Cari Jenazah Ibunya

Ribuan kabar duka dari Pulau Sumatera. Salah satunya adalah seorang pemuda bernama Erik Andesra, pria…

3 weeks ago