Kalau berkaca dari banyak kejadian beberapa tahun lalu, hubungan antara Indonesia dan Australia bisa dikatakan buruk. Tentu kamu masih belum lupa tentang cawe-cawe mereka di Timor Timur, sampai soal peristiwa terbongkarnya skandal pemerintah Aussie yang ternyata menyadap telepon Presiden SBY. Bahkan belakangan juga muncul kabar kalau mereka mendukung Papua untuk lepas dari NKRI.
Australia yang sekarang mungkin tak lebih dari teman formalitas, tapi kalau kita kembali ke awal kemerdekaan dulu, negeri kangguru ini bak sahabat baik yang amat berjasa bagi Indonesia. Ya, mereka adalah negara pertama yang mendukung proklamasi NKRI lewat aksi yang bernama Black Armada. Aksi ini membuat negeri Holland gagal total mau menghajar Indonesia lagi gara-gara mereka di-blacklist oleh hampir semua pelabuhan di Australia. Gara-gara ini, agresi Belanda tidak maksimal dan Indonesia pada akhirnya bisa tetap menjaga kedaulatan.
Sayangnya, peristiwa ini sendiri juga sudah banyak dilupakan oleh keduanya. Padahal ini bisa jadi lem perekat agar hubungan kedua negara kembali guyub seperti yang seharusnya. Masih soal Black Armada, berikut ini adalah beberapa hal yang harus kamu tahu tentang kejadian bersejarah itu.
Tidak banyak yang tahu siapa Tukliwon, tapi kalau kaitannya dengan peristiwa Black Armada, maka pria ini bisa dikatakan sebagai aktor utamanya. Jadi, alkisah dimulai saat Tukliwon entah sengaja atau tidak, mendapatkan siaran berita dari gelombang radio kalau Indonesia sudah melaksanakan proklamasi yang artinya telah bebas dari penjajahan. Saat itu pria ini bekerja di sebuah pelabuhan di Sydney. Mengetahui berita ini tentu Tukliwon luar biasa sumringah dan tanpa banyak bicara, ia pun segera menyebarkannya kepada pekerja Indonesia yang lain.
Berita ini tentu saja direspon sangat positif oleh orang-orang Indonesia di sana. Bahkan pekerja pelabuhan dari negara tuan rumah juga turut serta bahagia mendengarnya. Tak butuh waktu lama sampai akhirnya dukungan kepada Tukliwon untuk Indonesia meluas ke semua orang di pelabuhan.
Selepas momen gegap gempita kemerdekaan yang dialami Tukliwon dan rekan-rekannya, pria ini kemudian langsung menunjukkan sikap menentang kepada Belanda. Hal ini diawali dari penolakan Tukliwon yang diperintah oleh pemilik ferry asal Belanda untuk berlayar kembali ke Jawa. Tukliwon dan rekan-rekannya menolak mentah-mentah dengan dalih mendukung kemerdekaan.
Bagai api yang menyengat kayu bakar bercampur minyak tanah, aksi ini pun langsung meng-influence semua buruh di pelabuhan Sydney. Mereka tiba-tiba saja langsung ramai-ramai ogah mengurusi kapal Belanda. Salah satunya dengan tidak mau mengangkuti barang-barang milik kapal Belanda. Terlebih karena ternyata muatan tersebut berisi amunisi yang diduga akan dipakai untuk menyerang Indonesia.
Aksi tadi membuat hype kebencian akan Belanda makin besar. Di tanggal 24 September 1945, seluruh pelabuhan di Sydney memberlakukan aturan blacklist bagi kapal Belanda. Tak hanya itu, di Brisbane dan Fremantle juga melakukan hal yang serupa. Bahkan lebih gilanya lagi, kali ini dukungan tak hanya datang dari kaum buruh pelabuhan saja, tapi juga tukang masak, tukang mesin, dan semua orang di kelas pekerja di sana.
Dengan sistem blacklist yang membabi buta ini, tak heran kalau sekitar 400an kapal Belanda pun terombang-ambing tak jelas di pelabuhan. Mereka tak bisa berangkat karena peraturan ini. Terlebih lagi muatan-muatannya terbengkalai begitu saja tak ada yang mengurusinya karena semua orang menolak mereka.
Rencananya, Belanda bakal mempersiapkan kekuatan militernya di Australia ini untuk kemudian diboyong dan diturunkan di Indonesia. Tujuannya sangat jelas kalau mereka ingin melakukan invasi sekali lagi setelah Jepang hengkang. Kalau dilihat dari jumlah kapal plus muatannya, Belanda benar-benar tak main-main soal itu.
Seandainya Australia ketika itu masa bodoh dengan Belanda dan kita, Indonesia, maka mungkin cerita sejarah akan beda. Dengan kekuatan armada 400 kapal full amunisi, sangat mungkin agresi yang mereka lakukan berjalan sukses. Tapi, takdir berkehendak lain dengan adanya peristiwa Black Armada yang membuat Belanda terpotong telak kekuatan militernya.
Setelah peristiwa Black Armada, dukungan Australia terhadap Indonesia tidak langsung berakhir pula. Tercatat kalau pemerintah negeri kangguru ini masih melakukan upaya-upaya hebat untuk makin menguatkan Indonesia yang baru merdeka. Salah satunya dengan memfasilitasi para tawanan asal Indonesia milik Belanda yang ada di Australia untuk pulang dan mendukung negaranya.
Pada bulan Oktober 1945, sekitar 1400an orang Indonesia dipulangkan dari Australia setelah dibuang oleh Belanda. Ketika itu para tawanan ini diberangkatkan dari pelabuhan Sydney dengan menggunakan kapal-kapal kargo. Setelah melakukan ini, Australia masih tetap menjaga atensinya untuk terus mendukung Indonesia dan mengutuk agresi yang dilancarkan Belanda.
Beginilah sikap Australia terhadap Indonesia di masa awal kemerdekaan dulu. Mereka begitu concern dan perhatian dengan negara ini agar terus bisa merdeka. Bisa dibayangkan kalau seumpama mereka dulu cuek dengan kita, maka ceritanya bakal lain. Indonesia mungkin saja untuk kedua kalinya berhasil dijajah lagi oleh Belanda. Jadi, untuk apa yang pernah mereka lakukan dulu, kita sepantasnya untuk berterimakasih yang sebesar-besarnya.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…