Su-35 atau yang biasa disebut Flanker-E adalah generasi terbaru dari pesawat tempur Sukhoi Rusia, dan merupakan pengembangan dari Su-27 versi sebelumnya. Pesawat tempur super canggih inilah yang membuat banyak produsen pesawat lainnya ‘sakit hati’ karena Indonesia tetap ngotot untuk mendatangkan Su-35 dibandingkan pesawat bikinan mereka.
Termasuk di antaranya adalah LockHead Martin yang juga harus gigit jari karena tawaran menggiurkannya tetap ditolak oleh Indonesia. Saat itu Indonesia ditawarkan menjadi negara pertama yang menggunakan varian terbaru dari F-16 Viper hingga biaya operasional yang terjangkau serta penggunaan teknologi canggih.
Mari kita lihat, apa saja kehebatan Su-35 yang mungkin menjadi alasan mengapa Indonesia seakan ‘jatuh hati’ pada pesawat tempur ini.
Sama seperti varian Sukhoi yang lain, Su-35 juga mampu melakukan manuver-manuver tempur yang tidak dapat diimbangi oleh pesawat tempur lainnya. Yang paling terkenal adalah manuver ‘Cobra’ di mana Su-35 dapat menanjak secara tegak lurus atau vertikal, berhenti sesaat di udara dan berjungkir balik 180′ dengan stabil.
Manuver ini sempat dipamerkan pada ajang MAKS Airshow 2015 lalu. Kemampuan manuver ekstrim Su-37 didapat berkat desain aerodinamika pesawat dan dukungan mesinnya. Kelebihan lain dari Su-37 adalah nozzle (mesin buang atau ‘knalpot’ pesawat ) yang memiliki fitur trust vectoring.
Dengan fitur ini, nozzle Su-35 bisa dibelokkan ke dalam 3 sumbu gerakan tanpa harus mengurangi thrust atau daya dorong pesawat. Gampangnya, seperti mobil yang dapat melakukan manuver ‘drift’ di jalanan, Su-35 dapat melakukan manuver yang sama di udara. Dengan fitur ini pula, Su-35 tidak memerlukan landasan yang panjang untuk dapat mendarat maupun lepas landas.
Meskipun tidak mempunyai kemampuan ‘siluman’ seperti varian F-22 Raptor milik Amerika, Su-35 dilengkapi dengan sistem jamming untuk menurunkan kemampuan deteksi radar milik pesawat musuh serta radar yang dapat mendeteksi sinyal dari belakang pesawat untuk menembakkan peluru kendali SARH. Su-35 dilengkapi dengan radar Irbis-E PESA yang dapat mendeteksi banyak sasaran baik di darat, laut maupun udara serta memiliki jangkauan 2x lebih jauh dibandingkan radar milik pesawat-pesawat generasi ke 4.
Dengan kemampuan ini, Su-35 dapat melakukan aksi ‘First Look-First Shoot-First Kill’ di mana pilot Su-35 dapat lebih dulu mengintercept atau menjatuhkan pesawat lawan sebelum mereka melihat kedatangan Su-35. Selain itu, Su-35 juga mempunyai perangkat Infra Red Search and Track (IRST) internal yaitu OLS-35 yang membuat pesawat ini bisa melacak musuh dengan gelombang infra merah.
Su-35 disebut sebagai pesawat tempur multirole, karena selain fungsinya sebagai pesawat tempur penghancur, dia juga dapat digunakan untuk fungsi lainnya. Su-35 mempunyai kemampuan sebagai ‘stasiun bahan bakar’ yang dapat melakukan pengisian bahan bakar untuk pesawat-pesawat lain di udara. Su-35 dapat menjadi pesawat ‘pemadam kebakaran’ dengan menjatuhkan bergalon galon air tepat ke atas area di mana api berkobar.
Hal-hal tersebut dimungkinkan karena tangki bahan bakar Su-35 sendiri yang terbilang cukup besar yaitu mampu membawa 15.000 kg bahan bakar dalam sekali terbang serta daya angkutnya yang mencapai 30.500 kg.
Dengan kemampuan angkutnya yang tinggi yaitu mencapai maksimal 30 ton, Su-35 dapat membawa senjata yang lebih banyak di bandingkan pesawat lainnya. Su-35 mempunyai 12 hardpoints yang dapat digunakan untuk mengangkut berbagai macam misil, roket maupun bom. Mulai dari misil udara ke udara R-27, misil jarak menengah R-77 dan R-73.
Misil udara ke darat Kh-29, Kh-31P dan Kh-58UShe. Pesawat Su-35 juga dapat dipersenjatai dengan bom pintar seperti KAB-500Kr hingga KAB-1500LG. Untuk masalah roket, mulai dari yang berukuran 80mm, 266mm dan 420mm semuanya dapat ditenteng oleh Su-35.
Ini mungkin alasan paling utama mengapa Indonesia memilih Su-35 ketimbang pesawat lain utamanya pesawat dari Amerika. Karena merupakan pengembangan dari Su-27 sebelumnya, maka suku cadang dari Su-27 dapat digunakan ke Su-35 dan sebaliknya. Hal ini jauh lebih praktis ketimbang membeli suku cadang yang berbeda untuk masing masing pesawat. Sebelumnya Indonesia telah memiliki skuadron Su-27 dan Su-30.Bukan hanya dari suku cadang, dari segi persenjataan, Su-35 dapat menenteng persenjataan yang sama milik Su-27.
Indonesia pun berencana melakukan ‘beli-putus’ dengan pihak Rusia, dalam kata lain Rusia tidak akan ambil pusing nantinya bagaimana Indonesia akan menggunakan jet-jet tempurnya. Hal ini tentunya menghilangkan keresahan akan adanya embargo militer seperti yang di lakukan Amerika kepada Indonesia pada tahun 1999 dulu. Kala itu Amerika melakukan embargo militer kepada Indonesia karena dianggap melakukan pelanggaran HAM di Tim-Tim. Hal ini menyebabkan banyaknya alutsista penting seperti F-15, F-6, C-130 serta pesawat Hawk mengalami penurunan tempur hingga lebih dari 50%.
Itulah beberapa keunggulan dari pesawat tempur terbaru bikinan Rusia ini. Sikap Australia yang mendatangkan F-35 juga menjadi alasan bahwa Indonesia wajib dan perlu untuk mendatangkan pesawat tempur dengan kemampuan tinggi sebagai deterrent. Masalah pembelian Su-35 akan dibahas dan kemungkinan direalisasikan pada akhir bulan November ini. Di Indonesia, Su-35 akan menggantikan posisi F-5 Tiger yang umurnya sudah uzur dan akan di grounded.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…