Melihat kembali Islam di masa lalu memang sangat membanggakan. Dulu agama ini begitu berjaya di seantero Bumi. Bahkan pengaruhnya menyebar sampai Eropa hingga Amerika. Tak cuma soal wilayah, Islam juga jadi pusat peradaban di masa kejayaannya. Banyak sekali ilmuwan Muslim yang namanya tersohor di berbagai bidang keilmuwan. Mulai dari Ibnu Sina yang bukunya dijadikan rujukan kedokteran selama beberapa abad, Sampai Al Khawarizmi yang temuannya jadi standar ilmu matematika hingga kini.
Pernah begitu membanggakan, begitu penuh kejayaan, kini Islam seperti berada di masa terburuknya. Mulai yang dianggap ajaran teroris sampai banyak yang menghinanya seperti Charlie Hebdo serta kasus-kasus serupa lainnya. Belum lagi kasus pertikaian di Timur Tengah sampai Israel yang tak henti-hentinya berbuat zalim kepada saudara Palestina kita, kian membuat agama ini terpuruk.
Rindu masa dimana Islam kembali berjaya, tidak lagi dipandang sebelah mata, dan jadi rujukan keilmuwan dunia. Hal seperti ini pun sangat mustahil jika kita masih saja seperti ini. Namun bisa saja kita membalikkan Islam ke zaman kejayaannya seperti dulu. Namun untuk itu, 4 hal ini harus bisa kita lakukan.
Ada sebuah ungkapan yang mengatakan “musuh Islam akan ketar-ketir ketika Muslimin memenuhi masjid-masjid mereka ketika sholat fardhu seperti sholat Jumat.” Karena yang terjadi tidaklah demikian, maka kita pun tetap tidak jumawa. Sebenarnya ungkapan tersebut tidak hanya diartikan mentah-mentah saja. Namun ada makna yang sangat dalam di baliknya.
Memenuhi masjid seperti sholat jumat, berarti umat sudah mengerti akan begitu fundamentalnya sholat yang bisa diartikan sebagai kewajiban. Sholat sendiri memang wajib dilakukan di masjid secara berjamaah kecuali bagi para wanitanya yang hanya disunnahkan. Berjamaah berbondong-bondong mendirikan kewajiban akan berimbas kepada kuatnya persatuan antar Muslim. Ketika hati sudah menyatu, halangan apa pun akan diterjang. Hal inilah yang ditakutkan pihak pembenci Islam. Sayangnya, kenyataannya memang masih hanya sholat jumat saja masjid ramai.
Zaman Muslim dulu, mereka benar-benar total di dalam Islam. Alhasil agama ini pun bertumbuh menjadi sebesar sekarang. Totalitas mereka tak hanya tentang menegakkan syariah saja, tapi juga tentang perilaku kewajiban dan kebaikan yang selalu dilakukan. Termasuk salah satunya adalah melakukan zakat dan sedekah. Dulu, umat Muslim sadar diri untuk selalu membantu yang miskin. Alhasil, taraf hidup masyarakat Islam dulu tinggi.
Sekarang, silakan hitung umat Muslim yang sangat miskin bahkan makan saja tidak sanggup. Sangat banyak, apalagi di negara-negara yang krisis konflik dan juga tinggal di daerah yang tak kondusif. Sekarang kita tengok umat Muslim yang kaya. Jumlahnya ternyata juga sangat banyak. Ketika si kaya ini peduli dengan memberikan zakatnya, lalu juga mau menyedekahkan sebagian hartanya untuk yang lain, mungkin tidak seorang Muslim pun yang terlantar hidupnya. Tidak ada lagi yang miskin, Muslim pun akan jauh lebih kuat.
Suatu ketika seorang tamu datang ke Madinah untuk mencari Khalifah Umar Bin Khattab. Setibanya di sudut kota, si tamu ini pun bertanya kepada seorang pria paruh baya yang tengah berbaring di sebuah pelepah kurma. “Bisa tunjukkan saya di mana istana Khalifah? Saya ingin bertemu beliau.” Pria paruh baya itu pun menjabat tangan sang tamu dan berkata, “Saya Khalifah Umar.” Hal ini pun membuat sang tamu kaget bukan kepalang.
Beginilah potret pemimpin yang seharusnya. Benar-benar sederhana sampai dalam tindak tanduknya sehari-hari. Ketika menjadi Khalifah, Umar Bin Khattab juga sangat bertanggung jawab. Bahkan ketika ada seorang rakyatnya yang kelaparan, ia sendiri yang memanggul karung gandumnya. Dengan pemimpin seperti ini, Islam benar-benar meraih kejayaannya kala itu. Ingin Islam kembali seperti dulu, syarat ini juga harus dipenuhi.
Islam terpecah menjadi golongan sebenarnya bukan hal yang terlalu mengejutkan. Pasalnya Nabi sendiri pernah bersabda jika di akhir zaman nanti agama ini akan terpecah menjadi banyak golongan. Hanya satu yang pada akhirnya akan mendapatkan rahmat Allah. Mereka adalah yang berpegang teguh kepada Al Qur’an dan Sunnah. Hari ini, apa yang disabdakan Nabi mulai terjadi.
Mulai muncul golongan-golongan dalam tubuh Islam sendiri. Bahkan tak cuma itu, kadang pula saling mengkafirkan satu sama lain sedangkan kesesatannya sendiri tidak digubrisnya. Dengan pecahnya Islam menjadi golongan seperti ini, tentu saja akan membuat umat bingung harus masuk kepada golongan yang mana. Belum lagi propaganda-propaganda yang dilakukan pihak pembenci Islam juga turut memecah agama ini.
Masalah khilafiyah seperti memakai qunut ketika sholat subuh atau tidak, bukanlah menjadi hal yang harus diperdebatkan sampai akhirnya pecah golongan. Tiap orang punya mazhabnya masing-masing dan harus dihormati. Berbeda halnya jika masalahnya adalah fundamental. Sebenarnya Nabi sendiri sudah memberikan kita pegangan yakni Al Qur’an dan Sunnah, maka ini yang kita ikuti sampai ajal menjemput.
Jika semua ini bisa dilakukan, maka sekali lagi kejayaan Islam akan bisa terulang. Sayangnya, kita terlalu berat melangkahkan kaki ke masjid untuk sholat berjamaah, tidak paham akan arti berbagi, sampai tidak berani memilih pemimpin yang bisa diikuti. Kalau terus seperti ini, maka jangan bermimpi agama Islam bisa kembali berjaya. Pada intinya semua kembali kepada kita sendiri bagaimana membawa dan menjalankan agama ini dengan baik.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…