Drama warga miskin dan layanan kesehatan sejak dulu memang tak pernah berakhir. Mungkin kita kerap melihat kasus di mana keluarga pengguna BPJS ditolak oleh pihak rumah sakit, tentu saja hal itu membuat siapapun merasa miris. Seolah-olah hanya orang berduit yang diperbolehkan untuk sakit. Padahal, sejatinya semua manusia sama, dan sakit itu bisa menimpa siapa saja.
Bukan hanya soal ditolak, banyak juga kasus masyarakat miskin yang harus membawa jenazah tanpa ambulans. Dan tiap kasusnya, kerap kali jadi viral dan banyak diperbincangkan. Tak sedikit pula kasus yang sampai heboh di dunia maya. Di antara banyaknya kasus jenazah yang pulang tanpa ambulans, berikut ini adalah beberapa kasus yang sempat viral di media sosial.
Sepanjang perjalanan angkot Rajabasa – Tanjungkarang, Delvi tak mampu menyembunyikan kesedihan mereka. Hal itu karena Berlin Istana, bayinya yang baru berusia satu bulan telah pergi untuk selamanya. Sebelumnya, Berlin sempat dirawat di Rumah Sakit Umum Abdul Moeloek (RSUAM). Berlin memang memiliki kelainan sejak dilahirkan, bayi tersebut memiliki benjolan di kepalanya hingga harus dilakukan tindakan operasi. Namun sayang, setelah dioperasi nyawa Berlin juga tidak bisa diselamatkan. Rasa sakit kehilangan bayinya meningkat berkali-kali lipat karena pihak rumah sakit menolak mengantar jenazahnya ke rumah. Pasalnya, Delvi merupakan peserta BPJS yang tidak mendapatkan fasilitas tersebut.
Pihak rumah sakit menarik 2 juta jika ingin jenazah anaknya diantar. Karena tak memiliki dana seperti yang disebutkan, pasutri tersebut memilih membawa bayi mereka dengan menggunakan angkutan umum. Namun, menurut keterangan RS, pihak mereka sejatinya tidak pernah menarik biaya untuk fasilitas ambulans. Karena beritanya kadung menyebar, mereka juga akan melakukan investigasi pada bagian administrasi dan juga melakukan klarifikasi.
Adalah Aspin Ekwandi, warga Desa Sinar Bulan, Kecamatan Lungkang Kule, Kabupaten Kaur, Bengkulu yang mengalami nasib tak kalah malang. Pasalnya, ia terpaksa menyembunyikan jasad bayinya ke dalam tas dan membawanya pulang karena tak mampu membayar ambulanssebesar Rp. 3,2 juta. Hal itu berawal dari sang istri yang mengalami kelainan paru dan jantung saat mengandung anak keempatnya. Wanita tersebut akhirnya diharuskan melakukan operasi caesar.
Namun ketika lahir, bayinya hanya bertahan satu hari saja. Saat Aspin mencoba menawar harga ambulans, dengan tegas pihak rumah sakit mengatakan jika harga tersebut tidak bisa kurang. Aspin akhirnya memasukkan jenasah bayinya ke dalam tas, karena khawatir jika supir angkot anak menolak penumpang yang membawa mayat. Di angkot, Aspin terus memeluk tas pakaian yang berisikan bayinya yang tak bernyawa.
Tahun 2015 lalu, netizen Indonesia juga sempat dibuat geger dengan foto-foto jenazah yang dibawa pulang menggunakan mobil pengangkut ikan. Diketahui jika jenazah tersebut adalah Denggang, warga desa Labuaja, kecamatan Cenrana kabupaten Maros, Sulsel. Denggang hanya menjalani perawatan selama beberapa jam saja di puskesmas tersebut, karena nyawanya tak dapat diselamatkan. Namun sayangnya, pihak puskesmas enggan meminjamkan ambulans dengan alasan kendaraan tersebut bukan untuk mengangkut mayat.
Pihak puskesmas akhirnya meminta keluarga agar mencari mobil untuk mengangkut Danggang. Akhirnya, keluarga pun terpaksa membawa jenazah tersebut dengan menggunakan mobil pengangkut ikan. Warganet yang menyaksikan foto miris tersebut di dunia maya juga dibuat geram, juga menyayangkan sikap pihak pusksesmas yang tak peka dengan keadaan keluarga korban.
Mappi, adalah warga Desa Bongoro, Kelurahan Laikang, Kecamatan Kajang Bulukumba Sulawesi Selatan yang beberapa saat lalu banyak diperbincangkan masyarakat di seluruh Indonesia. Bagaimana tidak? Foto jenazah Mappi yang ditandu dengan sarung tersebut viral dan menyebar ke pelbagai sosial media. Menurut puskesmas di mana Mappi sebelumnya dirawat, ambulans bukan untuk mengantar jenazah, melainkan orang sakit.
Oleh sebab itu, Mappi terpaksa ditandu dari puskesmas ke rumah oleh kerabatnya dengan jarak 5 km. Hebohnya kasus tersebut tak hanya membuat netizen miris, namun bupati setempat juga langsung memerintahkan agar kepala puskesmas Kajang dicopot jabatannya. Hal itu ia lakukan agar kepala layanan masyarakat tak lagi melakukan kesalahan, terlebih bagi warga yang telah berduka.
Drama jenazah tanpa ambulans memang kerap terjadi sejak dulu. Di tahun 2016 lalu, ada juga keluarga miskin yang terpaksa membawa pulang jenazah bayi yang baru dilahirkan menggunakan motor. Keputusan itu diambil karena pihak keluarga tidak memiliki cukup uang untuk menyewa ambulans. Nilai tarif ambulans di RSUD dr Abdul Rivai sebenarnya tak terlalu mahal, hanya berkisar 80 ribu rupiah.
Terlebih, pihak mereka juga sudah mengalokasikan dana yang diperuntukkan warga miskin agar tetap bisa menggunakan mobil ambulans secara gratis. Sayangnya, pihak keluarga tertutup perihal kondisi ekonomi mereka. Hingga akhirnya, keputusan pulang membawa jenazah bayi membuat dokter di RSUD menyesalkan keputusan tersebut.
Sedikit kisah tentang warga miskin yang terpaksa membawa jenazah tanpa ambulans tersebut memang mengiris hati. Semoga dengan viralnya beberapa kisah di atas, bisa membuat pihak rumah sakit berbenah, dan lebih peka pada masyarakat yang membutuhkan.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…