Di Indonesia, menjamur berbagai klub sepakbola. Meski berbeda, politik dan bola adalah dua hal paling seru di negeri ini. Bahkan kalau dipikir-pikir, Indonesia bisa disebut sebagai negara pecinta bola. Lihat saja saat timnas bertanding beberapa tahun terakhir, betapa riuhnya dukungan pada sepakbola kita. Yang tadinya nggak tahu apa-apa juga bisa jadi suporter dadakan. Atau yang lebih lokal lagi, selebrasi menyambut kepulangan grup kesayangan jika mereka menang atau sebelum mereka bertanding. Sudah pasti akan ada arak-arakan dari pendukung-pendukungnya yang menggelora.
Berbicara tentang kesebelasan sepak bola, tahukan kamu di mana pertama kalinya sebuah klub sepak bola berdiri? Usut punya usut, klub sepak bola pertama kali didirikan di Tanah Batak. Nama klub sepak bola tersebut adalah Pardedetex, besutan seorang taipan tersohor di jaman Soekarno. Lalu gimana sepak terjang grup ini di rumput hijau? Simak ulasan menarik berikut ini.
Sebagai klub sepak bola pertama di Indonesia, Pardedetex bisa dibilang sebuah kesebelasan yang bergengsi. Pemrakarsanya adalah salah seorang jutawan di Batak yang terpandang saat itu. Ia adalah Tumpal Dorianus Pardede atau lebih akrab dipanggil Pak Katua. Klub ini didirikan sekitar tahun 1960 an dan langsung masuk ke liga Galatama. Berkat Pardedetex kemudian mulai berminculan klub-klub sepak bola di luar Medan.
Pak Katua ini cinta mati dengan sepakbola. Makanya Pardede tak tanggung-tanggung mengerahkan segala yang ia bisa untuk membuat klubnya ini mumpuni. Ia merintis dengan serius, sehingga kadang terkesan galak. Tapi sebenarnya Pak Katua sangat sayang dengan anak-anak didiknya. Inilah yang membuat Pardedetex terkesan sangat optimis bila berkiprah nanti.
Keikutsertaannya di ajang Galatama ini nggak dipandang sebelah mata oleh klub lainnya. Pardedetex terlihat garang di lapangan karena saat itu ia sudah berani menaturalisasi pemain asing. Kesebelasan kebanggaan orang Medan tersebut merekrut Jairo Matos, seorang gelandang dari Brazil. Selain itu, dengan kekayaan Pak Katua, klub ini juga mengusung nama-nama tenar dunia sepak bola pada masa itu, diantaranya adalah Abdul Kadir, Jacob Sihasaleh, Herry Kiswanto, Chaerul Chan, dan Zulham Efendi.
Menyandang predikat grup bergengsi tak lantas membuat Pardedetex berkali-kali menyandang gelar juara. Mirisnya kesebelasan ini malah tak pernah sama sekali menjuarai Galatama sejak keikutsertaannya yang pertama. Karena hal itulah Pak Katua memutuskan untuk memberhentikan Pardedetex pada tahun 1984. Ia malu karena menjadi bahan omongan di antara para penggiat sepak bola. Di samping itu, suasana sepak bola tanah air saat itu sudah mulai kacau.
Selain sering kalah, alasan tak merumputnya Pardedetex adalah lantaran anak Pak Katua yang juga menjabat sebagai manager tim sedang sakit-sakitan. Waktunya dihabiskan untuk mengurus pengobatan Jhony Pardede yang merupakan anak ke-8 sekaligus manager tim. Namun, Pak Katua yakin bahwa suatu saat Pardedetex akan kembali bangkit. Setelah ditutup, Pardedetex membuka sekolah sepak bola.
Nah itulah sepak terjang klub sepak bola pertama di Indonesia. Persepakbolaan tanah air saat ini nggak beda jauh dengan masa lalu, masih banyak yang perlu dibenahi. Semoga hal tersebut tak membuat klub sepak bola yang ada saat ini gantung sepatu.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…