Dibandingkan SMA, SMK atau dulunya familiar dengan sebutan STM lebih sedikit peminatnya. Ada banyak alasannya, misalnya orangtua takut anaknya jadi preman, hilang sopan santun dan sebagainya. Meskipun memang ada sih anak-anak STM yang seperti ini, tapi tentu tak semuanya seperti itu. Belum lagi anggapan anak STM yang identik dengan tawuran dan sebagainya. Makin memperburuk image mereka.
Alhasil, sekolah STM akhirnya dipandang sebelah mata saja. Para orangtua pun sebisa mungkin menyekolahkan anaknya hanya di SMA. Kalau tak punya uang dan kebetulan di STM lebih murah maka dengan terpaksa disekolahkan ke sana. Padahal, sekali lagi STM tidak selalu seperti ini. Ya, namun anggapan buruk remaja-remaja STM sudah terlanjut melekat di masyarakat. Misalnya saja seperti ini.
Bolos merupakan aktivitas yang lekat sekali dengan anak-anak STM. Memang terkesan menghakimi dan menuduh sih namun realitanya kadang seperti ini. Cukup banyak anak-anak STM yang berangkatnya pamit sekolah namun belok ke warung-warung. Tak hanya di sana, kadang mereka juga ada di rental-rental PS atau warnet-warnet.
Tak hanya niat bolos dari rumah, kadang ditemui pula yang bolos pas kegiatan belajar tengah berlangsung. Untuk hal ini sih harus diakui kalau anak STM lebih berani dari anak-anak SMA. Namun keberanian yang salah tempat pastinya. Kamu yang dulunya anak STM bandel mungkin juga sering melakukan ini. Biasanya lagi-lagi kabur ke warung atau kalau tidak ya main PS di rental.
Ya, anggapan satu ini juga sering dilontarkan masyarakat ketika ditanya tentang kesannya terhadap anak STM. Hal ini biasanya cukup bisa dilihat dari seragam mereka. Yup, kemeja tak dimasukkan, pakai kaos kaki yang warnanya menyolok hingga sepatu bermerek tapi KW. Kadang mereka juga melakukan modifikasi celana mengikuti tren. Dulu sempat muncul tren celana komprang yang lebar, anak-anak STM pun ramai-ramai permak celana. Begitu pula ketika tren celana model pensil. Karena budget yang seadanya, alhasil celananya kadang tak sesuai dengan bentuk tubuh.
Soal gadget, anak STM juga tak ketinggalan tren. Sebelum Android dan iOS menyerang, dulu masih booming sekali Blackberry. Namun ponsel pintar ini umumnya hanya dimiliki anak-anak SMA yang kaya. Anak STM bukannya tak kepingin, hanya saja karena tidak semampu anak orang kaya mereka akhirnya beli Blackberry KW. Merek china yang penting bentuknya mirip dan speaker-nya cukup kencang untuk memutar musik dan didengarkan bersama ketika nongkrong.
Membicarakan tentang anak STM maka tawuran adalah hal pertama yang diingat sebagian besar orang. Ya, memang beginilah mayoritas dan buktinya sudah ada bahkan sejak zaman orde baru. Meskipun masih bocah, tapi anak STM bertingkah layaknya geng. Artinya ada ketua dan anggota serta wilayah kekuasaan. Tawuran biasanya terjadi ketika geng STM yang lain ingin menguasai daerah lawannya. Atau bahkan bisa berangkat dari sekedar ejekan satu orang saja.
STM juga identik dengan pergaulan bebas, walaupun SMA juga sering dikaitkan untuk yang satu ini. Akibat pergaulan bebas ini akhirnya banyak sekali kasus-kasus amoral yang pelakunya adalah para remaja tanggung tersebut. Bahkan ada yang sangat parah seperti menjual pacar sendiri atau terlibat dalam sindikat dengan jaringan yang luas.
Anak STM juga identik dengan modif motor. Namun seperti yang kita tahu, mereka melakukan hal ini seenaknya sendiri tanpa memperdulikan aturan yang ada soal kendaraan. Salah satunya adalah memasang kenalpot yang luar biasa berisik itu. Kalau motornya sport sih tidak masalah meskipun tetap mengganggu, namun anak-anak STM lebih sering menggunakan matic atau motor bebek. Jadinya tak karuan deh.
Mereka juga identik sekali dengan balap liar. Jika kamu pernah melihat acara malam yang mengulas tugas para kepolisian di salah satu stasiun televisi swasta, hampir semua kasus balap liar pasti ada anak STM di situ. Bahkan ada pula yang jadi anggota geng motor jahat. Miris memang melihat fakta seperti ini. Namun seperti itulah yang terjadi sekarang.
STM sangat tidak identik dengan sopan santun. Seperti image yang lekat di masyarakat, mereka anarkis, tak tahu adat dan sopan santun. Tak hanya di rumah tapi juga di sekolah. Mana ada sih anak STM yang pakai topi abu-abu, baju dimasukkan rapi, menggunakan dasi dan kelengkapan lainnya? Mereka cenderung berkebalikan. Dan hanya ketika dihukum mereka akan merapikan baju.
Mungkin kamu yang dulu sempat ‘nakal’ ketika jadi anak STM pasti masih ingat kelakukan nyeleneh berikut. Misalnya tak bawa tas dan buku cukup taruh saja di belakang celana, ada pula yang pakai aksesoris kelas berat seperti kalung dan gelang rantai. Hal-hal seperti masih bisa ditemui kok dan memang sepertinya hanya anak STM saja yang melakukannya.
BACA JUGA: STM Nggak Cuma Soal Tawuran, Mereka juga Bisa Memperjuangkan Keadilan
Meskipun cenderung negatif, tak semua remaja STM seperti 5 poin di atas. Ada pula yang sangat berprestasi sampai bisa bikin mobil. Masih ingat Esemka yang sempat digaungkan Jokowi ketika masih jadi walikota dulu? Yup, itu lah sedikit dari kemampuan yang bisa dilakukan anak STM. Kini image anak STM yang urakan dan anarkis pun perlahan sirna, walaupun masih saja ada yang seperti itu. Masuk STM tak masalah kok, asal jeli dengan lingkungan serta ketahui dulu kompetensinya.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…