Bagi sebagian pencinta bola, Piala Dunia Prancis 1998 merupakan momen sepak bola yang berkesan dan langka. Selain takluknya Brasil secara mengejutkan di Final, kita juga disuguhkan pertandingan penuh aroma politik dan dendam. Dan laga tersebut adalah pertemuan pertama kali antara negara yang kerap miliki hubungan panas yakni Amerika dan Iran.
Bertanding di Stade De Gerland, pertandingan tersebut sukses menyedot hampir ratusan aparat keamanan. Hal ini lantaran banyak sekali isu yang berkembang tentang unjuk rasa dan aksi teror yang akan terjadi. Tensi semakin panas ketika ada seruan dari pemimpin Iran untuk pemain Timnasnya agar tidak menghampiri Amerika ketika berjabat tangan. Seperti apakah kisahnya? Simak ulasannya berikut ini.
Laga pertama antara keduanya agaknya keberuntungan berada di tangan Iran. Pasalnya Timnas dari Asia Timur itu mampu menjadi pemenang di laga akbar tersebut. Meski tak sebesar laga Final, namun kedua tim suguhkan pertandingan menarik dengan saling mengalahkan. Kemenangan Iran sendiri diperoleh oleh lewat aksi Hamid Estili dan Mehdi Mahdavika. Dua gol yang mereka ciptakan sukses membenamkan negeri Paman Sam di laga Piala Dunia 1998 tersebut.
Kendati harus pulang dengan kepala tertunduk di laga tersebut, namun sikap sportif tetap ditunjukkan di akhir pertandingan. Hal ini dibuktikan dengan para punggawa Iran membagaikan seikat bunga mawar untuk punggawa Amerika Serikat. Perilaku baik tersebut berbalas dari suka cita semua orang yang ada di stadion. Bahkan dunia salut dengan sikap positif setelah pertandingan akbar itu. Mereka juga tunjukkan keakraban lewat foto bersama antar pemain tanpa ada sekat penghalang dan dendam.
Kisah indah tersebut pada akhirnya berujung tangis bagi kedua kesebelasan di ajang tersebut. Hal ini lantaran Iran dan Amerika sama-sama gagal lolos ke babak selanjutnya. Keperkasaan Jerman dan Yugoslavia menjadi penyebab langkah mereka harus sampai babak penyisihan grup saja. Walaupun harus angkat koper lebih cepat tapi kedua negara itu pulang dengan sesuatu yang berharga yakni perdamaian. Lewat itu pula sepak bola mengajarkan apabila yang terlibat di dalam olahraga tersebut sejatinya adalah saudara.
Selain beberapa hal tadi kemenangan Iran atas Amerika Serikat itu menjadi yang pertama di ajang tersebut. Bahkan sejak keiukutsertaan pertama mereka di pagelaran sepak bola empat tahunan itu. Bagi tim asal Benua Asia tersebut kemenangan bukan perkara yang mudah. Hal ini lantaran perbedaan kualitas dan tunjangan sarana yang jauh berbeda. Kendati memiliki bakat atau semangat tinggi, tanpa hal tersebut akan sulit untuk menjadi pemenang di akhir laga. Kondisi itu dibuktikan dengan sering gagal lolos dan dibantainya tim dari benua Asia.
Kejadian ini jelas menunjukkan kepada kita semua jika sepak bola merupakan alat pemersatu ampuh. Meski kerap timbul pertikaian antar suporter, tapi di banyak momen olahraga ini jadi penawar ampuh untuk perdamaian. Seperti kasus di pertandingan antara Iran dan juga Amerika tadi. Kalau mereka saja bisa saling gandeng, tentu yang lain juga mampu melakukannya, termasuk di persepakbolaan Indonesia.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…