Sepak bola Indonesia kembali menorehkan tinta hitam. Bukan, ini bukan soal bobroknya prestasi timnas di level internasional. Ini tentang peristiwa tragis menyoal ulah oknum suporter klub lokal yang sepertinya gemar menghabisi nyawa manusia.
Teranyar, sepak bola kita kembali berkabung. Seorang Bobotoh bernama Rico Andrean Maulana, tewas usai dikeroyok oleh oknum suporter. Nahasnya, Rico meregang nyawa usai dihahar beramai-ramai oleh Bobotoh Viking alias sesama pendukung Persib akibat suatu kesalahpahaman yang kecil.
Menurut catatan Save Our Soccer (SOS), kematian Ricko resmi memperpanjang deretan tumbal kerasnya sepak bola di negara kita yang kini angkanya menggelembung menjadi 56 korban jiwa sejak tahun 1995. Angka yang tentunya tak patut kita banggakan.
Sedikit kilas balik, termasuk Ricko, di bawah ini ada lima saudara kita yang meninggal akibat fanatisme buta atau kecintaan pada klub sepak bola yang terlalu berlebihan. Dan semoga ini dapat menjadi tamparan keras bagi kita semua untuk saling berbenah diri demi sepak bola Indonesia yang lebih baik.
Insiden ini terjadi pada tahun 2012. Kala itu Persija menjamu Persib di stadion Gelora Bung Karno. Dalam sebuah pertandingan yang berujung petaka tersebut, ada beberapa korban luka parah serta dua orang meninggal akibat keganasan ulah oknum suporter The Jak. Dan salah satu dari korban meninggal tersebut adalah Rangga Cipta Nugraha.
Pemuda berusia 22 tahun ini menyempatkan diri dari pekerjaannya di sebuah perusahaan ekspedisi untuk menyaksikan tim kesayangannya berlaga. Menurut keterangan yang beredar, tepat ketika Maman Abdurahman mencetak gol penyama kedudukan bagi Persib, ia merayakannya secara girang. Sayangnya, luapan kegembiraan tersebut dilakukan di tempat yang salah, yakni di tengah kerumunan suporter The Jak Mania.
Begitu pertandingan usai, beberapa oknum yang tak suka dengan sikap Rangga, kemudian menyeretnya ke luar stadion. Hal yang terjadi selanjutnya adalah, ia dikeroyok secara membabi buta hingga menyebabkan luka yang mengenaskan. Kepala korban pecah, luka sayatan memenuhi wajahnya, dan darah segar bercucuran dari mulut serta telinganya. Dengan luka separah itu, perawatan intensif yang diperoleh di UGD Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, tak mampu mencegahnya untuk mengembuskan nafas terakhirnya.
Warga asal Desa Pandesari, Kabupaten Malang ini tewas setelah bus yang ia tumpangi bersama suporternya, Aremania, diadang dan dilempari batu oleh oknum Bondo Nekat atau Bonek, ketika melintasi daerah Sragen, pada hari Sabtu tanggal 19 Desember 2015. Rombongan suporter ini tadinya berniat menyaksikan tim kesebelasan jagoan mereka bertanding melawan Surabaya United dalam laga Piala Jenderal Sudirman di Stadion Maguwoharjo, Sleman.
Sudiono, saksi mata sekaligus sopir bus tersebut, bahkan nyaris tak kuasa mengingat betapa brutalnya kejadian yang menimpa rombongan mereka hingga menewaskan Eko. Gerombolan Bonek ini menyerang bus dengan melempari batu hingga kaca pecah berhamburan. Eko, yang kebetulan berada di sebelah sopir, kemudian diseret keluar setelah pintu bus berhasil didobrak.
Rombongan Bonek yang kabarnya berjumlah hampir sebanyak empat truk ini bahkan sampai berniat menggulingkan bus, namun gagal. Barulah ulah oknum biadab ini berhenti usai rombongan Aremania lain datang. Sedangkan Eko? Ia sudah tergeletak tak bernyawa di luar bus dengan kondisi yang sangat mengenaskan, dengan bagian kepala dan dada remuk yang diduga akibat hantaman batu besar.
Azis (12), pendukung Pelita Jaya Karawang, tewas dengan cara yang tak kalah memprihatinkan. Bocah yang masih duduk di bangku SMP ini dianiaya dan dikeroyok oleh sekelompok oknum yang mengaku bahwa mereka adalah suporter Persib Bandung, Viking.
Menurut penuturan saksi, korban bersama rombongan temannya dikeroyok dalam perjalanan pulang sehabis menyaksikan pertandingan yang mempertemukan antara tim kesayangannya, Pelita Jaya, versus Arema Malang di stadion Singa Perbangsa, Karawang. Entah apa yang merasuki para oknum bobotoh ini untuk berbuat sadis, padahal bukan tim mereka yang bertanding.
Luka bacokan dari sebilah samurai yang tepat mengenai kepala bagian depannya membuat Azis harus berpulang di usia yang masih sangat muda.
Pertandingan antara Persija Jakarta melawan Persela Lamongan yang digelar pada Minggu pagi tanggal 15 Mei 2016, memakan korban jiwa. Korban bernama lengkap Muhammad Fahreza yang diketahui merupakan suporter Persija. Usianya juga masih sangat muda, 16 tahun.
Menurut kakak pertama almarhum, Sholeh, ia tewas usai dipukuli oleh oknum petugas aparat. Fahreza, datang menonton bersama kakaknya, Yatna. Kejadian ini bermula ketika Yatna dan Fahreza, terpisah di tengah keriuhan massa. Barulah setelah dua jam lewat, atau setelah Yatna mencari-cari keberadaan adiknya, ia menemukannya. Saat itu Fahreza sudah terluka cukup parah di hampir semua anggota tubuhnya, terutama bagian kepala dan sedang mendapat perawatan seadanya dari The Jack Mania regional Bekasi.
Korban yang tadinya sempat dibawa pulang ke rumah, kemudian dilarikan ke rumah sakit akibat terus-menerus muntah dan menunjukkan kondisi yang semakin parah. Ada luka pukulan dan sayatan benda tajam. Setelah dirujuk ke beberapa rumah sakit, Fahreza akhirnya meninggal di rumah sakit Marinir Cilandak.
Pertandingan “El-Clasico” Indonesia kembali memakan korban. Peristiwa ini terjadi pada turun minum babak pertama antara Persib menjamu Persija di stadion Gelora Bandung Lautan Api. Saat itu terjadi sebuah keributan di tribun atas. Ricko Andrean Maulana (21), yang berniat mencari makanan bersama teman-temannya, lantas memisahkan diri untuk mencari tahu apa yang terjadi. Ternyata, saat itu ada seorang pendukung Persija yang sedang dikeroyok massal.
Melihat kejadian memalukan ini, Ricko lantas berusaha menolong korban. Karena saat itu Ricko tak mengenakan atribut Persib, entah itu syal atau jersey, tak butuh waktu lama bagi oknum bobotoh untuk menyimpulkan bahwa Ricko adalah bagian dari The Jack. Sasaran amuk mereka lalu beralih kepada Ricko.
Pengeroyokan terhadap Ricko baru berhenti ketika teman-temannya datang dan memberitahukan bahwa Ricko adalah anggota Viking. Kedua korban yang sudah terluka parah tersebut lantas segera dilarikan ke rumah sakit. Tapi, ah, mungkin fanatisme sudah membutakan mereka. Para oknum ini masih saja berusaha mendaratkan pukulan ketika Ricko akan dimasukkan ke mobil ambulans. Setelah mendapat perawatan intensif selama beberapa hari, nyawa Ricko tak dapat tertolong.
Akankah kita belajar, benar-benar belajar dari semua peristiwa yang memilukan ini? Atau akankah setiap kejadian mengerikan seperti ini hanya berujung pada pernyataan resmi klub, negara, hingga semua suporter, yang “prihatin, menyayangkan kejadian, dan berharap bahwa ini adalah insiden yang terakhir”, dan lantas setelah itu diperbarui oleh ulah fanatisme berlebihan yang biadab lainnya? Untuk hal itu, kita hanya bisa mendoakan yang terbaik dan saling mengevaluasi diri.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…