Categories: Trending

Berpesta Tarantula Aneka Rasa Sampai Puas di Skuon, Kamboja. Berani?

Pada dasarnya semua manusia adalah omnivora yang bisa memakan apa saja asal tidak beracun. Mereka bisa memakan sayuran, daging dari peternakan, hingga menikmati madu yang berasal dari lebah. Selain makanan yang sudah umum tersebut, beberapa orang di belahan dunia ini juga memakan bahan yang ekstrem, mengerikan, dan bisa membuat kamu ketakutan.

Di beberapa daerah di Indonesia, makanan dengan bahan ekstrem banyak ditemui di kawasan papua. Di kawasan itu, banyak orang mengonsumsi larva yang hidup di dalam sagu hidup-hidup. Selanjutnya di kawasan Jawa Tengah ada yang mengonsumsi belalang, di kawasan Sumatra ada yang mengonsumsi larva capung untuk pengganti protein.

Lain di Indonesia, lain juga di Kamboja. Di negara ini bukan larva atau bahkan belakang yang dikonsumsi oleh penduduk. Mereka mengonsumsi tarantula hitam yang berbulu dan sangat mengerikan itu. Hewan sejenis laba-laba dengan kaki berjumlah delapan itu seperti menjadi makanan khas yang menarik banyak sekali turis. Bahkan, di saat musim tarantula tiba, kota Skuon selalu dibanjiri oleh banyak turis mancanegara. Berikut cerita unik tentang pesta tarantula di Kamboja.

Asal Mula Penduduk Makan Tarantula

Di bawah pemerintahan diktator Pol Pot, banyak sekali kawasan di Kamboja yang mengalami kelaparan. Pemerintah tidak memberikan solusi akan masalah ini bahkan terkesan sengaja membiarkan. Melihat keadaan ini akhirnya banyak penduduk terpaksa memakan apa saja yang ditemuinya. Di kawasan Skuon yang banyak tarantula, penduduk mulai memanfaatkan hewan mengerikan ini.

Asal muasal makanan tarantula [image source]
Pada tahun 1970-an, penduduk di sini mulai menangkap tarantula. Hewan yang berwarna hitam ini mengalami kenaikan populasi saat musim panas. Penduduk yang awalnya merasa jijik atau pun takut menjadi berani dan mengolahnya. Dari memakan tarantula ini mereka akhirnya bisa bertahan hidup dan tradisi mengonsumsi tarantula menjadi bertahan hingga sekarang.

Populasi Tarantula yang Meningkat dengan Tajam

Jika kamu sudah merasa geli dengan melihat 1-2 tarantula saja, pergi ke Skuon saat musim panas akan membuatmu sangat tertantang. Tarantula akan berjalan ke mana-mana seperti semut yang keluar dari sarang. Hewan ini bergerombol di pohon, di tembok rumah dan tidak jarang mereka jatuh dan mengenai tubuh warga yang sedang berjalan-jalan di luar rumah.

Populasi tarantula meningkat [image source]
Bagi mereka yang sangat menyukai tantangan, pergi ke kawasan ini adalah surga. Mereka bisa menangkap tarantula yang jumlahnya ada jutaan. Beruntungnya, hewan ini tidak memiliki racun meski kadang kala tetap menggigit dan rasanya sangat sakit. Kalau kamu ada waktu dan ingin menjelajahi Asia Tenggara, jangan sungkan untuk datang ke Skuon.

Dimasak Menjadi Aneka Hidangan Nikmat

Setelah menjadi tradisi selama puluhan tahun, tarantula menjadi makanan khas di Skuon. Saat musim hewan ini datang, ratusan orang akan menjadi penjual dadakan. Para wanita di sini sudah tidak lagi takut mengolahnya. Mereka bisa menggoreng makhluk ini hidup-hidup atau dimasak menggunakan bumbu pedas gurih sehingga bisa dijadikan sebagai camilan atau pun lauk yang nikmat dimakan menggunakan nasi putih.

Hidangan tarantula [image source]
Banyaknya olahan tarantula membuat Skuon dijuluki sebagai Spider City. Setiap hari, para turis dari berbagai negara terutama Eropa datang untuk mencoba makan tarantula. Mereka awalnya agak geli atau bahkan jijik. Namun, setelah mencoba rasanya yang nikmat jadi pada ketagihan. Bahkan mereka membungkusnya untuk bisa di bawah ke hotel atau untuk oleh-oleh orang di rumah.

Melihat apa yang terjadi si Skuon, kita bisa membuat sebuah kesimpulan. Jijik atau ngeri itu sebenarnya relatif. Selama tidak beracun dan rasanya enak, makanan dengan wujud yang agak mengerikan seperti ini tetap menjadi andalan banyak orang. Berani coba?

Share
Published by
Adi Nugroho

Recent Posts

Rosita Istiawan Pionir Hijau, Dedikasi Bangun Hutan 25 Tahun

Di tengah keputusasaan untuk menjaga kelestarian alam, Indonesia membutuhkan sosok yang berani melindungi sumber daya…

1 hour ago

Tesso Nilo: Rumah Para Gajah yang Kian Terancam Eksistensinya

Media sosial akhir-akhir ini sedang dihangatkan dengan topik seputar perusakan alam, di mana salah satunya…

2 weeks ago

Penemuan Rafflesia Hasseltii Berbuntut Panjang, Oxford Dianggap Pelit Apresiasi

Sedang viral di platform media sosial X mengenai kehebohan penemuan bunga Rafflesia Hasseltii. Yang menemukan…

2 weeks ago

4 Aksi Pejabat Tanggap Bencana Sumatera yang Jadi Sorotan Netizen

Sumatera berduka setelah banjir bandang disertai tanah longsor menyapu Pulau Sumatera bagian utara. Tak hanya…

3 weeks ago

Kebakaran Hebat Gedung Terra Drone, Korban Tembus 20 Orang

Duka terus menghampiri bangsa Indonesia di penghujung tahun 2025 ini. Belum kelar bencana banjir hebat…

3 weeks ago

Kisah Pilu Warga Terdampak Bencana Sumatera, Sewa Alat Berat Sendiri untuk Cari Jenazah Ibunya

Ribuan kabar duka dari Pulau Sumatera. Salah satunya adalah seorang pemuda bernama Erik Andesra, pria…

3 weeks ago