“Piye Kabare? Sek Enak Zamanku Toh?” jargon seperti ini begitu laris belakangan ini. Entah tertempel di angkot-angkot sampai dipajang di belakang bak truk pasir. Entah kenapa foto The Smiling General ini tiba-tiba muncul. Namun menurut kabar tagline ini jadi semacam protes rakyat terhadap apa yang terjadi sekarang ini. Mulai dari harga-harga yang naik, rupiah anjlok sekali dan berbagai masalah lain yang bikin jengah.
Terlepas dari segala kontroversi yang pernah dilakukan beliau, hidup di zaman Soeharto memang enak. Jujur, semasa pemerintahan orde baru-nya, rakyat hidup dengan sangat makmur, ‘Gemah ripah loh jenawi’ kata orang Jawa. Mulai dari harga bahan pokok yang terjangkau, kerjaan mudah didapat, serta sangat aman. Dibandingkan sekarang memang agak jauh, namun hal tersebut ditebus dengan kebebasan bicara yang mungkin dulu tidak mungkin dilakukan dengan bebas.
Nah, berikut adalah beberapa alasan kenapa tagline “Enak zamanku” bukan hanya pepesan kosong belaka, alias benar-benar seperti itu adanya.
Apa yang bisa kita beli dengan uang Rp 50 ribu sekarang ini? Tak banyak. Bahkan beli pulsa atau paket internet saja rasanya masih kurang. Dibelanjakan untuk urusan rumah tangga uang Rp 50 ribu juga tak banyak nilainya sekarang. Dibandingkan dulu, dengan sejumlah uang ini kita bisa membeli apa pun. Mulai kebutuhan sebulan ke depan sampai cicilan mobil atau rumah.
Tak hanya harga-harga barang, biaya pendidikan juga sangat murah. Dulu sekolah-sekolah mematok tarif yang sangat terjangkau, bahkan sampai tingkat universitas. Mungkin yang lahir tahun 90an ke bawah merasakan enaknya bayar SPPcuma Rp 1.000 atau Rp 2.000 saja. Kalau dibandingkan dengan hari ini tentu sangat jauh. Tak perlu bicara biaya kuliah, taman kanak-kanak saja sudah dipatok ratusan ribu rupiah, apalagi yang labelnya ‘standar internasional’.
Biaya berobat juga sangat terjangkau. Rumah sakit mematok biaya yang murah, dan untuk PNS, TNI, dan Polri biasanya juga ada semacam kartu asuransi kesehatan sehingga bisa gratis berobat. Makanya orang dulu sehat-sehat karena tidak ngenes memikirkan biaya yang bakal dikeluarkan nantinya.
Lulus kuliah mungkin membanggakan namun juga dilematis. Terutama dilihat dari fakta kalau pekerjaan makin susah saat ini dan saingan terlampau banyak. Apresiasi terhadap jejang pendidikan saat ini juga makin rendah. Kini lulusan SMA dan SMK sudah jelas apa akan jadi pekerjaan mereka. Lulusan bangku kuliah pun juga belum pasti dapat posisi bagus di perusahaan.
Hal ini begitu terbalik dengan masa-masa Soeharto dulu. Di zaman dulu mencari kerja sama mudahnya seperti ikan di kolam. Pasti dapat dan kita bisa memilih mau menerima yang mana. Pembangunan di masa orde baru memang tengah pesat-pesatnya, belum lagi mulai banyak berdiri perusahaan-perusahaan yang membutuhkan karyawan.
Soal apresiasi pendidikan terhadap pekerjaan dulu juga sangat berbeda. Dulu lulusan SMA pun sudah masuk kualifikasi sebagai PNS, bahkan di perusahaan bisa jadi mandor atau setingkat kepala. Lulusan perguruan bahkan sudah jadi dosen dan pengajar pendidikan tinggi. Kenyataan seperti ini takkan kita temui hari ini.
Nilai tukar dolar hari ini adalah sekitar Rp 13.600, angka ini sudah lumayan bagus dari pada beberapa waktu lalu yang pernah mencapai Rp 14 ribuan. Dampak naiknya nilai dolar ini pun berimbas secara langsung kepada perekonomian rakyat. Salah satunya membuat harga-harga barang naik dengan cukup drastis. Jika dibandingkan dengan zaman Soeharto tentu saja angka ini bisa dibilang gila.
Bagaimana tidak, dulu dolar hanya senilai Rp 378 saja pada tahun 1971. Dampaknya seperti yang diungkapkan di atas. Apa-apa murah dan sangat terjangkau. Angka Rp 378 ini kemudian makin naik tiap tahunnya, hingga pada 1997 nilainya menjadi R 2.500. Dulu nilai ini termasuk sangat tinggi namun lagi-lagi rakyat tidak begitu merasakan dampaknya.
Sepeninggal Soeharto di tahun 1998 dolar pun melesat dengan cepat. Mulai dari peningkatan hingga Rp 5 ribu, sampai pernah menembus angka Rp 16.800 di masa Presiden Habibie. Namun berhasil diupayakan hingga di masa akhir jabatannya bisa ditekan menjadi Rp 7000 saja.
Kriminalisme di era sekarang ini sudah sangat miris. Bahkan tak sekedar mencuri atau merampok, para kriminal juga tak segan memperkosa dan membunuh bocah. Seperti kasus Angeline dan juga Neng. Sekarang orang sudah tidak takut lagi melakukan kejahatan. Paling hanya dihukum penjara beberapa tahun. Hal ini jelas berbanding terbalik dengan zaman Soeharto dulu.
Masih ingat petrus? Ya, ini adalah salah satu cara Soeharto untuk memberantas kejahatan. Teringat dulu banyak cerita orang-orang yang pernah menjumpai mayat-mayat di sungai-sungai atau jalan. Setelah diidentifikasi ternyata si mayat ini pernah melakukan kejahatan, entah mencuri, merampok, begal dan sejenisnya. Hal ini pun sangat efektif menekan angka kejahatan ke level yang sangat rendah.
Soal kerukunan umat beragama juga jadi hal yang sepertinya cuma terjadi di zaman Soeharto. Dulu masyarakat begitu rukun hidup bertetangga antara satu dan lainnya. TNI dan rakyat juga sangat berbaur untuk menciptakan lingkungan kondusif. Benar-benar sangat nyaman dan aman.
Tak cuma bidang sosial politik yang bisa kita banggakan dari masa pemerintahan Soeharto. Olahraga pun demikian pula. Dibandingkan sebelum atau sesudahnya, di era Soeharto olahraga kita berada pada masa keemasannya. Ada begitu banyak prestasi yang tercipta saat itu dan bikin bangga rakyat Indonesia.
Misalnya saja prestasi Rudy Hartono yang menjadi juara dunia All England selama 7 kali berturut-turut. Piala Thomas juga jadi langganan kita meskipun China ikut bertanding. Belum lagi prestasi atlit kita di SEA Games 1977 yang merobohkan dominasi Thailand kala itu. Serta yang paling fenomenal adalah raihan emas Susi Susanty dan Alan Budi Kusuma yang bikin rakyat Indonesia bangga dan haru. Di ranah sepak bola tak kalah apik. Termasuk prestasi Timnas yang melejit.
Dibandingkan dengan saat ini tentu sangat jauh. Mulai dari sepak bola dalam negeri yang tak jelas nasibnya, sampai perwakilan kita yang terus menerus dikalahkan dalam berbagai ajang. Sehingga tak salah jika banyak orang yang mengatakan zaman Soeharto olahraga Indonesia menggila.
Sudah 7 tahun berlalu sejak kematian sang mantan presiden di tahun 2008 lalu. Meskipun katanya penuh dengan kontroversi selama hidupnya, namun Soeharto adalah alasan kenapa kita pernah hidup dengan sangat nyaman. Jasa-jasanya akan selalu dikenang banyak orang dan sepertinya tak ada salahnya untuk menjulukinya sebagai salah satu presiden terbaik yang pernah kita miliki.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…