Unik Aneh

Mengenal Tradisi Unik Suku Kalash, di Mana Kawin Lari dan Cerai Adalah Hal yang Lumrah

Kawin lari menjadi istilah yang sudah jarang sekali didengar sekarang ini. Itu semua tidak lepas lantaran mulai berubahnya pandangan masyarakat di mana percintaan dengan dijodohkan atau tidak direstui sudah jarang terjadi. Sekarang bukan lagi zaman Siti Nurbaya dan Datuk Maringgih, saat ini semua anak muda bisa dengan bebas menentukan siapa pasangannya.

Namun, pemandangan yang berbeda akan kamu lihat di suku Kalash yang berada di daerah sekitar Pakistan. Pasalnya di sana kawin lari sering kali terjadi bahkan jadi sebuah tradisi yang masih dipegang teguh di masyarakatnya hingga saat ini. Lalu kenapa fenomena ini masih dijalankan di sana? Biar nggak penasaran, simak ulasan di bawah ini.

Tradisi kawin lari suku Kalash yang unik

Kawin lari mungkin jadi sebuah hal yang tidak lazim di zaman sekarang, meskipun seumpama ada jarang sekali yang melakukan. Namun di suku Kalash, ternyata kawin lari jadi sebuah tradisi yang ada secara turun-temurun. Dilansir dari laman Vice, para perempuan suku Kalash bisa melakukan kawin lari jika memang orang tua mereka tidak setuju dengan hubungannya dan hal itu adalah sesuatu yang wajar di sana.

Wanita suku Kalash [sumber gambar]
Pada bulan Desember ada sebuah festival khusus, di sanalah tradisi bagi orang yang melakukan kawin lari dilaksanakan. Mereka yang memutuskan untuk menikah tanpa restu orang tua akan datang ke sana melakukan ijab kabul atau pernikahan sesuai keyakinan yang diyakini.

Anomali posisi wanita di suku Kalash

Ada yang unik dalam memandang gender di suku ini. Para masyarakatnya sejatinya agak konservatif dan perempuan jadi gender kedua. Namun demikian siapa sangka kalau wanita di suku ini punya kebebasan yang lumayan setara. Misalnya saja meskipun tidak direstui, namun jika telah melakukan kawin lari maka salah satu mempelai yang awalnya ditolak lama-kelamaan akan diterima juga.

Anomali suku Kalash [sumber gambar]
Hal ini karena penduduk menganggap walaupun wanita adalah gender kedua namun mereka memiliki kebebasan untuk menentukan hidupnya. Oleh sebab itu sudah banyak perempuan di sana yang mengenyam pendidikan tinggi maupun profesi yang lumayan menjanjikan untuk masa depan.

Tak hanya kawin lari, cerai pun juga bebas

Tidak hanya kawin lari saja yang jadi hal biasa di sana, ternyata cerai pun juga bebas. Hal ini kembali lagi pada pandangan masyarakat suku Kalash yang membebaskan wanita untuk memilih masa depannya. Oleh sebab itu ketika seorang istri meminta cerai maka sudah jadi kewajiban suami untuk memberikannya.

Punya kebebasan cerai [sumber gambar]
Namun ada hal unik dalam perceraian ini, pasalnya suami baru harus memberikan hadiah pada suami yang lama. Pun demikian dengan hadiah yang diberikan, harus lebih besar dari mahar yang dulu sempat dihadiahkan pada sang istri. Hal ini sebagai tanda kalau suami yang baru benar serius dalam menjalin hubungan dengan istrinya.

Banyak tradisi lain yang mulai terkikis

Meskipun beberapa tradisi dipegang teguh hingga sekarang, namun nyatanya memang banyak juga yang mulai terkikis. Hal ini sejatinya tidak terlepas dari kemajuan zaman dan globalisasi yang membuat beberapa kebiasaan masyarakat berubah. Salah satunya adanya kebudayaan Pakistan dan Islam yang masuk pada suku Kalash.

Bahasa asli mulai hilang [sumber gambar]
Banyak nama-nama khas suku Kalash yang akhirnya berubah jadi mirip ala Pakistan seperti Iqbal Shah dan Gul Bahar. Pun demikian dengan bahasa yang ada di sana, meskipun pada dasarnya mereka menggunakan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari, namun saat di sekolah, anak-anak malah menggunakan bahasa Urdu. Positif atau tidaknya hal ini, tentu masing-masing pendapat akan berbeda tergantung cara menyikapinya.

BACA JUGA: Gowok, Tradisi Mengasuh Pria Agar Makin Jantan dan Mampu Memuaskan Wanita Lahir dan Batin

Di balik tradisi dan kawin lari yang lumayan bebas di sana, ternyata ada maksud yang luar biasa. Ya, penduduk suku Kalash ini menghargai kebebasan seorang wanita dalam menentukan masa depannya. Oleh sebab itu, jalan apa pun yang diambil, ia lah yang nanti akan bertanggung jawab dan menerima risiko dari hal yang sudah dipilihnya tersebut.

Share
Published by
Arief

Recent Posts

Tesso Nilo: Rumah Para Gajah yang Kian Terancam Eksistensinya

Media sosial akhir-akhir ini sedang dihangatkan dengan topik seputar perusakan alam, di mana salah satunya…

2 weeks ago

Penemuan Rafflesia Hasseltii Berbuntut Panjang, Oxford Dianggap Pelit Apresiasi

Sedang viral di platform media sosial X mengenai kehebohan penemuan bunga Rafflesia Hasseltii. Yang menemukan…

2 weeks ago

4 Aksi Pejabat Tanggap Bencana Sumatera yang Jadi Sorotan Netizen

Sumatera berduka setelah banjir bandang disertai tanah longsor menyapu Pulau Sumatera bagian utara. Tak hanya…

3 weeks ago

Kisah Pilu Warga Terdampak Bencana Sumatera, Sewa Alat Berat Sendiri untuk Cari Jenazah Ibunya

Ribuan kabar duka dari Pulau Sumatera. Salah satunya adalah seorang pemuda bernama Erik Andesra, pria…

3 weeks ago

Risiko Bencana Tinggi, Anggaran BNPB Kena Efisiensi

Masih teringat dahsyatnya bencana alam di Sumatera bagian Utara. Aceh, Medan, Tapanuli, Sibolga, hingga sebagian…

3 weeks ago

Insiden Tumblr Hilang di KRL Berujung Pemecatan Karyawan Sana Sini

Jangan remehkan kekuatan tumbler. Tak hanya tahan pecah, hilang dikit, dua-tiga orang bisa kena pecat…

4 weeks ago