Inspirasi

Demi Sambung Hidup, Kisah Bocah yang Tak Malu Berjualan Cabe di Sekolah Ini Bikin Terharu

Usaha dan kerja keras, telah menjadi sebuah tugas utama bagi manusia agar sukses dalam kehidupannya. Cara yang ditempuh pun bermacam-macam. Namun tak sedikit pula diantara dari mereka ada yang menyerah di tengah jalan. Tak gampang memang untuk berusaha meraih cita-cita. Seperti yang dilakukan oleh bocah bernama Bondan Kohar Ali ini. Di usianya yang belia, ia harus berjuang keras demi meraih masa depan yang lebih baik.

Terdesak karena faktor ekonomi, Bondan harus rela bekerja dua kali lebih keras dari kawan sebayanya. Demi menjaga asa melanjutkan sekolah, Bondan memilih untuk berjualan cabe dari pintu ke pintu. Kegiatan sampingannya itu merupakan inisiatif Bondan untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya. Kisahnya yang inspiratif ini sangat menarik untuk disimak.

Berjualan cabai demi pendidikan

Demi cukupi biaya sekolah [sumber gambar]
Lahir dari keluarga sederhana, Bondan tetap memelihara semangatnya untuk mengenyam pendidikan. Untuk itu, ia pun berinisiatif berjualan cabe yang ia kemas dalam sebuah plastik. Hasil dari penjualan itulah yang ia gunakan untuk membiayai kebutuhan sekolahnya. Bondan juga menawarkan bawang merah dan kembang turi sebagai dagangan tambahan kepada pembeli.

Saya membeli cabai di pasar. Biasanya beli satu kilo cabai rawit putih, dan setengah kilo cabai rawit merah, dan membungkusnya kecil-kecil. Yang kecil Rp 1.000 per bungkus biasanya jadi 60 bungkus. Dan, jika membungkusnya agak gede dijual Rp 2.000, biasanya jadi 23 bungkus,” Ujar Bondan seperti yang dilansir dari kompas.com.

Datang dari keluarga kurang mampu

Terhimpit faktor ekonomi [sumber gambar]
Faktor ekonomilah yang melatar belakangi Bondan untuk mencari uang tambahan dengan berjualan cabai. Wagino, sang ayah, sempat menjadi tukang ojek namun berhenti karena kecelakaan yang menimpa dirinya pada 2008 silam. Sementara sang Ibu, Suminah, hanyalah penjual sayur keliling biasa. Keduanya pun merestui niat Bondan untuk berjualan cabai.

Sebagai orang tua sebenarnya tidak tega, tetapi mau bagaimana itu keinginan dia,” ucapnya seperti yang dilansir dari kompas.com.

Rawat adik yang menderita autis

Ilustrasi merawat anak autis [sumber gambar]
Di tengah cobaan berupa keterpurukan ekonomi, Bondan juga harus membantu merawat adiknya , Aziz Fuad Hasan yang menderita autis. Selain penghasilan keluarga yang tak menentu, mereka juga harus mengeluarkan uang Rp 450.000 per bulan untuk membeli obat syaraf dan otak guna kesembuhan Aziz. Meski mempunyai BPJS, biaya obat tersebut tidak masuk dalam tanggungan.

Seharusnya obat dibeli setiap bulan, tetapi kondisi keuangan saya membeli obat hanya saat kejang saja,” ujar Suminah seperti yang dilansir dari kompas.com.

Kerap mengamen demi menambah pemasukan

Ilustrasi mengamen di jalanan [sumber gambar]
Rupa-rupanya, Bondan termasuk tipe bocah pekerja keras. Selain berjualan cabai, ia juga kerap mengamen di beberapa titik sekitaran Kota Wonosari, Yogyakarta. Bukan menggunakan alat musik yang mapan seperti gitar atau sejenisnya. Melainkan hanya dengan sebuah ecrek-ecrek yang dibuat sendiri bermodalkan kayu dan tutup botol minuman bekas. Meski aktivitasnya di luar sangat padat, ia tetap semangat dan rajin bersekolah.

Sosok rajin yang tak malu berjualan di sekolah

Tak malu meski berjualan cabai [sumber gambar]
Meski diselingi dengan kegiatan berjualan, Bondan termasuk murid yang rajin belajar.Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Wahyudi selaku Kepala SMA Muhammadiyah Wonosari.

Tidak masalah, karena bisa belajar mandiri, yang terpenting tidak melupakan tugasnya sebagai pelajar,” katanya.

Hebatnya, Bondan juga tak memiliki rasa malu atau minder saat berjualan cabai. Ia bahkan sering menawarkan barang dagangannya kepada teman-teman di seputaran sekolah.

Sungguh berat perjuangan Bondan dalam meraih masa depannya. Terlebih, himpitan ekonomi dan beban hidup yang ia alami. Namun demikian, kisahnya yang rela menjual cabai demi kelangsungan masa depannya, menyadarkan kita akan satu hal penting. Yaitu mensyukuri nikmat yang kita rasakan saat ini.

Share
Published by
Dany

Recent Posts

Rosita Istiawan Pionir Hijau, Dedikasi Bangun Hutan 25 Tahun

Di tengah keputusasaan untuk menjaga kelestarian alam, Indonesia membutuhkan sosok yang berani melindungi sumber daya…

3 hours ago

Tesso Nilo: Rumah Para Gajah yang Kian Terancam Eksistensinya

Media sosial akhir-akhir ini sedang dihangatkan dengan topik seputar perusakan alam, di mana salah satunya…

2 weeks ago

Penemuan Rafflesia Hasseltii Berbuntut Panjang, Oxford Dianggap Pelit Apresiasi

Sedang viral di platform media sosial X mengenai kehebohan penemuan bunga Rafflesia Hasseltii. Yang menemukan…

2 weeks ago

4 Aksi Pejabat Tanggap Bencana Sumatera yang Jadi Sorotan Netizen

Sumatera berduka setelah banjir bandang disertai tanah longsor menyapu Pulau Sumatera bagian utara. Tak hanya…

3 weeks ago

Kebakaran Hebat Gedung Terra Drone, Korban Tembus 20 Orang

Duka terus menghampiri bangsa Indonesia di penghujung tahun 2025 ini. Belum kelar bencana banjir hebat…

3 weeks ago

Kisah Pilu Warga Terdampak Bencana Sumatera, Sewa Alat Berat Sendiri untuk Cari Jenazah Ibunya

Ribuan kabar duka dari Pulau Sumatera. Salah satunya adalah seorang pemuda bernama Erik Andesra, pria…

3 weeks ago