Bill Gates, mantan orang paling kaya di muka Bumi pernah mengatakan, “bukan salah kita kalau lahir dalam keadaan miskin. Tapi mati dalam keadaan miskin itu sepenuhnya kesalahan kita.” Quote ini mencerahkan banyak orang yang kemudian beranggapan jika kekayaan adalah yang sangat penting. Bahkan tanpa dimotivasi perkataan seperti itu, kita sudah paham betul akan urgensi untuk menjadi kaya.
Ya, menjadi kaya memang tak masalah, hanya saja ketika hal tersebut tidak dibarengi dengan yang namanya iman maka rusak sudah. Mengeruk harta hingga lupa kewajiban, begitu mementingkan mencari uang sampai lupa untuk beribadah dan lain sebagainya. Kaya tanpa keimanan hanya akan membentuk mindset kapitalis yang beranggapan harta berada di atas segalanya.
Harta sejatinya bukanlah seperti apa yang kita kira. Mungkin mereka adalah syarat kebahagiaan hidup, namun di sisi yang lain harta justru penghambat kita meraih kebahagiaan yang sebenarnya. Dalam Islam dijelaskan dengan sangat gamblang tentang bagaimana nilai sebuah harta. Beberapa hal berikut mungkin akan sedikit mengubah pandangan kita akan hal yang kita cari-cari seumur hidup tersebut.
Apa pun yang kita miliki sekarang, entah rumah, mobil, motor, investasi, smartphone, dan sebagainya, sejatinya semuanya milik Allah. Posisi kita adalah tukang sewa yang setiap saat harus rela ketika barang yang disewakan diambil paksa. Sayangnya, tidak banyak yang sadar akan hakikat harta yang sebenarnya seperti ini.
Dalam Surat Ali Imran 109 Allah berfirman, “Kepunyaan Allah-lah segala hal yang ada di langit dan di bumi, dan kepada Allahlah dikembalikan semua urusan.” Ayat ini sudah sangat jelas menyatakan jika harta yang kita miliki hanyalah titipan yang suatu saat akan dikembalikan kepada pemiliknya, yakni Allah SWT. Tidak kah kita merasa tertawa sendiri ketika begitu giat mengejar sesuatu yang bukan milik kita?
Setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dilakukannya semasa hidup. Termasuk harta, Allah akan meminta tanggung jawab kepada mereka para pemilik-pemilik harta. Bahkan tidak akan lepas satu sen pun yang akan Allah tanyakan nantinya.
Akan ada dua pertanyaan Allah nantinya kepada mereka para pemilik harta. Dari mana didapatkan, dan untuk apa. Bagi orang yang hidupnya hanya mencari-cari harta maka ini akan jadi saat penentuan. Apalagi harta yang dicarinya dengan cara tak halal, pastinya akan menambah timbangan dosa yang akan membuat seseorang dijebloskan ke neraka yang menyala-nyala.
Setiap orang bisa kaya, namun tak semua mau membelanjakan hartanya, maksudnya untuk untuk sedekah dan lain sebagainya. Realitanya, banyak sekali orang berharta tapi merasa enggan untuk berbagi karena rasa memiliki yang besar. Yang semacam ini yang akan dilaknat oleh Allah. Mereka lupa, bukankah harta itu bukan miliknya?
Setiap harta yang kita miliki ada hak orang miskin di sana. Ketika tidak dikeluarkan, maka ibaratnya kita memakan daging orang-orang miskin. Bahkan tak cuma itu, Allah benar-benar akan menghadirkan siksaan-siksaan bagi mereka yang bakhil alias tak mau memberikan sebagian hartanya. Tak hanya di dunia saja, lebih-lebih akhirat.
Andaikata kita punya harta Rp 1 miliar lalu bersedekah hari Jumat sebesar Rp 100 ribu. Manakah yang sejatinya milik kita? Bukan, bukan yang Rp 1 miliar itu namun justru yang Rp 100 ribu. Harta yang dinafkahkan justru adalah yang kita miliki pada hakikatnya. Bukan harta-harta yang kita tumpuk-tumpuk itu.
Jika ada orang kaya namun pelit, sejatinya mereka tidak memiliki apa pun. Tampilan hidup mewah yang ditunjukkannya hanya sebatas uang lelah dari Allah lantaran sifat Rahman dan Rakhim-nya. Maka jangan berbangga dengan kekayaan namun hanya bersedekah sedikit sekali. Pasalnya justru itulah harta milik kita yang sebenarnya.
Rasul diriwayatkan hidup sangat sederhana. Bahkan pernah beliau tidak makan dalam sehari dan saking laparnya sampai perut beliau diganjal dengan batu-batu. Ya, Rasul memilih untuk miskin lantaran takut akan ancaman Allah jika sewaktu-waktu lalai akan harta yang dititipkan. Padahal beliau Maksum yang artinya terjaga dari sesuatu yang munkar. Lalu bagaimana kita? Kenapa kita bisa merasa aman dengan harta yang dimiliki sedangkan Rasul yang maksum dari dosa justru takut?
Rasul bukannya miskin, beliau justru sangat kaya bahkan ketika masih muda sudah mampu memberikan mahar ribuan unta kepada istri beliau Khadijah. Namun, beliau tidak mau terlena dengan harta dan justru memberikan apa yang beliau miliki untuk perjuangan Islam. Hingga pada akhir hayatnya, Rasul pun tak memiliki apa pun.
Meskipun demikian, kita jangan pula berhenti bekerja untuk mencari harta karena berbagai hal. Harta tetap penting, namun kita harus sadar bagaimana kedudukannya. Harta bisa jadi bumerang jika kita meletakkannya di tempat yang salah, namun bisa jadi penyelamat kita nanti ketika bisa dimanfaatkan dengan baik.
Satu hal lagi, orang-orang kaya yang kita lihat sekarang, mereka sejatinya tidak memiliki kekayaan itu. Justru apa yang mereka keluarkanlah yang menjadi harta aslinya. Jadi, tak perlu merasa iri ketika melihat orang kaya yang pelit. Justru bersyukurlah ketika kita yang biasa-biasa saja bisa bersedekah. Dan di mata Allah kitalah yang lebih beruntung.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…