Categories: Tips

Petekan, Tes Keperawanan Ala Desa Ngadas di Malang yang Terbukti Ampuh

Keperawanan bisa dibilang adalah salah satu tolok ukur value atau nilai dari seorang gadis. Ketika masih perawan maka ia bakal dihormati, tapi sebaliknya, kalau sudah tidak ya jelas akan banyak orang yang memandang sebelah mata. Karena berhubungan dengan value, terutama di mata calon suami, maka adalah hal yang wajib bagi seorang wanita untuk menjaga keperawanannya. Maka dari itu juga, yang namanya tes keperawanan bisa dikatakan adalah hal yang wajib dilakukan.

Berbicara soal tes keperawanan, kita mungkin berpikir jika hal tersebut hanya bisa dilakukan lewat cara medis saja. Tapi, siapa yang sangka jika untuk melakukan tes ini kita bisa pakai cara tradisional. Seperti yang dilakukan oleh masyarakat desa Ngadas, yang ada di Malang ini. Mereka memiliki cara unik untuk mengetahui apakah seorang gadis masih perawan atau tidak.

Caranya sendiri adalah dengan ‘Petekan’ yakni semacam pijatan khusus yang hanya dilakukan mereka para ahli.

Tentu Petekan tidaklah sesederhana itu. Ada banyak hal menarik lain tentang tradisi unik satu itu. Dan berikut ulasan lebih dalam tentang Petekan yang pasti belum pernah kamu dengar.

Asal Usul Petekan

Asal Usul [Image Source]
Istilah ‘petekan’ sendiri berasal dari kata ‘dipetek’ yang memiliki arti ditekan. Proses tradisi tersebut, memang dilakukan oleh seorang dukun bayi yang menekan perut para peserta petekan. Bagian yang diraba adalah antara pusar dan kemaluan. Jika di dunia medis, teknik tersebut palpasi. Biasanya dilakukan oleh bidan untuk mendeteksi keberadaan bayi dalam perut. Dukun bayi yang sudah ahli, dipercaya untuk melakukan petekan.  Si dukun bayi juga bisa merasakan apakah peserta yang belum menikah itu masih perawan atau tidak.

Tujuan Mulia di Balik Tradisi Petekan

Fungsi dan Tujuan Tradisi [Image Source]
Setiap tradisi pasti punya tujuan tersendiri, dan hampir tidak ada satu pun dari jenisnya yang bukan untuk tujuan baik. Petekan pun demikian, di balik tradisi unik tersebut tersemat satu tujuan yang luar biasa mulia. Ya, tujuannya apalagi kalau bukan untuk menekan angka pergaulan bebas dan juga kehamilan di luar nikah. Dalam prosesnya, Petekan ini tak hanya untuk mengetes perawan atau tidak, tapi juga memberikan semacam hukuman kepada mereka yang sudah tidak gadis lagi.

Hukuman untuk Perempuan yang Hamil di Luar Nikah

Hukuman untuk Perempuan yang Hamil di Luar Nikah [Image Source]
Jika dalam tradisi petekan tersebut ada yang ketahuan hamil di luar nikah, maka akan dilakukan hukum adat. Jika peserta tersebut masih gadis, maka akan segera dinikahkan. Sementara, pada lelaki yang menghamili, akan dijatuhi denda 50 sak semen yang disumbangkan pada desa. Tak peduli pria tersebut mampu ataupun tidak. Hal itu jika si pria masih lajang. Sementara jika peserta petekan hamil dengan lelaki yang sudah berkeluarga, hukuman yang diterima akan lebih berat lagi. Yaitu, 100 sak semen bagi lelaki tersebut dan 50 sak untuk si gadis. Tak cukup sampai di sana, karena setelahnya pasangan tersebut akan dipermalukan dengan menyapu jalanan desa sampai bersih.

Para Peserta dan Berjalannya Tradisi

Para Peserta dan Berjalannya Tradisi [Image Source]
Tradisi petekan ini masih rutin tiga bulan sekali. Sementara para pesertanya adalah para gadis yang usianya beranjak dewasa. Tak hanya itu, para janda yang masih berusia subur juga menjadi bagian dari peserta. Biasanya, orang yang dituakan (wong sepuh) yang mengumumkan akan diadakannya acara ini. Tradisi ini sendiri diadakan di salah satu rumah warga dan tertutup, untuk waktunya biasanya antara jam 19.00 sampai 21.00

Makna di Balik Tradisi Petekan yang Unik

Manfaat dan Hikmah dari Tradisi [Image Source]
Hikmah yang bisa diambil dari tradisi petekan selain menekan angka seks bebas di kalangan remaja, juga berguna untuk menjaga kehormatan para gadis. Di era modern, banyak sekali laki-laki yang meragukan keperawanan para gadis. Dengan adanya tradisi petekan, status keperawanan dari gadis Ngadas dan sekitarnya tak lagi dipertanyakan.

Tes keperawanan di satu sisi adalah hal yang kontroversial. Selain agak bertentangan dengan HAM juga tentang dampak psikologis. Tapi, di sisi lain metode ini ampuh banget sebagai cara untuk membuat para gadis lebih aware tentang keperawanan. Mungkin saja kalau seluruh daerah di Indonesia memberlakukan tradisi Petekan ini, mungkin angka keperawanan bakal sangat tinggi.

Share
Published by
Nikmatus Solikha

Recent Posts

Tesso Nilo: Rumah Para Gajah yang Kian Terancam Eksistensinya

Media sosial akhir-akhir ini sedang dihangatkan dengan topik seputar perusakan alam, di mana salah satunya…

2 weeks ago

Penemuan Rafflesia Hasseltii Berbuntut Panjang, Oxford Dianggap Pelit Apresiasi

Sedang viral di platform media sosial X mengenai kehebohan penemuan bunga Rafflesia Hasseltii. Yang menemukan…

2 weeks ago

4 Aksi Pejabat Tanggap Bencana Sumatera yang Jadi Sorotan Netizen

Sumatera berduka setelah banjir bandang disertai tanah longsor menyapu Pulau Sumatera bagian utara. Tak hanya…

3 weeks ago

Kisah Pilu Warga Terdampak Bencana Sumatera, Sewa Alat Berat Sendiri untuk Cari Jenazah Ibunya

Ribuan kabar duka dari Pulau Sumatera. Salah satunya adalah seorang pemuda bernama Erik Andesra, pria…

3 weeks ago

Risiko Bencana Tinggi, Anggaran BNPB Kena Efisiensi

Masih teringat dahsyatnya bencana alam di Sumatera bagian Utara. Aceh, Medan, Tapanuli, Sibolga, hingga sebagian…

3 weeks ago

Insiden Tumblr Hilang di KRL Berujung Pemecatan Karyawan Sana Sini

Jangan remehkan kekuatan tumbler. Tak hanya tahan pecah, hilang dikit, dua-tiga orang bisa kena pecat…

4 weeks ago