Tugas pilot yang kita tahu selama ini hanyalah menerbangkan pesawat dengan selamat menuju destinasi. Tapi sebenarnya, menerbangkan kapal terbang tidak semudah yang kita bayangkan Sahabat Boombastis. Butuh konsentrasi besar karena harus memperhitungkan ketinggian terbang, menghadapi cuaca yang bisa berubah kapan saja dan lain sebagainya.
Para pilot memang sudah dilatih dari awal untuk menghadapi itu semua. Sehingga, mereka tidak akan pernah takut jika ada peristiwa yang tak diinginkan tiba-tiba terjadi. Tapi, ada satu hal yang ternyata mampu membuat nyali mereka ciut dan ingin berbalik arah saja. Uniknya lagi, ini hanya terjadi ketika pesawat melewati langit Indonesia. Hayo, apa hal yang paling ditakuti oleh para pilot?
Ternyata, para pilot di seluruh dunia sangat takut dengan musik kesayangan Indonesia yakni dangdut. Yap, musik yang hanya dimiliki oleh negara kita ini sangat ditakuti oleh para pilot karena mereka kerap menangkap frekuensi radio dari lagu dangdut tersebut Sahabat Boombastis. Bahkan, ini cukup sering karena para nelayan memutar radio lagu dangdut ketika sedang mencari ikan di tengah laut. Kemudian ada juga komunitas-komunitas ilegal yang turut memutar radio dangdut setiap harinya. Jadi para pilot mengeluh karena ini cukup mengganggu frekuensi penerbangan.
Dikutip dari laman Tribun Travel, kalau saluran dangdut ini kerap masuk ke saluran komunikasi pilot di kala pesawat sedang terbang rendah. Lalu, ketika hendak mendarat pun, frekuensi dari musik lokal ini malah semakin terdengar. Sehingga bisa dikatakan, kalau saluran radio dari musik dangdut ini cukup membuat berisik bagi para pilot. Dikhawatirkan, hal ini bisa merusak komunikasi para pilot dengan petugas yang ada di bandara.
Daerah yang paling banyak dikeluhkan oleh para pilot adalah sekitar Banyuwangi, tepatnya di Bandara Blimbingsari. Dilansir dari kompas.com, kalau di sana terdapat enam radio komunitas ilegal di sekitar bandara Blimbingsari yang mengganggu aktivitas penerbangan. Maka dari itu, Wakil Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kominfo, Sadjan angkat bicara. Menurutnya, ini bisa membahayakan keselamatan penerbangan. Selain itu, masalah tersebut harus segera diselesaikan karena dirinya sudah mendapat komplain dari maskapai asing juga.
Kini, Sadjan telah mengambil langkah untuk mengatasi gangguan frekuensi ini Sahabat Boombastis. Ia bersama Kementerian Perikanan dan Kelautan ingin memberikan pemahaman kepada nelayan supaya radionya tersertifikasi dan terstandarisasi supaya penggunaan izin frekuensinya jelas. Lalu, Kepala Subdirektorat Monitoring dan Penertiban Pos dan Informatika, Irawati Tjipto Priyanti juga tak tinggal diam. Di acara Cerdas Memanfaatkan Frekuensi, ia mengutarakan jika ini bisa terjadi lantaran jammer dan repeater (penguat sinyal) yang dijual bebas. Sehingga orang awam pun bisa membelinya tanpa tahu dampaknya seperti apa. Oleh karena itu, Irawati akan menindaklanjuti masalah jual beli kedua alat yang sebenarnya tidak boleh diperdagangkan dengan bebas tersebut.
Jadi, bukan dangdutlah yang jadi penyebab utama pengganggu penerbangan. Namun, frekuensi radionya yang bisa masuk ke saluran komunikasi dan mengganggu konsentrasi dari para pilot. Sehingga, bagi kalian yang menggunakan jammer dan repeater guna kepentingan pribadi, lebih baik untuk tidak memakainya kembali. Jika ingin menggunakannya, harus izin kepada pihak bersangkutan agar sinyalnya tidak mengganggu penerbangan.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…