Ibumu, ibumu, ibumu, lalu ayahmu, begitu kata Rasul dalam salah satu hadist sahihnya yang menggambarkan betapa keutamaan ibu lebih besar. Ibu, tanpanya mungkin tidak akan pernah ada dunia ini. Tidaklah Allah menciptakan dunia hanya bagi Nabi Adam saja, kecuali juga Ibu Hawa, yang kemudian darinya lahirlah manusia-manusia yang memenuhi permukaan Bumi.
Ibu adalah segalanya, atas jasanya kita bisa merasakan hidup yang seperti sekarang. Semua orang yang berjasa besar bagi dunia, pastilah lahir dari rahim ibu-ibu mereka. Begitu besar jasanya bagi setiap orang, maka ungkapan yang mengatakan surga di telapak kaki ibu, selamanya takkan pernah diusut atau permasalahkan. Pasalnya, begitu kita membuatnya sakit, maka takkan ada balasan yang lebih pantas selain neraka dan siksa. Begitu sebaliknya, menghormati dan menyayangnya akan berbuah surga.
Betapa besarnya jasa ibu, sampai-sampai ada ungkapan kalau kita takkan pernah bisa membalas kontan semuanya. Apa yang kita berikan hanya seujung kuku dari segunung hal yang telah diberikannya pada kita.
Alasan kenapa sampai surga yang begitu indah dan tak ada bandingannya di dunia itu ada di kaki ibu, adalah karena mereka kita ada. Bukan bim salabim, mereka harus bersusah payah membawa beban berat dalam waktu yang sangat lama. Mengandung tidaklah semudah yang kita kira.
“Dan kami perintahkan manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah…” Demikian firman Allah dalam surat Lukman: 14. Sejujurnya, ibu merasakan beban yang luar biasa saat mengandung. Bahkan ingin sesekali mereka menaruh jabang bayi ini dulu hanya untuk sekedar meluruskan punggungnya. Tapi tidak, ibu tidak demikian. Meskipun terlihat payah, tapi tanyakanlah kepada ayah betapa ibu saat itu sangat sumringah wajahnya.
Para suami mungkin hanya mulas-mulas saja ketika istrinya melahirkan. Namun bagi ibu, proses ini sama menyakitkannya seperti kematian. Rasa sakitnya jauh melebihi apa pun yang mungkin dirasa manusia.
Mengedan dan menekan hingga keluar bayi sebesar itu, tentu sangat sakit rasanya. Tapi, ibu tak mengapa dengan hal ini, asal anak yang dilahirkan bisa lahir selamat dan segera menuju pelukannya. Mati tak masalah, asal ini demi kita.
Selesai hamil dan melahirkan, apakah beban ibu telah selesai? Tentu saja tidak, karena ia masih harus merawat kita sampai setidaknya bisa mandiri dalam hal apa pun. Bangun tengah malam, gantikan popok kita yang baunya minta ampun, menyusui tengah malam saat semua orang sudah pulas.
Saat kita mulai tumbuh, ibu tetap setia menyediakan semuanya untuk kita. Namun sayangnya, di masa-masa ini kita mulai membantah, mulai mengingkari janji, dan membuatnya terluka. Ibu bisa saja mengatakan susahnya melahirkan kita sebagai ungkapan kekesalannya, namun tidak demikian. Senakal apa pun, kita tetaplah anaknya yang setiap malam masih selalu diselimuti ketika tidur. Ibu juga takkan pernah tidur ketika kita masih belum terlelap dalam mimpi.
Lagu Kasih Ibu mungkin kekanak-kanakan bagi kita, namun hal tersebut sama sekali benar. “Kasih ibu tak terhingga sepanjang masa…” cinta ibu kepada kita memang luar biasa. Bagai matahari yang menyinari Bumi, konstan tak pernah berubah dan tak pernah ingin berbalas apa pun.
Cinta ibu kepada anak bahkan lebih besar dari suami. Padahal sebelumnya, takkan mungkin ibu berpaling dari ayah sedetikpun karena cintanya yang besar. Namun setelah kehadiran kita, ayah pun langsung jadi nomor dua dan ibu mencurahkan semua cintanya kepada kita. Bahkan ibu sekarang selalu mendahulukan kita dalam urusan apa pun dibanding ayah.
Tidak pernah ada dalam sejarah seorang ibu meminta balasan atas semua yang dilakukannya kepada anak. Karena memang takkan pernah bisa diukur dengan apa pun. Bahkan satu tarikan nafasnya saat melahirkan, tak sebanding dengan rumah atau pun semua harta yang kita miliki.
Meskipun tak meminta balasan, namun ibu selalu menginginkan kita menjadi hamba Allah yang taat. Tak ada balasan yang lebih menyenangkan mereka selain menjadi anak yang soleh dan selalu mendoakan saat masih hidup ataupun telah mati. “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak yang sholeh,” Hadits riwayat Muslim.
Demikianlah alasan kenapa surga ada di telapak kaki ibu. Apa yang telah mereka lakukan benar-benar besar dan tak mungkin bisa kita membalasnya. Makanya, takkan ada rasa kehilangan yang lebih sakit dari pada saat kehilangan ibu. Selagi masih hidup, sayangilah, cintailah, patuhi kata-katanya, dan jangan berkata yang menyakitkan hatinya. Bahkan berkata ‘ah’ sekalipun.
Doktif alias ‘Dokter Detektif,’ adalah sosok yang viral di media sosial karena ulasannya yang kritis…
Baru-baru ini, Tol Cipularang kembali menjadi sorotan setelah kecelakaan beruntun yang melibatkan sejumlah kendaraan. Insiden…
Netflix terus menghadirkan deretan serial live action yang menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan. Dari…
Selalu ada yang baru di TikTok. Salah satu yang kini sedang nge-trend adalah menari rame-rame…
Siapa bilang memulai bisnis harus dengan modal yang besar? Ternyata, sebuah bisnis bisa dimulai dengan…
Viral sebuah kisah yang membuat hati netizen teriris, ialah seorang perempuan yang rela merawat suaminya…