Konsep kondangan di mana-mana memang adalah syukuran, tapi dalam praktiknya jelas nggak sesimple itu. Banyak keriwehan yang harus dipersiapkan. Bagi pihak panitia, mereka harus mempersiapkan acara yang luar biasa dan sangat berkesan. Dan bagi para tamu nih, mereka juga nggak boleh asal-asalan pula. Harus dandan yang cakep dan wajib hukumnya membawa amplop kondangan.
Berbicara soal amplop kondangan kita pasti pernah ya punya pikiran jahat untuk nggak ngisi duit di dalamnya? Selama nggak dikasih nama sih pasti aman. Tapi, cara yang semacam itu nggak akan ampuh jika dilakukan di sebuah desa di Bengkulu ini. Di sana, mengisi amplop kosong saat kondangan akan membuat seseorang malu tujuh turunan. Bagaimana tidak, di sana punya kebiasaan unik membuka amplop kondangan langsung di depan mata pemberinya. Jadi, bayangkan saja kalau amplopnya kosong.
Kebiasaan ini dilakukan sudah lama sekali dan nilainya sangat sakral. Di samping itu, kebiasaan ini ternyata juga punya tujuan khususnya sendiri. Masih soal ritual unik itu, berikut adalah fakta-faktanya yang mungkin belum kamu tahu.
Umumnya nih, amplop kondangan yang diberikan akan dimasukkan ke dalam box atau kalau tidak ya diserahkan langsung kepada mempelai. Jadi, nggak bakal diketahui tuh berapa yang diberikan sampai nanti malam pada acara bedah amplop. Tapi, di desa bernama Karang Tinggi dan sekitarnya ini, kebiasaan macam itu nggak ada. Amplop yang dikasih akan dibuka saat itu juga di depan mata si pemberinya.
Bisa dibayangkan ya rasanya seperti apa. Kalau jumlahnya banyak sih pasti bangga. Tapi, kalau sedikit dan bahkan kosong, tentu jadi hal yang sangat memalukan. Uniknya, selama bertahun-tahun hampir nggak ada amplop kondangan yang kosong. Mungkin takut malu kali ya. Biasanya, amplop yang sudah dibuka akan diuapi dengan dupa untuk kemudian dilakukan pencatatan.
Setelah diterawang dan dilihat jumlahnya, maka proses selanjutnya adalah pencatatan. Kalau yang satu ini cukup lazim ya di mana-mana. Tapi, umumnya sih ya hanya berisi kolom nama, alamat, dan juga tanda tangan saja. Tapi, di desa di Bengkulu ini mereka menyematkan kolom jumlah duit yang diberikan.
Pencatatan bagi orang-orang di desa itu adalah hal yang wajib dilakukan. Bahkan sepertinya hampir nggak ada satu rumah pun yang tak memiliki buku kondangannya sendiri. Data kondangan ini penting lho karena berfungsi untuk tujuan yang lain. Ya, apalagi kalau bukan untuk balas-balasan.
Yang seperti ini sepertinya juga dilakukan di mana pun ya. Si pengundang suatu saat pasti akan jadi yang diundang dan begitu sebaliknya. Di desa ini tentu juga sama, tapi nggak sesimple itu. Di sini ada sebuah tradisi lagi yang namanya adalah balas-balasan dan ini masih berhubungan dengan uang kondangan tadi.
Ya, tradisi balas ini dilakukan dengan cara memberi uang kondangan sebanyak yang pernah diterima. Jadi, semisal kita pernah dapat duit kondangan sebesar Rp 50 ribu, nanti kita kembalikan lagi sejumlah itu. Mengembalikan sesuai dengan yang diterima hukumnya wajib lho. Tapi, nggak selalu harus sama sih jumlahnya. Kadang kita bisa lebihkan sedikit.
Sekilas tradisi ini kesannya seperti diadakan baru-baru saja. Tapi, siapa sangka jika hal tersebut ternyata sudah ada sejak zaman dulu banget. Dulu, orang-orang di desa ini sudah menerapkan hal seperti itu. Meskipun kalau dulu sih bentuknya bukan uang melainkan hadiah dan hasil alam.
Tradisi ini kesannya juga unik dan nyeleneh, tapi bagi masyarakat yang melakukannya ternyata tidak demikian. Ya, tradisi ini begitu sakral nilainya dan hukumnya haram untuk ditinggalkan. Mungkin karena itulah akhirnya tradisi ini begitu awet sampai hari ini.
Selain bertujuan untuk mempertahankan budaya, tradisi ini secara khusus juga menghindarkan fenomena amplop kosong. Jujur saja nih, meskipun kita ikhlas menghidangkan semua makanan dalam sebuah acara resepsi, tapi pasti kesal tak karuan ketika ada seseorang yang dengan tega-teganya memberi amplop kosong.
Tradisi ini pun bisa dibilang sukses besar karena dalam sejarahnya hampir jarang sekali yang memberi amplop zonk. Seseorang pasti punya wajah tembok kalau sampai berani memberi amplop kondangan tanpa isi di wilayah ini. Hmm, cara satu ini sepertinya oke juga tuh untuk dipakai di Indonesia.
Terlepas dari keanehan yang dimilikinya, kebiasaan unik satu ini sepertinya boleh tuh untuk dipraktikkan di seluruh Indonesia. Kan enak tuh punya catatan kondangan sendiri di mana kita nggak perlu pusing harus ngasih balasan berapa. Tinggal lihat saja nama mereka dan jumlah uang yang diberikan.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…