Melihat PUBG yang merupakan salah satu inspirasi tersangka penembakan di New Zealand, membuat pihak Majelis Ulama Indonesia (MUI) mulai mempertimbangkan apakah game tersebut pantas atau tidak untuk diharamkan. Jika jadi diharamkan di Indonesia, maka PUBG akan segera diblokir dan para pecinta game tidak akan bisa lagi menyalurkan hobinya.
Tapi, kalau dipikir-pikir, pemblokiran sebenarnya tak perlu untuk dilakukan. Ada beragam langkah yang bisa dilakukan Indonesia supaya game tetap bisa dimainkan.
Salah satu hal yang bisa dilakukan oleh Indonesia adalah memberi batasan waktu kepada pemain PUBG. Namun ini bukan dilakukan oleh orangtua atau guru ya. Melainkan pada aplikasi PUBG itu sendiri. Jadi, ketika orang tersebut sudah memainkan game PUBG lebih dari waktu yang ditentukan, maka akan muncul peringatan dari aplikasi. Sehingga orang itu baru bisa melanjutkan bermain di hari berikutnya.
Hal tersebut sudah diuji coba oleh Tencent, selaku pengembang dan pemilik PUBG di India. Sejak tanggal 21 Maret kemarin, Tencent sudah mencobanya di semua akun pemain PUBG di seluruh India. Dari sini, Tencent berharap bahwa PUBG tetap bisa dimainkan secara sehat dan bertanggungjawab.
Untuk lebih amannya, alangkah lebih baik Indonesia membatasi usia dari pemain PUBG. Bisa minimal 17 tahun atau kurang dari itu. Ini dilakukan supaya anak-anak di bawah umur tidak terlalu kecanduan game. Lalu untuk menghindari anak-anak yang mudah sekali mengikuti gerak gerik dari karakter game.
Nah, untuk batasan usia, kini PUBG sudah mencoba di Negara China. Malah, di Negara Tirai Bambu tersebut, batasan usianya ditambahkan dengan fitur kunci digital. Di mana hanya orangtua dan wali yang bisa membuka kunci game digital tersebut. Menariknya, meskipun sudah dibuka, anak-anak di bawah umur hanya bisa mengakses PUBG selama satu jam setiap harinya. Jadi, aman terkendali deh.
Tidak hanya orangtua, sekolah sebenarnya juga ikut berperan penting supaya anak-anak dan remaja tidak kecanduan PUBG. Cara yang bisa dilakukan adalah dengan melarang mereka bermain PUBG selama berada di lingkungan sekolah. Agak sulit memang untuk mengawasi anak didik seperti ini. Tapi, enggak ada salahnya kok untuk dicoba.
Jadi, para murid dilarang mengakses PUBG selama mereka berada di sekolah. Baik sejak jam masuk hingga pulang sekolah. Dengan begitu, pastinya para siswa akan terbiasa nih untuk tidak bermain game setiap harinya. Mungkin di rumah mereka akan mengaksesnya lagi. Namun, dengan cara ini, secara tidak langsung melatih mereka untuk tidak terpaku pada game setiap waktunya.
Selain pelarangan di setiap sekolah, perlu ada sosialisasi juga terkait hal ini. Sosialisasi ini bisa dilakukan oleh pihak sekolah sendiri, mahasiswa atau kepolisian. Dengan metode ini, dimungkinkan para murid bisa mengerti efek dari bermain game yang terlalu berlebihan.
Eits tapi materinya jangan langsung menjurus ke PUBG. Alangkah lebih baik kalau membahas tentang game secara keseluruhan. Jadikan PUBG sebagai salah satu contoh untuk game yang mereka akses setiap hari.
BACA JUGA : Banyak Korban Berjatuhan, 4 Negara Ini Membenci Kehadiran PUBG Mobile
Seperti itulah yang bisa dilakukan negara untuk menyelamatkan generasi bangsa. Sehingga, PUBG tak perlu diblokir atau dihilangkan secara paksa dari Indonesia. Jadi, apa Sahabat Boombastis setuju dengan metode di atas?
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…