Memiliki sosok pemimpin yang baik hati dan bisa dipercaya tentu merupakan impian setiap orang. Tapi terkadang, tidak banyak orang yang benar-benar bisa total memperhatikan kepentingan masyarakat banyak. Bahkan ada juga pemimpin yang justru memanfaatkan jabatan mereka untuk kepentingan sendiri.
Namun, di belahan dunia lain, ada sosok pemimpin yang begitu dikagumi. Mungkin Indonesia membutuhkan pemimpin seperti pria yang satu ini.
Jose Mujica adalah sosok presiden Uruguay yang sederhana dan menolak segala macam kemewahan dan keistimewaan sebagai seorang presiden. Ia menolak untuk tinggal di istana presiden atau juga untuk barisan pengawal motor. Ia hanya tinggal di sebuah rumah dengan satu kamar di lahan pertanian istrinya.
Kesehariannya, ia selalu tampil dengan pakaian kasual dan tidak pernah terlihat memakai pakaian yang mentereng. Sama sekali tidak tampak bahwa Jose Mujica adalah seorang pria nomor satu di Uruguay.
Mujica terkenal sebagai seorang presiden paling dermawan di dunia. Bagaimana tidak, ia mendonasikan lebih dari 90 persen gajinya untuk mereka yang lebih membutuhkan. Akhirnya, ia sendiri hanya menerima 775 dollar sebulan, angka yang penghasilan yang sama bagi rata-rata masyarakat di Uruguay. Dengan gaji yang sangat jauh berbeda dengan presiden pada umumnya, ia sering disebut sebagai presiden termiskin di dunia.
Meski begitu, Mujica mengatakan bahwa dirinya tidak miskin karena. Baginya, miskin adalah mereka yang bekerja hanya untuk memenuhi gaya hidup yang mahal dan terus meminta lebih dan lebih. Sementara itu, Mujica mengatakan bahwa dirinya hidup dalam kesederhanaan, bukan kemiskinan, karena hanya sedikit sekali yang ia butuhkan untuk bisa bertahan hidup.
“Aku punya cara hidup yang tidak aku ubah hanya karena aku seorang presiden. Aku mendapatkan lebih dari yang aku punya, bahkan jika itu tidak cukup bagi orang lain. Bagiku, ini bukan pengorbanan, tapi sebuah kewajiban,” ujar Jose Mujica.
Kebanyakan presiden biasanya berkendara dengan mobil mewah dan memiliki sopir pribadi. Tapi pria ini justru lebih suka mengendarai mobil pribadinya yaitu Volswagen 1987. Ia bahkan pernah ditawari sebuah mobil seharga satu milyar dollar oleh seorang Sheikh Arab, namun ia tidak menerimanya.
Selain mengendarai sendiri mobilnya, ia juga tidak segan-segan memberikan tumpangan. Saat itu, Gerhald Acosta tengah berjalan di antara rumanya ke tempat kerja. Jose Mujica yang saat itu masih menjabat sebagai presiden kemudian berhenti dan memberinya tumpangan.
Kesewenang-wenangan saat menjadi seorang pejabat atau pemimpin adalah hal yang sering tampak terjadi. Seolah-olah menjadi seseorang yang berkuasa memberikan mereka kewenangan untuk memperlakukan orang lain dengan rendah dan harus memujanya. Sebaliknya, Mujica membenci ini semua.
“Begitu seorang politisi berhasil berada di atas, mereka tiba-tiba menjadi raja. Aku tidak tahu bagaimana kerjanya, tapi yang aku tahu adalah republik tercipta agar tidak ada satu orang yang lebih dari orang lainnya. Tiba-tiba kamu (politisi) membutuhkan istana, karpet merah, banyak orang mengikuti di belakangmu dan berkata ‘Ya, pak’. Menurutku semua itu sangat buruk,” ujar Jose Mujica.
Mujica adalah sosok yang berani melawan kesewenang-wenangan perusahaan besar. Bukti paling nyata adalah perjuangannya melawan perusahaan rokok raksasa milik Amerika, Philip Morris. Mujica yang juga seorang mantan perokok berpendapat bahwa rokok adalah pembunuh dan perlu dikontrol. Mujica kemudian membuat peraturan ketat tentang merokok, salah satunya adalah dilarang merokok di ruangan tertutup di tempat umum serta diwajibkan memasang label peringatan termasuk gambar tentang bahaya merokok.
Uruguay adalah negara Amerika Latin pertama dan negara kelima di dunia yang memberlakukan larangan merokok di tempat umum. Philip Morris yang juga merupakan perusahaan rokok terbesar di Amerika Serikat memiliki pendapatan bisnis global yang sangat besar. Karena itulah perusahaan tersebut kemudian menuntut Uruguay sebesar 25 juta dollar karena peraturan baru tersebut menyulitkan mereka.
Mujica telah berhasil membuat ekonomi Uruguay menjadi lebih sehat. Sementara negara tetangganya seperti Argentina dan Brazil mengalami penurunan ekonomi, Uruguay justru menjadi saksi meningkatnya pendapatan dan sejarah mencatat tingkat pengangguran yang rendah. Ia fokus pada pemerataan kekayaan negara, dan berhasil menurunkan tingkat kemiskinan dari 37% menjadi 11%.
Menurutnya, bisnis hanya menginginkan perusahaan mereka sendiri mendapatkan keuntungan, maka tugas pemerintahlah untuk memastikan perusahaan tersebut membagikan keuntungan yang cukup sehingga pekerja memiliki cukup uang untuk membeli barang yang mereka produksi. Dengan semakin sedikitnya kemiskinan, maka perdagangan juga semakin meningkat dan hal ini akan menguntungkan semua pihak.
Mungkin sudah seharusnya para politisi yang akan menjabat benar-benar memikirkan kepentingan masyarakat banyak dan bukan untuk tujuan memperkaya diri sendiri. Memimpin negara yang besar memang adalah tanggung jawab yang berat, tapi dengan ketulusan hati untuk menyejahterakan orang banyak, tentu tujuan tersebut bisa tercapai.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…