Hampir setiap orang di dunia mengetahui kekejaman Hitler dengan partai Nazi yang ia pimpin. Kekejamannya membuat banyak orang bergidik ngeri sehingga diharapkan sosok seperti ini tidak akan muncul kembali di dunia.
Meski begitu masih ada beberapa orang yang memiliki ideologi yang mirip dengan Hitler. Entah apakah Donald Trump juga termasuk seseorang yang terinspirasi oleh Hitler atau tidak, namun dalam beberapa hal ia memiliki kemiripan dengan sang diktator.
Jika Hitler menyalahkan dan membuat para warga Yahudi sebagai target, maka sasaran Donald Trump adalah para Imigran Meksiko. Hitler pernah mengungkapkan bahwa bangsa Yahudi adalah sumber dari berbagai masalah yang terjadi di Jerman.
Donald Trump menganggap bahwa para imigran Meksiko yang datang ke Amerika Serikat sebagai pengedar narkoba, penjahat, pemerkosa, dan menyebarkan penyakit. Ia juga menganggap bahwa semua masalah yang terjadi di Amerika Serikat mulai dari angka kejahatan hingga banyaknya pengangguran adalah akibat dari para imigran Meksiko yang datang ke Amerika.
Partai Nazi yang dipimpin Adolf Hitler secara garis besar memang mengatakan bahwa bangsa Yahudi harus dikeluarkan dari Jerman karena dianggap menghabiskan sumber daya atau kekayaan yang seharusnya bisa membuat kehidupan masyarakat Jerman jadi lebih baik. Saat itu, kehidupan di Jerman memang sedang sangat sulit sehingga masyarakat akhirnya setuju untuk ikut serta menyalahkan Yahudi dan berharap keadaan jadi lebih baik bagi mereka.
Donald Trump berpendapat bahwa masyarakat Meksiko dan orang latin lainnya sebagai sumber semua masalah yang ada di Amerika Serikat. Pidatonya ini ia arahkan pada orang-orang berkulit hitam Amerika dengan mengatakan bahwa masalah yang ditimbulkan imigran Meksiko ini berpengaruh pada mereka yang kesulitan mencari pekerjaan. Terkadang ia juga menyinggung bahwa korban terbesar akibat orang Meksiko ini adalah orang-orang kulit hitam dan Hispanic di komunitas miskin.
Setelah penyerangan yang terjadi di Paris, Donald Trump dengan serta merta langsung menyalahkan umat Muslim dan berusaha menghentikan para imigran muslim yang masuk ke Amerika. Dalam sebuah interview, Donald Trump bahkan menyebutkan bahwa ia akan memerintahkan pengawasan ketat bagi populasi Muslim di Amerika seandainya ia terpilih menjadi presiden.
Ia juga menyebutkan pentingnya manajemen selain database untuk mendata dan mengawasi Muslim di Amerika Serikat. Hal ini tentu tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan Hitler sebelumnya terhadap bangsa Yahudi. Sama seperti Nazi memanfaatkan kebakaran di Reichstag untuk mengambinghitamkan musuhnya, Trump memanfaatkan penyerangan di Paris untuk mengambinghitamkan Muslim dan pengungsi.
Di awal Holocaust, Nazi menggunakan pin Bintang David untuk menandai Yahudi. Hal ini dengan segera berubah menjadi merendahkan dan memandang mereka lebih rendah dari mayoritas. Trump memulai kampanyenya dengan menyalahkan imigran Meksiko, membuat sistem keamanan sosial terhadap semua umat Muslim dan mendiskusikan kemungkinan menutup masjid.
Dalam interview tahun 1990, Ivana Trump yang merupakan Mantan istri Donald Trump mengatakan bahwa suaminya menyimpan buku yang berisi pidato-pidato Hitler di samping tempat tidurnya. Trump sendiri juga mengakui hal tersebut.
Tentu saja ini merupakan hal yang patut diwaspadai karena ternyata kampanye-kampanye Trump juga bernada sama seperti apa yang dilakukan Hitler. Dan kali ini, ia begitu bersikeras untuk mengumpulkan setiap imigran Meksiko di Amerika dan mengambil tindakan terhadap mereka. Semoga saja bukan hal yang berlawanan dengan hak asasi manusia.
Hitler tidak akan pernah bisa mendapatkan kekuasaan tanpa pendukung fanatiknya. Kelompok Nazi yang berada di jalanan melakukan intimidasi dan kekerasan membuat posisi Hitler semakin kuat. Donald Trump rupanya juga sama, ia memiliki pendukung fanatik yang bahkan rela menyerang orang lain.
Seorang pria di Boston dengan brutal menyerang seorang pria Hispanik dengan alasan bahwa apa yang dikatakan Donald Trump itu benar bahwa setiap orang ilegal harus dideportasi. Tentu saja kefanatikan yang mengarah pada kekerasan seperti ini patut diwaspadai. Yang lebih menghebohkan, dalam sebuah pidato kampanye, pendukungnya meneriakkan “White Power!”.
Nasionalisme kekerasan yang dilakukan dengan menganiaya orang dari etnis lain, adalah klasik ala Hitler. Beberapa orang tentu merasa khawatir dengan arah kampanye yang dilakukan oleh Donald Trump, namun tidak sedikit juga yang mendukungnya. Nasionalisme sebenarnya adalah hal yang sangat baik karena setiap warga negara tentu ingin yang terbaik untuk negaranya. Namun seharusnya tidak dengan menjatuhkan atau apalagi menyudutkan etnis-etnis tertentu.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…