Perayaan imlek identik dengan kemeriahan dan kehangatan berkumpul bersama keluarga. Berdoa, bersilaturahmi, dan menikmati makanan khas imlek adalah tradisi yang biasa dilakukan. Tidak hanya itu, di tempat-tempat tertentu biasanya dilangsungkan festival lampion atau festival lainnya untuk menyambut tahun baru.
Siapa yang menyangka jika hari raya yang semestinya penuh suka cita ini pernah diwarnai dengan tragedi berdarah. Kala itu, kegembiraan berhenti. Hanya doa yang tak henti-hentinya dipanjatkan dan linangan air mata yang mengiringi tahun baru Tionghoa ini. Sebuah perayaan mestinya menjadi momen untuk membuat kenangan-kenangan baik. Namun tragedi bisa mengubahnya menjadi kenangan buruk. Bukan hanya satu, namun puluhan orang tewas akibat tragedi-tragedi tersebut. Bagi korban dan keluarga korban, hari raya imlek mungkin menjadi salah satu hari yang sangat menyedihkan.
Malang benar nasib penghuni gedung Weiguan Jinlong di Kota Tainan, Taiwan. Gedung tersebut roboh setelah diguncang gempa berkekuatan 6.4 SR sehari sebelum perayaan tahun baru Imlek tahun 2016. Para penghuni yang saat itu masih terlelap tidak sempat menyelamatkan diri. Ratusan orang terjebak. 200 di antaranya berhasil diselamatkan, sementara sisanya ditemukan tak bernyawa.
Weiguan Jinlong hancur lebur dan menewaskan 115 orang yang tinggal di sana, padahal gedung-gedung lain masih berdiri kokoh meski mengalami kerusakan. Penduduk setempat pun menjulukinya gedung tofu karena bangunannya yang mudah hancur seperti tofu. Akibatnya, tiga orang yang bertanggung jawab atas pembangunan gedung ditangkap dan dikenai sanksi atas kelalaian mereka. Gempa yang mengguncang Taiwan ini juga mengakibatkan lebih dari 500 orang terluka. Selain gedung tofu, ada 5 jembatan yang runtuh dan tidak dapat digunakan lagi.
25 Januari 1941 mungkin merupakan imlek yang sangat mengerikan bagi rakyat Tiongkok. Mereka yang semestinya merayakan tahun baru harus menghadapi pembataian besar-besaran yang dilakukan oleh tentara Jepang. Saat itu, Jepang menguasai Tiongkok dan Korea. Mereka memperlakukan jajahannya dengan semena-mena. Siapa yang berani melawan akan dieksekusi.
Bermula dari informasi dan analisis yang dilakukan oleh Jenderal Yasuji Okamura, ia memutuskan untuk ‘membersihkan’ desa yang terdeteksi melindungi dan memberikan dukungan pada komunis-komunis Tionghoa. Okamura memerintahkan untuk membunuh siapa pun yang hidup di desa itu dan merusak apa pun yang sekiranya bisa digunakan untuk tempat berlindung pasukan Tionghoa. Serangan ini membunuh 1.230 jiwa tepat pada perayaan imlek.
Tragedi-tragedi di atas semestinya tidak perlu terjadi seandainya manusia tidak serakah. Peristiwa pertama memang terjadi karena gempa, namun seandainya pemborong yang bertanggung jawab atas pembangunan gedung mengupayakan desain bangunan terbaik, Weiguan Jinlong tidak akan roboh. Sayang, ulah manusia menyebabkan kemeriahan perayaan tahun baru Imlek ternoda. Semoga ke depannya tidak ada peristiwa berdarah yang membuat kemeriahan Imlek berubah menjadi duka cita.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…